Tanpa warna

1.2K 75 43
                                    

Tak ada yang baik-baik saja ketika mata itu belum lagi terbuka, tak ada lagi tawa yang mengudara, tak ada lagi raut bahagia dan tak ada lagi hangat sepeti biasanya, semua terasa hampa tanpa warna.

Sarwendah yang pagi ini duduk dimeja dapurnya berniat ingin menyiapkan bekal untuk thalia dan thania, sudah beberapa kali dia mencoba menghias nasi yang kini dia tata dalam kotak bekal anaknya, tapi tak kunjung juga tertata seperti biasanya, tanganya seolah kaku dan malah menjadikan tangisnya pecah.

"bunda onyo mau bekel sup rumput laut ya hari ini,, "

" bun nasi goreng bunda enak banget"

"bunda suapin onyo y bun"

"bunda dimana? "

"bunda,,,, "

Suara Bertrand tergiang ditelinganya dia ingat betul setiap pagi putranya tak pernah absen mencarinya ke dapur,entah sekedar menanyakan menu sarapan favoritnya atau menceritakan apapun sambil menungg dirinya selesai memasak bekal untuknya, namun kini paginya berbeda tak ada lagi teriakan betrand yang memanggilnya tak ada lagi senyum putranya yang selalu ceria.

"bunda kangen nak, cepet bangun sayang bunda butuh onyo untuk tetap disini" sarwendah tak lagi bisa menyembunyikan sesak didadanya tangisnya pecah dia terisak tanpa bisa ia cegah.

"ce,,,, " wendy yang tanpa sengaja melihat kakaknya terisak mengelus pelan pundak sarwendah membawa dalam pelukanya ingin merapalkan kalimat penenang untuk kakaknya, tapi bibirnya kelu tak lagi mampu berkata, tangisnya pecah entah kenapa rasanya begitu sesak.

"bundaa,,,, "thalia menghampiri sarwendah dan wendy yang sedang terisak dalam pelukan.

Sarwendah berusaha menghapus air matanya mencoba menggantikan tangisnya dengan senyum ceria, namun ia gagal thalia sudah terlanjur melihat air matanya, putri kecilnya kini memeluknya seolah memberikanya kekuatan dan menghapus air matanya yang tersisa.

"jangan sedih bunda, onyo pasti sad kalo bunda nangis" thalia seolah paham apa yang bundanya rasakan.

"bunda gak sedih kok sayang, bunda cuman kangen sama onyo" sarwendah sekuat tenaga menghentikan tangisnya dia tidak ingin membuat thalia sedih dan ikut menangis.

"cici juga kangen banget sama onyo nanti kalo cici pulang sekolah kita jenguk onyo y bun, bunda jangan nangis lagi ya" thalia kembali memeluk bundanya menepuk-nepuk pelan pundak sarwendah.

"iya sayang, onyo pasti seneng dijenguk sama princes cantiknya" sarwendah mengelus rambut putrinya sayang.

"cici sarapan dulu yuk, setelah itu aunty anter ke sekolah" kini wendy mengulurkan tanganya untuk mengajak thalia sarapan dan mengantarkanya ke sekolah menggantikan tugas kakak iparnya yang kini harus tetap tinggal dirumah sakit untuk menemani keponakanya.

"iya aunty,,," thalia berlalu bersama wendy menuju meja makan, sedangkan sarwendah kembali menyelesaikan tugasnya membuat bekal untuk anaknya.

******

Sudah hampir 30 menit anneth diam tanpa kata menatap damai wajah betrand yang kini tertidur dengan masker oksigen yang menghiasi wajahnya dan berbagai kabel yang tertempel didada betrand yang anneth sendiri tidak tau apa fungsinya yang dipahami hanya kini kesanyanganya sedang berjuang untuk tetap bertahan hidup.

"nyoo aku dateng lagi!" akhirnya kalimat annetmampu memecah hening didalam sana.

" nyenyak banget si tidurnya sampek aku kesini kamu cuekin terus" anneth mencoba tersenyum namun air matanya tak lagi terbendung, tangisnya pecah anneth terisak diatas lengan bentrand yang ia jadikan bantalan. Dia tidak pernah menyangka hal buruk itu terjadi sehingga membawa betrand dalam pejam yang cukup lama.

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang