23. MWC

76 28 96
                                    

Happy reading
🌹

Burung berkicau serta suara kendaraan berlalu-lalang memandakan pagi telah tiba. Mentari terbit membawa semangat baru.

Seperti yang sudah direncanakan beberapa hari lalu, kini segerombolan siswa-siswi berbondong-bondong memasuki bis. Tentunya setelah diabsen satu persatu oleh wali kelasnya.

Bis yang dipakai ada sepuluh bis hanya untuk siswa. Sedangkan para guru memakai mobil masing-masing. Namun, ada satu dua guru naik bis untuk mengawasi mereka.

Di dalam bis sangat ramai dengan candaan menambah kesan seru perjalanan kali ini. Contohnya, di bis yang ditumpangi Anes dan teman-temannya.

"Gays, gue punya pantun buat kalian para cowok," ujar Rina salah satu siswi XII D.

Jadi, setiap bus gak musti satu kelas, ya. Semua siswa dilebur yang penting masih dalam jejeran kelas XII begitupun dengan kelas XI dan X.

"Apaan, tuh?" tanya Bowo.

"Jalan-jalan ke rumah bastian."

"Cakep."

"Rumahnya di Balikpapan."

"Cakep."

"Cewek itu butuh kepastian. Bukan cuman harapan."

Ciakh.

Nah, loh. Dengarin tuh cowok-cowok. Cewek itu butuhnya kepastian. Wkwkwk.

"Wah, cari gara-gara. Balas, Wo, balas," ujar Mail menggoyangkan bahu Bowo yang duduk disampingnya.

Bowo berdiri dari duduknya. "Ekhem."

"Gue sebagai kaum cowok gak terima nih sama pantun lo. Soalnya kebanyakan cewek itu sok jual mahal," ujar Bowo.

Murid cowok yang lain juga setuju dengan Bowo. Enak aja nyalahin kaum cowok. Gak sadar diri banget.

"Pagi-pagi baca koran," ujar Bowo.

"Cakep!"

"Bacanya sambil makan ketan."

"Cakep!"

"Katanya gak mau pacaran. Tapi kemarin malah jalan sama mantan."

Murid cowok terkekeh mendengar pantun Bowo. Dan ada juga beberapa dari mereka berada diposisi itu.

"Gue juga punya pantun," ujar Indah.

"Apaan, tuh?"

"Satu tambah satu sama dengan dua," ujar Indah.

"Cakep!"

"Dekatnya sama aku, jadiannya sama dia," lanjut Indah terkekeh.

"Kasian!" teriak mereka serempak.

Indah berdecak kesal. Pantun itu ia tujukan pada salah satu siswi yang duduk di dekat jendela, tapi malah dirinya yang disoraki.

Sedang yang lain bercanda tawa dengan sesama, lain halnya dengan Irfan. Dia hanya diam di bangkunya dengan tatapan tak lepas dari gadis berbaju biru langit, rambut yang diikat asal menyisakan beberapa anak rambut menjutai. Sangat cantik.

Tanpa sadar gadis itu juga melihat ke arahnya, hingga untuk beberapa detik pandangan mereka bertemu. Namun, dengan cepat sang gadis mengalihkan pandangannya dan kembali asik dengan teman-temannya.

'Kayanya jantung gue bermasalah. Setiap bertatapan dengannya selalu berdetak tak karuan,' batin gadis itu.

Irfan tersenyum melihat sang gadis salah tingkah. Sepertinya keputusannya tidak salah menembak gadis itu untuk menjadi kekasihnya saat tiba di Bali nanti.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang