26. MWC

74 4 0
                                    

Happy reading
🌹

Malam ini adalah malam terakhir siswa-siswi SMA Permata Bangsa di pulau Dewata Bali. Untuk merayakan itu, panitia pelaksana mengadakan acara kecil-kecilan.

Halaman villa sudah dipenuhi siswa-siswi. Mereka melakukan barbeque-an. Ada banyak makanan juga minuman di sana.

"Pastikan dia meminum minuman ini, paham?"

"Siap!"

Perbincangan dua manusia itu berakhir dengan salah satunya pergi menemui target.

Tidak ada yang menyadari. Semua sibuk dengan canda dan tawa. Kenangan harus tercipta di malam terakhir ini, sebelum hari esok kembali ke rumah.

"Gays, kalian mau nitip gak? Gue mau ambil minum, nih," ujar Bowo kepada teman-temannya.

"Nitip, gue," jawab David yang diangguki teman-temannya.

Bowo pergi mengambil minuman juga beberapa cemilan sebagai teman ngobrol. Ngobrol tanpa cemilan gak akan seru.

Kebetulan di stand makanan ada banyak cemilan yang bisa diambil.

"Minuman datang!"

Malam yang indah, kembang api bertaburan di langit. Malam semakin larut. Namun, acara terus berlanjut.

Sedangkan yang lain bersenang-senang di halaman villa, beda halnya dengan Anes yang terjebak di salah satu kamar villa yang tidak ditempati.

Saat dia asik bercanda dengan teman-temannya, tiba-tiba ada yang memanggilnya menyuruhnya datang ke tempat ini. Setibanya di sana tidak ada orang.

Entah bagaimana bisa saat dia mau keluar pintunya tidak bisa dibuka. Padahal seingatnya dia tidak menyunci pintunya, bahkan dia membiarkan pintu itu terbuka lebar.

"Tolong! Tolongin aku, aku kekunci!"

Sudah tiga puluh menit rasanya Anes berteriak minta tolong. Namun, tak kunjung ada yang menolong.

Gimana ada yang mau menolong, kamar itu terletak di bagian ujung dan tidak ada satu orang pun yang melewati tempat itu.

"Siapa, sih, yang iseng kunciin pintu. Gak tau apa ada orang di dalam. Kalau gini gimana caranya aku keluar? Yakali aku tidur di sini," gerutu Anes.

Mana ponselnya ditinggal di kamar tempatnya beristirahat, karena lowbet. Jadi gak ada teman yang bisa dia kabari.

Capek terus berteriak, Anes memutuskan untuk istirahat di kamar itu. Kamarnya juga lumayan bersih.

Karena lelah menjalani hari seharian, Anes membaringkan tubuhnya di atas kasur dan menyelami dunia mimpinya.

•••

Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari. Seorang remaja laki-laki berjalan tertatih menuju kamarnya.

Matanya sudah setengah meram. Efek alkohol. Dia berjalan tak tentu arah. Setibanya dalam kamar, remaja itu langsung membanting tubuhnya di atas tempat tidur.

Tunggu, seprtinya ada sesuatu yang mengganjal. Dia meraba sisi kiri dan menemukan sesuatu yang aneh. Kenyal dan besar.

Dengan kesadaran di ujung tanduk, dia terus meremas benda kenyal itu, hingga sang empu mendesah.

Mendengar desahan itu jiwa kelakiannya pun meronta. Tanpa pikir panjang, dia menindihnya meraup beda kenyal itu ganas.

"Ah, apa yang kamu lakukan! Lepas!" teriak korban.

Korban yang tak lain adalah remaja perempuan itu memberontak. Air matanya jatuh membasahi pipinya.

Tidak, ini tidak benar.

"Please, jangan lakukan ini," ucapnya lirih.

Namun, sang remaja laki-laki tak menghiraukannya. Dia terus melanjutkan aksinya.

Sesuatu yang harusnya tidak terjadi. Malam itu terjadi. Susuatu yang dipertahankan selama belasan tahun, kini raup diambil paksa.

"Aku membencimu," gumam wanita itu sebelum kesadarannya hilang.

Sedangkan sang cowok tumbang disamping wanita setelah puas menuntaskan hasratnya.

Malam yang seharusnya memberi kebahagian, berubah menjadi malam kelam bagi gadis yang keperawanannya direngut paksa.

Malam ini adalah malam yang tak akan pernah ia lupakan. Cinta yang tertanam dalam dirinya sejak pertemuan kala itu, berubah jadi benci yang teramat dalam.

Dia benci pada laki-laki itu, dia benci pada dirinya yang begitu lemah. Dia benci malam ini.

•••

Pagi yang cerah kembali menyambut. Burung-burung berkicau membuat suasana yang begitu damai. Semua siswa-siswi SMA Permata Bangsa bergegas merapikan barang-barang mereka setelah sarapan bersama.

Jam sembilan nanti mereka akan meninggalkan tempat ini.

"Anes, semalam lo kemana? Kok gak ada di acara. Pas kita kembali ke kamar juga lo gak ada. Lo tidur di kamar mana?" tanya Lesni.

Anes tidak menjawab. Dia hanya diam.

Keempat sahabatnya pun bingung dengan sikap Anes. Sejak kembali subuh tadi, Anes tidak berbicara. Dia hanya diam.

"Lo kenapa, Nes?" tanya Lesni lagi.

"Gak papa."

"Kalau ada masalah cerita, Nes. Kita siap kok dengarin cerita lo," ujar Yana.

"Aku bilang gak papa, ya gak papa!" bentak Anes. Dia keluar kamar dengan ransel di pundaknya.

Yang saat ini ia inginkan adalah kesepian dan kesendirian.

"Ada apa dengan Anes? Gak biasanya dia kaya gitu," ucap Yana.

"Entah," jawab Neni.

"Udah biarkan saja dulu dia sendiri. Mungkin lagi ada problem," timpal Niati.

Perubahan sikap Anes tidak hanya pas di villa. Bahkan saat tiba di sekolah pun Anes masih bersikap sama.

Lima menit lalu rombongan SMA Permata Bangsa sudah sampai di sekolah. Setiap murid berhamburan keluar bis. Jemputan mereka sudah stand bay di sana. Baik dari orang tua, kakak, teman, maupun ojek dan taksi online.

Anes menyeret langkahnya ke luar pagar mencari angkutan umum yang bisa membawanya pergi dari sini. Matanya tak tahan lagi membendung air mata. Ia ingin cepat sampai di rumah meluapkan segalanya.

"Anes!"

Langkah Anes terhenti kala Irfan memanggil dirinya.

"Nes, pulang bareng, yok. Motor gue masih di sekolah," tawar Irfan.

Bukannya Anes tidak mau, tetapi untuk saat ini dia sedang tidak ingin melihat wajah cowok di depannya ini.

"Gak," jawabnya cuek, lalu kembali melangkah menaiki angkot yang kebetulan berhenti.

"Dia kenapa?" tanya Irfan entah pada siapa.

•••••

Tbc__

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang