13. MWC

71 12 26
                                    

Happy reading
🌹

Suasana kantin semakin ramai pengunjung. Bangku sudah terisi penuh. Irfan, Fikra, Bowo dan Dafar mendesah kesal karena tidak mendapat bangku kosong.

Tumben sekali kantin penuh. Biasanya ada satu atau dua bangku yang tersisa, tapi kini tidak ada. Sepertinya warga Permata Bangsa janjian untuk lapar bersamaan.

Karena tidak ada lagi bangku, mereka memutuskan ke kantin belakang sekolah. Kantin yang hanya bisa di datangi anggota geng BARFIN.

Mereka berjalan beriringan. Banyak tatapan memuja dari kaum hawa. Namun, mereka tidak memperdulikan itu. Yang terpenting untuk saat ini adalah mengisi perut.

Untuk sampai di kantin belakang sekolah, mereka harus melewati lapangan outdoor yang dihuni banyak anak futsal.

Rata-rata anak cowok di sekolah ini sudah mengetahui kalau mereka adalah geng BARFIN. Sebab itu, tidak heran jika keempat cowok itu ke kantin belakang sekolah.

Bahkan, hampir seluruhnya anak cowok di Permata Bangsa masuk dalam anggota BARFIN.

"Ganteng banget mereka itu. Pengen karungin satu orang."

"Bowo makin hari makin ganteng gak ada obat, Njrit."

"Irfan, ILY."

"Kapan ya, gue bisa pacaran sama salah satu dari mereka."

"Sudah ganteng, dari kelas unggulan lagi."

Sekiranya begitulah bisik-bisik kaum hawa saat keempat cowok itu lewat. Bukan lagi hal lumrah cowok-cowok di kelas unggulan pada ganteng-ganteng.

Bahkan, jika dibandingkan dengan kelas lain, kelas unggulam tidak terkalahkan. Selain pintar, mereka juga ganteng. Begitulah pendapat sebagian siswa.

Namun, mereka tidak tahu saja. Jika penghuni kelas unggulan itu tidak semua pintar. Ada beberapa yang lalod. Hanya keberuntungan semata yang membuat mereka berada di kelas itu.

Setibanya di halaman kantin, Irfan mengedarkan pandangannya. Rupanya kantin ini lumayan ramai. Diramaikan anak-anak BARFIN tentunya.

Mereka melangkah masuk dan memgambil duduk di tengah-tengah kantin. Meja yang biasa mereka tempati.

"Teh, mie ayam satu!" teriak Bowo memesan mie ayam langganannya pada Teh Mirna.

"Siap!"

"Tumben makan di sini kalian," ujar Rakas.

"Kangen kita makan di sini. Semenjak kelas dua belas gak pernah ke sini lagi," jelas Fikra.

Semua mengangguk paham.

"Bos, sepertinya Seloka akan menyerang kita, deh. Mengingat kemarin malam Farhan babak belur. Kabarnya dia koma di rumah sakit," terang Akong.

Akong menarik kursi di depan Bowo.

"Separah itu?" Irfan tak menyangka jika kelakuannya bisa membuat anak orang koma.

"Hmm."

Semua diam tanpa kata. Jika benar begitu, pasti Seloka tidak akan tinggal diam. Tinggal menunggu kapan geng itu menyerang.

Sejujurnya mereka tak ingin bermusuhan, tetapi masalah selalu datang kepada dua kubu itu. Menyebalkan.

"Bos, Seloka ngerang sekolah!" teriak Awan yang baru saja datang. Napasnya putus-putus saking capeknya berlari.

Bayangkan saja berlari dari koridor sampai ke belakang sekolah. Itu tidak mudah. Banyak gedung harus ia lewati.

Baru juga diomongin sudah datang saja. Anggota BARFIN meneguk ludah susah. Bagaimana ini? Tidak mungkin mereka maju, pihak sekolah akan tahu dan pastinya warga sekolah lain juga.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang