7. MWC

86 17 55
                                    

Happy reading
🌹

Seperti yang sudah direncanakan, hari ini Anes dan ibunya meluangkan waktu bersama. Sepasang anak dan ibu itu berjalan beriringan mengelilingi salah satu mall besar di kota A.

Senyum merekah di wajah keduanya. Setelah sekian lama tidak jalan bersama, akhirnya di hari minggu yang sangat cerah ini, Anes dan sang ibu menghabiskan waktu bersama di mall.

Sungguh, Anes sangat bahagia.

"Anes, mau kemana dulu, nih?" tanya sang ibu.

Anes yang asik melihat orang-orang yang berlalu-lalang pun mengalihkan pandangannya pada sang ibu.

"Ke tempat mainan," seru Anes semangat.

Salah satu impiannya ke mall besar ini bersama ibunya adalah ke tempat mainan. Di sana disediakan banyak jenis mainan yang bisa dimainakan.

"Ayok." Ibu Anes menarik tangan Anes membawanya ke tempat yang Anes inginkan.

Hari ini semua yang Anes inginkan sebisa mungkin akan dia turuti, selanjutnya juga begitu. Mungkin.

Saat melihat hamparan jenis permainan di hadapannya, Anes tersenyum sumringa. Dia berlari ke permainan satu ke permainan lainnya.

Tidak bisa dihitung berapa banyak dia menjajalkan permainan yang ada di sana dengan ditemani sang ibu.

Ibu Anes melihat sang anak sangat bahagia pun ikut bahagia. Sudah cukup penderitaan yang Anes alamai selama ini karenanya. Dia ingin memperbaiki semuanya dari awal.

Meskipun agak sedikit terlambat, tak apa. Ini sudah resiko yang harus ia terima.

Setelah puas bermain, mereka memutuskan ke restoran yang ada di mall, mengingat waktu makan siang sudah datang.

"Mau pesan apa?" tanya Ibu Anes.

"Samain aja kaya punya Ibu," jawab Anes tersenyum.

"Silahkan ditunggu sebentar, ya, Bu." Pelayan restoran pergi meninggalkan keduanya.

"Senang?"

"Senang banget. Akhirnya impian Anes untuk jalan sama Ibu tercapai."

Ibu Anes mengelus rambut Anes yang duduk di sampingnya dengab lembut. Dia terharu mendengar jawaban sang anak. Segitu inginnya kah Anes pergi bersamanya?

"Ibu senang kalau Anes bahagia."

"Jangan berubah lagi, ya, Bu. Tetap seperti ini. Anes sayang sama Ibu." Anes memeluk ibunya dari samping yang dibalas pelukan hangat sang ibu.

'Ibu tidak bisa berjanji, Nak.' batinnya.

Setelah makanannya telah terhidang di atas meja, keduanya makan dalam keadaan hening. Anes mangambil makanan, lalu menyodorkannya di depan mulut sang ibu.

Dengan senang hati ibu Anes membuka mulutnya. Tidak hanya Anes, ibunya pun ikut menyuapkan makanan ke mulut Anes. Akhrinya acara makan itu berakhir dengan saling menyuapi.

Jam dua siang, mereka memutuskan pulang ke rumah setelah setengah hari mengelilingi mall. Mulai dari main, makan, belanja keperluan pribadi, hingga ke salon untuk keramas dan meni pedi.

Hari ini, hari yang tidak akan Anes lupakan. Dia berharap hari berikutnya akan seperti ini pula. Jalan bersama ibu, menghabisakan waktu berdua.

••••••

Hari senin menyambut pagi semua siswa SMA Permata Bangsa. Hari di mana semua siswa malas ke sekolah. Entah mengapa hari senin itu sangat dihindari dari sebagian orang terutama anak sekolah.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang