"onyoooo,,,, ,!!!"
Sarwendah berteriak mengaungkan nama putranya ketika menyadari tangan betrand tak lagi ada dalam genggamanya, dia mendengar suara yang menghamtam tembok dan sesekilas melihat tubuh putranya tergelinding jatuh melewati anak tangga yang berada tak jauh dari tempat dia berdiri sekarang. Sedangkan Jordi langsung berlari menuruni puluhan anak tangga dengan langkah brutal dia tidak perduli lagi dengan keselamatanya yang dia pikirkan sekarang keponakanya terjatuh dan bagaimana kondisi betrand sekarang.
"onyooooo" jordi langsung mebalikkan tubuh betrand yang kini tergeletak dengan posisi tengkurap tepat dibagian anak tangga terakhir.
Ruben yang terlalu kaget dengan kejadian yang begitu cepat beberapa detik dia hanya diam ditempat dia tak bisa menggerakan tubuhnya yang tiba-tiba kaku, hingga dia tersadar putranya yang terjatuh dengan kekuatan yang masih tersisa ruben langsung berlari mengikuti langkah jordi dan yang lain yang sudah terlebih dulu menuruni tangga sambil berteriak memanggil nama putranya.
"onyo onyo denger uncle sayang" jordi menepuk-nepuk pipi ponakanya dengan harapan betrand merespon panggilanya namun mata betrand terpejam erat hidungnya mengeluarkan banyak darah dan tubuhnya sama sekali tak bergerak.
"onyo bangun sayang onyo denger bunda nak" sarwenda pun mengguncangkan tubuh anaknya yang kini sama sekali tak merespon dalam pelukan jordi.
"onyooo bangun sayang" ruben memegang tangan putranya megechek denyut nadi betrand yang melemah.
"kita harus bawah onyo kerumah sakit, tolong dong siapun siapin mobil cepet " jordi berteriak sambil membopong keponakanya membawa betrand keluar dari dalam pabrik tersebut dan ikuti oleh beberapa asisten ruben yang membantu memberikan cahaya agar memudahkan jordi berjalan karena tempat yang sangat minim pencahayaan .
Ruben membantu sarwendah yang kini masih terduduk lemas sambil menangis hisrteris melihat kondisi putranya. "ayo bun kita harus cepet bawa onyo ke rumah sakit" sarwendah hanya menurut mengikuti langkah suaminya.
Jordi sedang mengemudikan mobil untuk membawa betrand kerumah sakit sedangkan ruben duduk disebelahnya dengan terus menengok kearah putranya yang tergeletak dipangkuan sarwendah.
"onyooo bangun sayang,,!" Sarwendah mengusap pelan rambut betrand.
"egggrrhhh,,, " betrand menggerang kesakitan.
"onyoo mana yang sakit nak bilang sama bunda sayang" sarwendah menangkup wajah putranya dengan tangan yang bergetar.
"huwekkkkkk,,,,,huwekkkk "betrand memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Sarwendah semakin histeris bagaimana bisa anaknya sampai memuntahkan darah sebanyak ini mulut dan pipi betrand penuh dengan darah, sarwendah mencoba membersihkan dengan tanganya tapi dia sungguh kesulitan karna tanganya yang semakin bergetar hebat.
"huwekkkk,,,, huwekkkk" belum juga selesai sarwendah memebersihkannya betrand sudah memuntahkan darah segar kembali dari mulutnya.
"onyoo bertahan sayang" sarwendah memeluk tubuh betrand erat seolah tak ingin hal yang buruk terjadi pada putranya.
"dek ayo lebih cepet, onyo bertahan sayang..!" ruben panik luar biasa melihat sang putra memuntahkan darah sebanyak itu.
Jordi semakin mempercepat laju mobilnya bahkan dia tidak perduli dengan ramainya jalanan sekitar beberapa kali dia hampir saja menabrak kendaraan lain karena dia nekat menyalip tanpa aturan, pikiranya bertambah berantakan ketika dia mendengar suara betrand menggerang kesakitan saat keponakanya itu memuntah darah.
"sa,,,kit,,,, " betrand bergumam dengan suara yang sangat pelan nyaris tak terdengar tapi sarwendah mengerti dengan apa yang putranya katakan.
"dimana yang sakit nak tunjukin sama bunda sayang, jangan tidur sayang buka mata onyo,,,,!" sarwendah mengusap sangat pelan dada betrand seolah takut sentuhanya akan menyakiti putranya. Sarwendah meraih tangan betrand menggengamnya erat berusaha memberi kekuatan kepada putranya jika yakin semuanya akan baik-baik saja.