Kembali

908 64 85
                                    

Sarwendah terduduk di sebuah kursi tunggu sambil menatap lembaran-lembaran putih yang berisikan tulisan yang sebenarnya sama sekali tak ingin ia miliki, beberapa menit lalu dia baru saja keluar dari ruangan dokter yang menangani putranya,beberapa hari lalu kondisi kesehatanya sempat memburuk, kini Betrand memang sudah lebih baik dibanding hari itu tapi Sarwendah belum juga bisa bernafas lega karena dari hasil pemeriksaan yang dokter lakukan peradangan paru-paru yang dialami putranya semakin memburuk, kini dokter menyarankan beberapa pilihan pengobatan yang harus segera putranya jalani tapi sarwendah belum bisa memutuskan apapun setidaknya dia harus membicarakan ini dengan putranya terlebih dahulu.

Sarwendah menyentuh keningnya sambil mimijatnya pelan dan entah sudah berapa kali dia menghela nafas untuk mencoba menenangkan hatinya namun semuanya seolah tak berperan penting untuk mengilangkan segala kegelisahanya.

Drrtt,,,,

Jordi is caling,,,,

"haloo,,,, iya dek ada apa?" Sarwendah langsung mengangkat panggilan dari adek iparnya.

"ko ruben udah sadar, cici bisa langsung kesini?" jawab jordi disebrang sana.

"iya,,, iya,, cici langsung ke sana" jawab sarwendah terbata dan langsung berlari menuju kamar dimana suaminya berada, sungguh dia sangat bersyukur akan kabar baik ini.

*****

Menit terus berganti namun Sarwendah sama sekali tak berniat untuk melepas pelukanya dia masih betah terisak didalam sana menumpahkan segala rasa dalam pelukan suaminya, dia merasa begitu bahagia ketika Tuhan masih berbaik hati mengembalikan malaikat hidupnya yang beberapa minggu ini nyaris membuatnya ingin menyerah.

"sayang,,,, " Ruben mencoba melepas pelukanya bukan karena tak ingin memeluk istrinya lebih lama tapi mendengar tangis sang istri yang begitu memilukan membuat hatinya begitu sakit, terlalu lama kah dia terbaring dan membiarkan istrinya berjuang sendiri hingga terlihat begitu menyakitkan.

"maafin aku sayang,,, " ucap ruben kembali mempererat pelukanya ketika sarwendah sama sekali tak ingin melepasnya.

Hingga detik selanjutnya Sarwendah mulai melepas pelukanya lalu menatap dan menyentuh setiap inci wajah suaminya, tatapan mata yang beberapa minggu ini sempat hilang juga senyuman yang selalu dia rindukan kini telah kembali.

"Terimakasih sayang,,, terimakasih kamu sudah mau berjuang, jangan tinggalin aku lagi aku gak bisa lagi tanpa kamu" ucap sarwendah dengan nada bergetar.

"aku akan selalu ada buat kamu dan anak-anak, udah ya jangan nangis lagi" ucap Ruben dengan lembut lalu menghapus sisa air mata yang masih mengalir dipipi istrinya, Sarwendah hanya bisa mengangguk dan kembali dalam pelukan suaminya.

Sedang jordi sedari tadi masih setia berdiri ditempatnya menyaksikan interaksi sepasang suami istri yang kini berada dihadapanya, dia menyeka air mata disudut matanya lalu Jordi tersenyum sungguh hatinya begitu lega kini kondisi kokohnya sudah baik-baik saja, Jordi tahu bagaimana perjuangan kokohnya untuk medapatkan cinta wanita cantik yang kini menjadi kakak iparnya hingga perjuangan mereka berdua dalam menjalani rumah tangga bukanlah hal yang mudah, berulang kali mereka dihadapkan dengan berbagai ujian hidup yang begitu sulit namun lihatlah sesulit apapun itu mereka akan tetap berjuang bersama.

Ada rasa haru yang luar biasa, jordi hanya bisa berharap sebesar apapun cobaan yang harus mereka lewati semoga pada akhirnya hanya bahagia yang mereka temui.

******

Ketika baru saja membuka mata Betrand hanya terdiam sambil mengumpulkan kesadaranya, melihat sekeliling ranjangnya tak ada seorangpun disana, seingatnya sebelum tidur tadi ada sang bunda yang berada disampingnya, namun kemana bundanya sekarang kenapa ruanganya begitu sepi.

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang