Happy reading
🌹Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun, hujan masih saja mengguyur kota A sejak pagi tadi. Hujan-hujan seperti ini membuat Anes ingin makan yang hangat-hangat.
Anes pangkit dari kursinya, lalu ke dapur membuat mie instan kesukaannya. Selain membuat mie, Anes juga membuat kopi susu untuk menemaninya belajar.
Sudah dua minggu berlalu ibunya belum juga pulang. Anes besyukur ibunya tidak pulang dengan itu dia tidak akan kena marah atau pukulan lagi. Akan tetapi, dia juga rindu pada sang ibu. Bagaimana pun ibunya, dia tetaplah wanita yang melahirkan dan membesarkannya.
Ting tong.
Buru-buru Anes berjalan ke arah pintu. Dia yakin itu adalah teman-temannya. Malam ini mereka akan mengerjakan tugas kelompok yang harusnya mereka kerjakan di cafe, tapi karena Anes yang tidak bisa keluar malam akhirnya mereka memutuskan mengerjakan tugas itu di rumah Anes.
"Kirain kalian gak akan datang," ucap Anes sambil mempersilahkan teman-temannya masuk.
Di luar masih hujan, tapi tidak sederas sore tadi. Hanya rintik-rintik yang jatuh membasahi bumi.
"Awalnya, sih, gitu, tapi hujannya gak terlalu deras makanya kita langsung gas kesini," ucap Yana.
Dalam kelompok ini Anes merasa bersyukur sebab bisa disatukan dengan kedua sahabatnya. Tambahannya hanya tiga orang laki-laki yaitu Irfan, Bowo dan Hayul.
Setiap kelompok terdiri dari enam orang dan setiap kelompok gurulah yang menentukan.
Mereka mengambil tempat di ruang tamu beralaskan karpet berbulu dengan meja di tengah-tengahnya.
"Langsung mulai aja kali, ya, biar gak kemalaman kita pulang," usul Hayul.
Semua mengangguk mengiyakan usulan Hayul. Anes, Lesni, Irfan, Bowo dan Hayul bertugas mencari materi mana saja yang akan dimasukkan dalam tugas. Sedangkan Yana bertugas mencatat apa yang sudah teman kelompoknya berikan.
"Nes, yang ini ditulis juga?" tanya Yana.
"Iya, tapi beberapa kalimat diubah dan dihilangkan. Jangan semua kalimatnya kamu tulis," jelas Anes.
"Oke, paham."
Keaadaan kembali hening. Bowo yang sudah bosan membaca buku, mengambil cemilan yang sudah disiapkan lalu kembali membaca buku sambil mengemil.
"Hayul, halaman berapa yang mau gue tulis? Lupa gue," ujar Yana.
"Masih muda sudah pelupa, lo. Halaman 258."
"Lupa itu manusiawi gak ada sangkut pautnya dengan usia," timpal Lesni yang sejak tadi diam.
"Iya, gue tau, tapi kan belum lama gue sebut halamannya masa dia dah lupa," ucap Hayul tidak mau kalah.
"Sejak tadi Yana menulis banyak angka dan kalimat. Wajar saja kalau dia lupa."
"Sudah jangan berantem," lerai Irfan.
"Tau. Masalah itu saja diributin," timpal Bowo dengan mulut penuh makanan.
"Dia duluan yang mulai," bela Hayul.
"Enak aja, lo yang duluan ngatain teman gue pelupa!" Lesni menatap sinis Hayul yang duduk di hadapannya.
"Kalian mau kerja tugas atau mau ribut?" Kali ini Anes yang angkat bicara.
Semua diam, kembali pada kegiatan masing-masing. Anes hanya menggeleng melihat tingkah teman kelompoknya ini.
Hal ini memang selalu terjadi kalau kerja kelompok. Ada saja yang adu mulut hanya karena hal kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Whit Classmate
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA ••••• Apa jadinya jika cowok yang selama ini kamu cintai secara diam-diam mengambil barang berharga yang kamu miliki? Gadis manis yang memiliki paras cantik harus kehilangan mahkota dalam dirinya di m...