Sudah hampir satengah jam betrand terduduk diranjangnya sejak ayah bundanya pamit keruangan dokter dan belum juga kembali, dia sendiri disini dengan mata yang menerawang ke atas awan dibalik jendela kamar rawatnya, gorden yang sengaja masih terbuka menampakan jelas awan yang terlihat sangat cerah.
Ruangan yang terlihat mewah yang ia tempati saat ini sama sekali tak memberikanya rasa nyaman bau obat yang yang menyeruak, jarum infus yang masih menempel dan selang oksigen yang tak kunjung terlepas membuat betrand jauh dari kata nyaman. tapi betrand harus tetap bersyukur karena Tuhan masih memberikanya kesempatan untuk tetap hidup dan kembali bersama orang-orang yang dia sayang, melewati masa kritis dan koma beberapa hari, hingga dia dapat membuka mata kembali dengan beribu rasa syukur dan pelukan hangat ia dapatkan.
Semua orang suka cita menyambut kabar gembira teesebut, namun dimana anneth?
Kenapa gadis itu sama sekali belum menjenguknya? apa anneth tidak menghawatirkanya?
Betrand menarik nafas pelan tapi mampu menimbulkam nyeri dibagian dadanya, entah seberapa kuat dia terlempar malam itu, dia sama sekali tak mengingatnya yang pasti luka itu kini benar-benar membuatnya kepayahan, dadanya masih terasa nyeri dan terkadang nafasnya tiba-tiba saja sesak.
Betrand merindukan gadis itu, "kamu kemana net?"
"onyoo,,, "
Suara lembut yang jelas ia kenali yang sejak tadi memenuhi isi pikiranya mampu menarik atensi betrand dari jendela ruang rawatnya dan menoleh ke sumber suara.
Seorang gadis cantik yang berdiri tak jauh dari ranjangnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Sebisa mungkin betrand menarik sudut bibirnya membentuk senyuman, gadis yang ia rindukan kini sudah berdiri dihadapanya, andai saja dia terbebas dari selang infus dan oksigen mungkin betrand akan berlari dan memeluk anneth.
Betrand merentangkan satu tanganya dan anneth langsung berlari memeluknya, cukup lama gadis ini terisak dalam pelukanya.
"sini duduk dulu!" pinta betrand dengan suara seraknya, anneth menurut duduk disebelah ranjang betrand sambil memegang tangan betrand erat.
Wajah betrand masih terlihat pucat, tapi senyumnya masih terlihat jelas diwajah tampanya, sejenak anneth hanya diam tanpa kata memeperhatikan setiap inci wajah lelaki dihapanya ini, laki-laki yang beberapa hari ini mampu mengacaukan hatinya.
"kamu kemana aja?" tanya betrand sambil mengusap sisa air mata gadisnya.
Anneth menghela nafas pelan sebelum dia memulai obrolanya.
"aku baru pulang dari papua, kamu gimana? Apa yang dirasain?" tanya anneth lembut sambil mengelus pipi betrand pelan.
"aku kangen sama kamu" jawab betrand yang mampu membuat anneth tersipu.
"aku juga kangen" jawab anneth.
"sama siapa? "
" ya sama kamu lah,,, "
Betrand senang mendengar pengakuan anneth.
"aku cemas sama keadaan kamu, aku takut kamu gak akan ada lagi buat aku, aku takut,,, " suara anneth mulai bergetar dia teringat beberapa hari yang lalu saat kondisi betrand nyaris tak bisa diselamatkan membuatnya begitu takut kehilangan.
"gak ada yang perlu kamu takutin buktinya aku masih disini sama kamu kan?" betrand mengusap pelan rambut anneth.
Anneth hanya memunduk menyembunyikan tangisnya yang kini kembali pecah.