Unconditional Love

7.6K 1K 242
                                    

Janu menatap Karalyn yang tertidur dengan tatapan sendu, tangannya mengusap lembut kepala Karalyn. Sejak kepulangan mereka ke rumah, Karalyn lebih banyak diam sambil menyibukkan diri membersihkan rumah, padahal rumah mereka sudah sangat rapi dan bersih. Janu paham, istrinya butuh waktu untuk menenangkan diri. Dia hanya memperhatikan sambil ikut membantu.

Tiba-tiba ponsel Janu berdering.

Janu menghela nafas sebelum akhirnya mengangkatnya, "Iya, Bu?"

Janu berjalan keluar dari kamar menuju ruang kerjanya.

"Kata Hasa kamu pulang ke rumah?"

"Iya, masalahnya udah selesai juga."

"Kenapa pulang Mas? Kamu gak bantu Bapak? Bapak kesusahan sekarang."

"Kondisi disana gak baik buat istri dan anakku, Bu. Saras bisa stress kalau terus ada disana, dia gampang kepikiran macem-macem. Mas gak mau istri Mas stress." kata Janu lembut.

"Ya sudah kalau gitu Mas bisa kembali lagi kesini, bantu Bapak selesaikan masalah ini. Saras bisa ditemani Mas Merry atau Bibi."

Janu menggeleng, "Engga bisa Bu, Saras lebih butuh Mas daripada Merry atau Bibi."

"Tapi sekarang masalahnya lagi urgent Mas!"

"Maaf Bu, kesehatan Saras juga masalah urgent buat Mas. Saras lagi hamil, Mas gak mau dia kenapa-kenapa." Janu menyerngit bingung, dia benar-benar tak habis pikir dengan ibunya, Janu berjalan dan duduk dikursi kerjanya.

"Saras gak akan kenapa-kenapa selama ada yang menjaga!" Suara ibu meninggi.

"Mas punya tanggung jawab buat bantu Bapak! Mas pikir masalah ini bisa selesai gitu aja?? Kalau Bapak kalah di pilpres gimana Mas!!"

"Tanggung jawab Mas sebagai suami dan ayah lebih besar dari itu Bu. Lalu kondisinya juga Saras lagi hamil besar—Saras hamil anakku, Cucu ibu." Janu menahan emosinya.

"Tanggung jawab buat bantu Bapak?" Janu terkekeh pelan, "Nara yang salah tapi harus tetap Mas yang tanggung jawab?"

"Nara itu adik kamu! Kamu kakaknya—kamu harus bantu adikmu! Sebagai kakak kamu harus lindungin adikmu! Bukan seperti ini!"

Disaat dia yang terkena masalah apakah Nara membantunya sebagai adik? Tidak. Dia berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri.

Janu terdiam sejenak, kalau begitu sebagai kakak.. siapa yang akan membantu dan melindunginya?

"Nara salah, Mas gak mau bantuin orang yang salah. Mas sudah peringatkan dia jauh-jauh sebelum hal ini terjadi."

"Kamu sudah tau hubungan Nara dan Nares???"

"Jadi benar Nares dikenalkan Saras?"

Janu mencengkram erat ponselnya, "Loh kok jadi Saras? Apa hubungannya istriku dengan masalah ini? Karena istriku kerja di Sanford Bu? Iya?"

"Istriku sudah gak kerja di Sanford—kalau itu yang ibu takutkan." Janu berkata dengan datar.

"Seharusnya sejak awal ibu tau hal ini bisa terjadi! Saras gak seharusnya kerja disana! Benar kata Budhemu itu jadi bumerang buat Bapak!"

"Sekarang masalahnya makin ngerembet kemana-mana! Bukan cuma Nara yang kena—Mas juga ikut terseret! Mas liat bagaimana reaksi masyarakat tentang hal ini?? Kacau Mas!!"

"Nara gak akan mungkin kenal Nares kalau Saras gak kerja disana—"

"Sebagai kepala keluarga harusnya kamu jangan mudah membebaskan istrimu kayak gini! Kamu harus punya kendali! Jangan lembek sama istri—mau jadi seperti apa rumah tangga kalian kalau kamu aja gak bisa ngurus istrimu!"

KARALYN: The Girl on MagazinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang