3. MWC

102 22 45
                                    

Happy reading
🌹

Desas-desus kedekatan Anes dan Irfan menjadi topik hangat di SMA Permata Bangsa. Berita kedekatan mereka dengan cepat menyebar seantero sekolah. Padahal cuman perkara mentraktir di kantin menjadi heboh.

Bukankah hal biasa mentraktir teman? Jika itu terjadi sama orang lain mungkin akan menjadi hal biasa. Namun, ini terjadi pada seorang Anes yang notabennya anak kesayangan Permata Bangsa dan juga Irfan yang katanya anti cewek.

"Gak nyangka banget Anes bisa meluluhkan Irfan si anti cewek itu."

"Irfan yang katanya anti cewek itu bukan, sih?"

"Beruntung banget Anes."

"Yang satu anti cewek yang satu anak kebanggaan, cocoklah."

"Apaan, sih. Cuman gara-gara ditraktir bisa seheboh ini. Gue ditraktir Alis kemarin biasa aja tuh."

Bisik-bisik di koridor sekolah membuat kuping Irfan memanas. Seperti tidak ada topik lain saja.

"Kak, Kakak yang lagi PDKT sama Kak Anes, 'kan?"

Langkah Irfan terhenti kala adik kelas menghadang jalannya.

"Dapat kabar dari mana lo?"

"Beritanya udah nyebar satu sekolah kali, Kak," ujar adik kelasnya tanpa rasa takut.

Rupanya adik kelasnya ini tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa.

Sedangkan yang melihat aksi berani adik kelasnya sudah menahan napas. Berani sekali dia menghadang kakak kelas. Itu pikiran mereka.

"Trus kalau gue PDKT sama Anes urusannya sama lo apa? Lo ke sekolah belajar atau mau urusin hidup orang?"

Kalimat pedas yang diucapkan Irfan membuat si adik kelas membisu. Niatnya hanya ingin tahu hubungan kakak kelasnya itu, tapi yang dia dapat malah kalimat pedas.

'Ganteng-ganteng bermulut pedas,' batin adik kelas itu.

"Ke sekolah untuk belajar bukan ngurusin hidup orang. Sebelum ngurusin hidup orang, liat dulu hidup lo sendiri. Sudah baik atau belum."

Usai mengatakan itu, Irfan pergi begitu saja. Siapa dia ngurusin hidupnya?

"Makanya jangan sok berani, pakai nanya-naya lagi."

"Kena mental gak, tuh."

"Sok banget jadi orang."

"Adik kelas, tapi belagu."

Itulah umpatan-umpatan yang dilontarkan siswa-siswi yang menyaksikan kejadian itu. Sedangkan sang pelaku hanya mampu menahan malu akibat ulahnya sendiri.

"Masih pagi sudah kusut aja, tuh muka," ujar Fikra.

"Gak dapat jajan kali," timpal Dafar.

"Gue tuh kesal sama berita tentang gue yang PDKT ke Anes. Maksudnya apa coba, 'kan niat gue traktir Anes sebagai tanda terima kasih. Kenapa mereka malah melebih-lebihkan?" kesal Irfan. Dia menarik kursi di samping Fikra.

Posisi mereka saat ini berada di kantin. Jam istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Maka dari itu, semua siswa memanfaatkan waktu istirahat untuk mengisi perut ke kantin. Ada juga yang memilih diam di kelas atau ke perpustakaan.

"Lo kan dikenal sebagai cowok yang anti sama cewek, jadi pantaslah heboh pas lo ngajak Anes ke kantin bareng," ujar Hayul yang sejak tadi sibuk dengan bakwannya.

"Nah, benar, tuh. Ditambah Anes anak kesayangan Permata Bangsa yang namanya dikenal semua siswa di sini," timpal Wahid.

"Tapi gak gitu juga, ogeb. Hanya traktir gak lebih. Gak ada embel-embel PDKT," raung Irfan frustrasi.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang