Mentari yang bersinar tak lebih cerah dari biasanya namun pagi ini tetap mampu memberi warna bagi mereka yang kini mulai melakukan aktifitasnya. Sarwendah mulai membuka gorden kamar ruangan dimana kini putranya dirawat, dia melihat dibalik kaca sudah banyak orang berlalu lalang melangkah dengan berbagai aktifitas, mampu membuat sarwendah rindu akan kegiatan paginya.
Sarwendah mencium rambut ruben yang kini tertidur disebelah ranjang anaknya dengan posisi terduduk, sejak putranya dirawat sedetik pun suaminya tak pernah meninggalkan rumah sakit bahkan setelah putranya dipindahkan ke ruangan ini ruben tetap berada disamping putranya.
"pagi kesanyangan bunda, udah pagi sayang onyo kenapa belum mau bangun nak" sarwendah beralih mencium kening putranya yang kini masih tertidur tenang dengan selang oksigen yang tetap setia menghiasi hidung putranya.
"sakit banget y nak sampai onyo lama banget boboknya, bunda kangen banget sayang" sarwendah mengusap lembut rambut betrand.
"bangun yuk sayang bilang sama bunda sakitnya dimana, onyo selalu ngadu apapun kan sama bunda"
"onyo tahu gak cici kemarin kesini lo sayang bawa surat buat onyo cici tulis kalo dia kangen banget sama onyo" sarwendah sedikit tersenyum mengingat putrinya yang selalu sweet.
sarwendah sejenak menghela nafas lalu kembali melanjutkan ceritanya.
"kalo thania sejak onyo disini bawaan rewel terus, nanyai onyo terus, nanti kalo onyo udah bangun bunda ajak thania dan cici kesini ya pasti mereka seneng banget, onyo juga seneng kan kalo dijenguk dedeknya" sarwendah yakin anaknya mendengarnya hanya saja dia masih nyaman dalam tidurnya.Ruben menggeliat pelan menyesuaikan penglihatanya dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
"pagi sayang,,," sapa sarwendah ketika melihat suaminya mulai bergerak dan mengerjapkan matanya.
"pagi yank, kamu udah bangun?" sapa ruben sambil beranjak dari duduknya dan menghampiri istrinya yang kini sudah berada disebalah putranya lalu mendaratkan ciuman sayang.
"pagi jagoan ayah" ruben beralih mencium kening putranya sayang.
"mandi dulu gih yank biar segeran badanya" ucap sarwendah yang melihat ruben masih menguap dan beberapa kali merenggangkan otot lehernya.
"heem, pagi ini kamu gak pulang dulu yank" tanya ruben kepada istrinya.
"enggak yank, anak-anak kan hari ini libur jadi aku titipin sama nay-nay yeyenya dulu"
"eggrrrrh,,,, " betrand bergerak pelan diranjangnya, matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk hingga akhirnya terbuka memperlihat manik kelam yang kini menatap kosong langit-langit.
"onyo, bisa denger ayah sayang" tanya ruben sambil melangkah lebih dekat ke arah betrand.
"sayang ini bunda nak" sarwendah menciumi tangan anaknya berulang, tangis pecah dia sangat bahagia akhirnya mata putranya kembali terbuka.
Beberapa detik betrand hanya terdiam mencoba mengingat dimana dia sekarang kenapa badanya terasa amat sakit digerakan, hingga suara ayahnya kembali terdengar.
"onyo,bisa denger ayah nak? Ruben kembali bertanya ketika betrand tak meresponnya.
"ayahhh, bunda"
akhirnya panggilan yang sarwendah dan ruben rindukan terdengar, putranya benar-benar kembali.
"iya nak, bunda disini sayang, ada yang sakit bilang sama bunda nak" sarwendah mengusap palan rambut betrand.
"sakit, bunda,,, " rengek betrand yang terdengar sangat pelan nyaris tak terdengar, tapi mampu membuat ruben dan sarwendah gelagapan.