Mama

989 64 50
                                    

Hari telah berganti, di kediaman the onsu semua orang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, para ART yang sibuk dengan tugasnya membersikah rumah hingga halamanya, para sopir pribadi yang sibuk membersikan mobil mereka masing-masing dan yang paling sibuk adalah bagian dapur sejak pagi tadi sarwendah  sudah mulai sibuk Dengan alat-alat dapurnya memasak berbagai macam makanan khusus untuk menyambut kedantangan mama dan papanya betrand dari NTT yang rencananya siang nanti sampai di jakarta. 

Setelah satu minggu yang lalu betrand sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, kondisinya terus berangsur membaik bahkan putra kesayangan keluarga onsu ini pun sudah kembali memulai aktivitasnya, ruben pun sudah membicarakan rencana kedatangan mama dan papa dari NTT kepada putranya, jika mereka akan tiba di jakarta hari ini dan itu sudah mendapat persetujuan dari putranya, hal ini membuat ruben dan sarwendah yakin semuanya pasti akan baik-baik saja setelah ini.

"Susi tolong potongin dagingnya, kecil-kecil aja ya" pinta sarwendah kepada ART yang biasanya memang selalu membantunya dalam urusan dapur. 

"iya buk, ada yang perlu dipotongin lagi?" tawar susi kali-kali saja ada bahan yang masih kurang dan perlu ia bantu biar sekalian dia kerjakan. 

"enggak, cukup itu aja semua udah selesai tinggal tumis dagingnya aja" jawab sarwendah menyauti.

"bundaa,,,, bundaa " kini suara thalia yang sepertinya sudah memanggilnya.

"iya sayang, bunda didapur ci"

"Thania udah bangun tapi nangis sekarang lagi digendong sama mbak ina bun" adu cici pada bundanya yang kini dia lihat masih sibuk memasak. 

"nangis kenapa sayang?"

"gak tau?

"ya udah bunda cek dulu thania, ini sarapan pancake request cici udah selesai mamam dulu gih" ucap sarwendah sambil meletakan piring yang berisi pancake kesukaan putri cantiknya ini.

"iya bun"

Baru saja sarwendah akan melangkah meninggalkan dapur suaminya datang dengan mengenndong putri bontotnya.

"kenapa nangis mami nia?" tanya sarwendah yang masih melihat thania sesenggukan sambil menyenderkan kepalanya dipundak ayahnya. 

"mau sama onyooo" ucap thania masih dengan suara seraknya.

"bangun-bangun langsung nyariin kokonya tapi kokohnya masih mandi yank " jawan ruben kepada istrinya.

"ya udh mau sama bunda dulu gak"

"enggak, mau sama onyo mau sama onyo" ucap thania sambil terus menangis dalam gendongan ayahnya.

"onyo kan lagi mandi lagi siap-siap,  udah dong nangisnya duduk yuk sarapan sama cici" bujuk ruben pada putrinya. 

"duduk sini nia bunda bikin pincake enak banget" thalia ikut serta membujuk adiknya.

"enggak mau mau sama onyooo huwaaah,,,," bukan malah berhenti tangis thania malah semakin menjadi. 
Sejak kokohnya pulang dari rumah sakit thania memang lebih manja dengan betrand mungkin dia merasa terlalu lama tak bertemu dengan kokohnya hingga dia ingin menyampaikan rasa rindunya.

Ruben mengehela nafas pelan sambil terus menepuk-nepuk pundak putrinya agar lebih tenang. 

"kalo udah gini pawangnya yang harus turun tangan yank"ucap sarwendah pada ruben sambil terkekeh melihat tingkah manja putrinya, sedangkan ruben hanya mengangguk mengiyakan.

"mami nia kenapa si masak nangisnya kenceng banget" ucap betrand yang tiba-tiba muncul dari pintu dapur.

"Nah ini onyonya dateng" ruben langsung memindahkan thania kedalam gendongan betrand. 

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang