28. MWC

164 4 0
                                    

Happy reading
🌹

Bulan berganti begitu cepat. Wajah yang dulu ceria kini terlihat datar. Tatapan mata itu tak lagi bergairah. Semua berubah hanya dalam satu malam.

"Nes, ikut gue!" Anes tersentak kaget saat sebuah tangan menarik pergelangan tangannya.

Anes tak banyak bicara. Ia mengikuti langkah kaki yang membawanya keluar kelas walau sedikit kesusahan.

"Jujur sama gue apa yang terjadi malam itu?"

Anes tak menjawab. Dia menatap datar orang itu. Dia diam bukan karena tidak mengerti maksud dari kalimat itu, tetapi dia diam karena tidak ingin membahas hal yang membuat hatinya terluka.

"Ini punya lo kan? Gue nemu ini di kamar villa yang gue tiduri malam itu." Orang itu menunjukkan jepit rambut berwarna biru muda.

Saat ini keduanya berada di taman belakang sekolah yang siang ini nampak sepi.

"Bukan punya aku," ujar Anes setelah lama bungkam.

"Ini punya lo. Gue pernah liat lo pakai ini waktu ikut olimpiade."

"Hanya sama. Jepit rambut kaya gitu bukan satu doang."

"Yakin bukan punya lo?" Anes mengangguk.

Orang itu tertawa garing, lalu kembali menatap Anes dalam.

"Malam itu gue mabuk dan salah masuk kamar. Disisa kesadaran, gue mendengar suara tangisan perempuan," ucap orang itu sambil memperhatikan setiap perubahan di wajah Anes.

"Entah apa yang terjadi, tapi paginya gue bangun tanpa busana. Gue juga menemukan noda merah di kasur juga jepit rambut ini. Satu hal yang bisa gue simpulkan, gue sudah menodai wanita malam itu," lanjutnya.

Anes menggenggam kuat kedua sisi rok abu-abunya. Dia berusaha melupakan kejadian malam itu, tetapi orang ini dengan tidak tahu dirinya datang mengungkit hal itu.

"Masih mau nyangkal?" Orang itu memegang pundak Anes.

"Maaf ...." Orang itu menarik tubuh Anes kedekapannya.

"Kenapa aku? KENAPA AKU! KENAPA!" teriak Anes, matanya sudah berkaca-kaca.

Beruntung keadaan di sana sepi.

Sekuat apapun Anes bertahan, dia tetap jatuh. Pertahanannya runtuh.

"Maaf, gue mabuk dan gak sadar sudah nyakitin lo," jelasnya. Dia mendekap tubuh Anes yang bergetar dengan erat.

Merasa Anes sudah tenang, orang itu melepas dekapannya, menangkup wajah Anes yang basah karena air mata. Dengan lembut dia membelai kedua pipi tirus itu mengusap sisa air matanya.

Sungguh dia merasa sangat bersalah telah melakukan itu pada gadis sebaik Anes. Kata maaf pun tidak bisa menembus kesalahan yang sudah ia perbuat.

"Apa dia sudah berkembang biak di sini?" tanya orang itu. Tangannya terulur mengelus perut rata Anes.

Anes membulatkan kedua matanya. Apa-apaan orang ini. Berkembang biak? Dia pikir ayam apa.

"Jangan ngaco." Anes menepis tangan itu dan mudur beberapa langkah.

Orang itu menegakkan tubuhnya, kembali mendekati Anes. "Kenapa? Gua gak salah, 'kan?"

"Bisa gak, sih, jangan dekat-dekat!" ketusnya.

"Gak bisa. Gue pengen dekat-dekat lo."

Tanpa menunggu persetujuan Anes, dia memeluk tubuh Anes menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Anes. Membuat sang empu kegelian.

••••••••

Kelas yang tadinya ribut mendadak hening saat seorang guru mata pelajaran masuk. Mungkin hanya suara deting jam yang terdengar.

"Tugas minggu lalu silahkan dikumpul. Bagi yang tidak mengerjakan silahkan berdiri di lapangan sampai jam pelajaran Ibu selesai," ujar Ibu guru.

Sangat too the poin, ya.

Semua murid berbondong-bondong maju ke meja guru mengumpulkan tugas. Talat satu detik saja, jangan harap tugas diterima.

Guru satu ini memang sangat disiplin. Baginya waktu itu sangat berharga dari apapun, jadi sebisa mungkin harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Jangan melakukan hal-hal yang membuang-buang waktu.

"Tu guru kiler kapan, sih, gak masuk kelas. Heran," gumam Yana kesal.

"Kaya gak tau aja tuh guru gimana," timpal Lesti yang mendengar gumaman Yana.

"Yana, Lesni, kalau tidak suka dengan pelajaran Ibu pintu keluar terbuka lebar!"

Yana dan Lesti menutup bibir rapat-rapat. Daripada mendapat hukuman yang nerujung tidak dapat nilai mending diam.

Setelah menghitung jumlah buku tugas yang ada di meja guru sekaligus mengabsen murid , guru mulai menjelaskan materi.

"Tempat pertama kali yang dijumpai matahari saat terbit di muka bumi adalah Pulau Kiribati. Pulai Kiribati juga resmi menjadi lokasi pertama untuk pergantian hari juga pergantian tahun," jelas Bu guru.

Ia berjalan mengelilingi setiap sudut kelas memastikan setiap murid mendengarkan penjelasannya dengan baik.

"Setiap lokasi di bumi juga sudah terdaftar dalam zona waktu internasional dengan format GMT atau UTC. Dan Pulau Kiribati sendiri mempunyai format GMT +14 dan UTC +14. Itulah mengapa Pulau Kiribati dijuluki sebagai Negeri Matahri Terbit ...."

Bu guru terus menjelaskan materi dengan tegas dan lugas. Meskipun mulutnya terus mejelaskan materi, tetapi matanya terus bergerak jeli.

"Mail, sekali lagi kamu menguap, minggu depan jangan masuk pelajaran Ibu," ujarnya menatap tajam ke arah Mail.

Kan, matanya sangat jeli padahal Mail berada di belakangnya.

Penjelasan terus berlanjut sampai bel pulang sekolah berdering keras. Semua murid XII A bersorak gembira dalam hati. Akhirnya mereka terbebas dari guru kiler satu ini.

"Belajaran hari ini kita akhiri, nanti disambung minggu depan," ucap Bu guru.

"Baik, Bu."

"Pulang langsung di rumah jangan banyak singgah-singgah. Paham?"

"Paham, Bu."

Kemudian semua murid berbondong-bondong keluar kelas setelah guru keluar terlebih dahulu. Tersisa beberapa murid saja yang bertahan dalam kelas untuk menjalankan piket. Tak terkecuali Anes dan kedua sahabatnya.

"Anes, nanti malam main ke rumah gue, ya," pinta Lesni.

Anes yang sedang memasukkan buku dalam tas menoleh. "Kayanya gak bisa, deh. Minggu depan ada olimpiade, jadi aku harus belajar," jawabnya.

Seketika bahu Lesni melemah. Niat hati mengajak Anes me time berdua harus gagal. Lesni bosan sendirian di rumah. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

"Sama gue aja gimana?" tanya Yana."

"Males. Lo kalau berdua bahas Rizky mulu. Bosan gue dengarnya," dengus Lesni.

Yana manyun. Dia kan hanya ingin meluapkan isi hatinya. Kalau bukan sama sahabatnya sama siapa lagi coba.

••••••

Tbc___

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang