Happy reading
🌹"Gadis gak tau diri!"
Plak!
Tamparan demi tamparan dilayangkan pada gadis berumur tujuh belas tahun itu. Hanya karena memecahkan vas bunga kesayangan dari ibunya. Bukan hanya tamparan, melaikan pukulan dari kayu rotan pun menghinggapi tubuh mungilnya.
"Ampun, Bu. Sungguh, Anes tidak sengaja," mohon gadis itu. Namanya, Anes Yulistika.
"Tidak ada ampun untuk anak pembawa sial sepertimu!"
Seakan tuli, sang ibu terus memukuli anaknya, hingga tak sadarkan diri. Puas melampiaskan amarahnya, sang ibu pergi meninggalkan Anes yang tak sadarkan diri tergeletak di lantai.
•••••
Pukul tiga sore, Anes bangun dari pingsannya. Tubuhnya penuh lembab. Dengan langkah pelan, Anes berjalan memasuki kamar untuk mengobati luka lembabnya.
"Sampai kapan hidupku terus seperti ini, Tuhan? Anes capek," ucap Anes.
Semenjak kejadian itu, dia tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari sang ibu. Dia juga ingin seperti teman-temannya di luaran sana yang selalu mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua.
Usai mengobati lukanya, Anes bergegas keluar kamar membersihkan rumah, mencuci pakaian kotor dan melanjutkannya dengan memasak. Hanya dengan inilah agar ibunya tidak marah dan tidak memukulinya.
Dirasa semua selesai, Anes kembali masuk dalam kamar membersihkan tubuhnya yang lengket. Anes bukanlah gadis yang kalau mandi butuh waktu hampir satu jam. Cukup lima belas menit, Anes menyelesaikan ritual mandinya.
"Sepertinya ibu belum pulang," gumamnya.
Jika ibunya pulang pasti ada saja barang yang berjatuhan. Entah itu piring, gelas, semua barang yang menghalangi pandangannya.
Anes duduk di meja belajarnya. Dua minggu lagi ujian tengah semester akan berlangsung dan dia harus belajar. Anes tidak ingin nilainya turun. Jika itu terjadi, ibunya akan marah besar.
Dreet ... dreet ....
Fokus Anes tertuju pada bendah pipih di atas kasurnya.
Yana is calling ....
Melihat nama sahabatnya yang tertera di sana, dengan cepat Anes mengangkatnya. Siti Nurhayana, sahabat Anes sejak duduk di bangku sekolah dasar.
"Hallo, Yana. Ada apa?"
"Gabut aja, sih. Makanya nelpon kamu. Kamu sibuk, ya?"
"Ah, tidak juga. Aku hanya baca buku, doang, kok."
"Nes, kamu tau, gak? Aku naksir sama seseorang."
"Wah, sahabatku sudah besar," ujar Anes disertai tawa. "Jadi, siapa yang sudah membuat sahabatku ini jatuh cinta?" lanjutnya.
"Ada. Teman satu sekolah, tapi keknya dia sudah punya pacar, deh."
Dari sebrang sana, Anes dapat merasakan kalau Yana bersedih.
"Benar kah? Kamu gak boleh nyerah, dong. Sebelum janur kuning melengkung, tikung menikung masih berlaku."
"Bisa aja kamu, Nes. Kamu benar gue gak boleh menyerah dapatin hatinya."
"Tapi siapa dulu, nih, cowonya. Kasih tau, dong."
"Nanti juga lo tau siapa orangnya."
"Aelah, bikin penasaran saja kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Whit Classmate
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA ••••• Apa jadinya jika cowok yang selama ini kamu cintai secara diam-diam mengambil barang berharga yang kamu miliki? Gadis manis yang memiliki paras cantik harus kehilangan mahkota dalam dirinya di m...