9. MWC

80 19 51
                                    

Happy reading
🌹

Pukul tujuh lima belas menit, parkiran SMA Permata Bangsa sudah ramai dengan kendaraan para siswa. Kendaraan sepeda motor maupun mobil sudah berjejer rapi di tempatnya masing-masing.

Bowo, Dafar dan Fikra yang kebetulan bertemu di parkiran tidak lekas masuk dalam kelas. Mereka malah menggoda adik kelas yang lewat dihadapan mereka.

Letak parkiran dan koridor sekolah yang tidak terlalu jauh, membuat mereka dengan leluasa menggoda adik kelas.

"Pagi, Neng gelis. Kenalan sama abang, yok," goda Bowo pada gadis yang mereka ketahui duduk di bangku kelas X.

"Pagi, Kak, tapi maaf, gue sudah punya pawang," balas gadis itu sebelum berlalu.

"Trus gue peduli gitu? Gak!" kesal Bowo. Sedangkan Dafar dan Fikra geleng-geleng kepala.

"Semua aja lo godain, Wo. Kasian istri lo nanti kalau tau suaminya playboy tingkat akut pada masanya," ucap Dafar terkekeh.

"Kalau gue punya istri, bukan hanya satu, tapi lima," canda Bowo.

"Gila! Lo mampu, Wo?" heran Fikra.

"Mampulah. Malahan, nih, ya punya banyak istri itu enak. Bosan sama yang satu pergi ke yang satunya lagi." Bowo senyum-senyum sendiri membayangkan kehidupan dengan lima istri.

"Ya, ampun, Wo. Gak nyangka gue otak lo agak geser." Fikra meraup wajah Bowo.

"Tangan lo asin, bangke." Bowo mengusap wajahnya pakai topi yang Dafar pakai.

"Anying! Topi gue, nyet!"

Adegan saling merebut topi pun terjadi. Banyak siswa yang berlalu-lalang menyaksikan kekonyolan tiga cowok itu.

Saat asik berdebat, suara deru motor menghentikan kegiatan mereka. Mereka serempak melihat ke arah motor yang ditumpangi dua orang berlawanan jenis.

"Gila! Gak cocok banget mereka itu." Bowo melihat 'tak suka pada dua orang itu.

"Gak nyangka gue," ucap Dafar.

"Yang satu cantik, yang satu tampan," timpal Fikra.

"Kalian belum masuk kelas?" tanya Irfan basa-basi.

Ya, orang itu adalah Irfan. Dia datang bersama sang kekasih--Elsa.

Tidak ada jawaban dari ketiga cowok itu. Mereka hanya menatap tidak suka pada gadis yang datang bersama Irfan. Entah mengapa melihat gadis itu membuat mereka emosi.

Tanpa sepata kata pun, mereka memilih pergi meninggalkan Irfan yang sedari tadi menuntut jawaban.

"Ck!"

Irfan menoleh ke samping di mana Elsa masih berdiri diam. Dia menatap malas gadis itu. "Lo gak ke kelas?" tanyanya.

"Anterin, ya?" pintanya memelas.

"Gak. Gue ke kelas duluan bentar lagi bel masuk berbunyi." Setelah mengucapkan itu, Irfan pergi meninggalkan Elsa.

Elsa menatap kepergian Irfan sendu. "Gak pernah berubah," gumamnya.

•••••

Di bawah terik matahari siang, lima orang anak remaja sedang berjalan kaki memasuki kawasan pasar tradisional. Pasar itu pasar yang lumayan besar di kota A. Banyak pedangang yang berjualan di sana.

Lima orang itu adalah, Anes, Nanda, Serli, Irfan dan Bowo. Sesuai tugas kelompok yang diberikan guru Ekonomi tempo hari, mereka pun berkunjung ke pasar tradisional ini.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang