15. MWC

81 14 32
                                    

Happy reading
🌹

"Saat hati mulai jatuh ke lo lebih dalam, lo malah suka sama sahabat gue sendiri. Kenapa gue gak pernah mendapatkan apa yang gue mau!?"

Lesni menatap pantulan dirinya di cermin. Keadaannya begitu berantakan. Air matanya tak mau berhenti mengalir.

Mengapa rasanya begitu menyakitkan mengetahui sahabat kita suka sama orang yang kita sayang? Mengapa!?

Selama ini dia yang selalu menarik perhatian Rizky, tapi sekarang kenapa jadi begini?

Apa cinta yang selama ini ia pendam harus berakhir sampai di sini? Namun, semua itu tak semudah yang dibayangkan.

Cinta yang tumbuh sejak mereka ospek, harus ia pendam sendiri. Lesni merosot di lantai kamar mandi. Saat ini dirinya sudah di rumahnya.

"Kenapa harus lo, Yan? Kenapa?"

Lagi-lagi sesak di dada tak mampu membuatnya berkata-kata. Ini terlalu sakit.

Cintanya bertepuk sebelah tangan. Tiada harapan untuknya menggapai cinta Rizky. Dia tahu mereka belum jadian, tapi melihat perhatian Rizky pada Yana, cukup membuktikan kalau dia memiliki rasa pada sahabatnya itu.

"Aku harus apa, Tuhan?"

Lesni meraung menjambak rambutnya sendiri. Berharap sesak lekas hilang. Namun, bukan reda malah menjadi. Cinta yang ia kira akan memberinya bahagia, ternyata membuatnya terluka lebih dalam.

"Lo tau? Gue cinta sama lo udah lama, Ky. Gue memendam cinta ini dua tahun. Gue kira setelah memendam begitu lama cinta gue akan terbalas, tapi semua itu hanya angan."

"Kalau gue tau cinta sesakit ini, gue memilih gak punya cinta, Ky."

Lesni terus bermonolog seorang diri. Tidak ada yang bisa merangkulnya kala sedih. Orang tuanya sibuk bekerja, sahabatnya? Dia tidak mungkin merepotkan mereka.

Cukup dia pendam sendiri masalah ini. Sudah menjadi konsekuensi mencintai dalam diam, bukan?

Andai waktu bisa diputar kembali, dia tidak akan pergi ke lapangan. Mungkin dengan itu, dia tidak akan mendengar sekaligus melihat kedua remaja kasmaran itu.

Setelah satu jama menangis dalam keheningan, Lesni memutuskan bangkit membersihkan tubuhnya.

Tidak, dia tidak boleh lemah. Cinta tak harus memiliki bukan? Jika Yana dan Rizky saling mencintai dia tidak akan menghalangi itu.

Persahabatannya lebih penting daripada rasanya. Tak apa dia terluka tiap saat, setidaknya dia bisa melihat senyum sahabatnya.

"Lo pasti bisa, Lesni. Lo kuat! Semangat!" ujar Lesni menyemangati dirinya sendiri.

•••••

"Lesni mana? Kok dari tadi dia gak datang-datang?" kesal Neni.

"Mungkin lagi di jalan, sabar saja," ucap Anes.

Saat ini mereka berada di kafe. Rencananya malam ini mereka akan nongkrong di sana. Kebetulan Anes mendapat izin keluar, jadi mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk kumpul.

Akan tetapi, sudah setengah jam berada di tempat itu, Lesni belum juga menampakkan batang hidungnya.

Entah ada apa dengan gadis itu. Akhir-kahir ini lebih banyak diam, banyak berubah dari sebelumnya.

"Hai, maaf gue lama," ucap Lesni. Dia menarik kursi disamping Anes menatap sahabatnya bersalah.

"Lo darimana, sih? Lama benar perasaan. Kita nunggu lo dari setengah jam yang lalu tau," sewot Yana.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang