6. MWC

97 19 58
                                    

Happy reading
🌹

Minggu pagi yang cerah, seorang gadis berlari kecil melewati rumah demi rumah sesekali menyeka keringat di pelipis menggunakan handuk kecil yang disimpan di punggungnya.

Ia terus berlari sampai di taman komplek. Ia meregangkan otot-ototnya sebelum memutuskan duduk di bawah pohon rindang.

"Huft, capek banget," monolognya.

Ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru taman, hingga pandangannya jatuh pada penjual es krim di seberang jalan sana. Senyumnya terbit kala melihat makanan favoritnya itu.

Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju penjual es krim.

"Bang, es kirimnya dua," ujar gadis itu pada penjual es krim.

"Siap, Neng." Abang-abang penjual es krim mengacungkan jempolnya ke atas.

Sambil menunggu pesanannya, gadis itu menggerak-gerakan kakinya di tanah secara berirama.

"Hai," sapa seseorang yang baru saja datang, berdiri di samping gadis itu.

Gadis itu mengalihkan pandangannya. Menatap orang itu tanpa kedip. Apa ini mimpi? Pikirnya.

"Yana." Orang itu melambaikan tangannya di depan gadis yang tak lain adalah Yana.

"Ah, ya?" Yana mengerjabkan matanya lucu.

"Lucu, deh." Orang itu mengacak rambut Yana gemas.

Yana mengulum senyum tipis salah tingkah. Pipinya sudah merah bak tomat. Untung saja orang di sampingnya ini tidak menyadarinya.

"Rizky ngapain di sini?" tanya Yana setelah mengontrol detak jantungnya.

Orang itu yang tak lain Rizky teman satu sekolah Yana menoleh. "Habis lari pagi, jadi sekalian mampir sini."

Yana membulatkan mulutnya.

"Neng, ini pesanannya," ujar abang-abang penjual es krim.

"Terima kasih, Bang. Ini uangnya." Yana menyodorkan uang pas ke penjual es krim.

Setelah membayar es kirimnya, Yana kembali menoleh di sampingnya di mana Rizky masih berdiri di sana.

"Lo gak beli?" tanyanya.

"Nggak. Gue kesini karna liat lo, makanya gue samperin."

"Gue?" Ini bukan mimpi 'kan?

Tidak tahukan kalau jantung Yana berdebar tak karuan akibat ucapannya itu.

"Iya. Di sini gak ada yang gue kenal." Rizky menarik tangan Yana membawanya duduk di bawah pohon tempat Yana sebelumnya.

Mereka duduk di sana dengan canggung. Jujur Yana deg-degan bila berdekatan dengan Rizky sedekat ini.

Di sekolah Yana hanya bisa memandang cowok itu dari jauh tanpa mau menghampiri. Nyalinya cukup kecil untuk lebih dekat dengan cowok yang notabennya ketua OSIS di sekolahnya.

Yana tidak suka dengan suasana canggung ini. Dia menatap es kirimnya, lalu menatap Rizky secara bergantian.

"Mau?" Yana menyodorkan satu es krimnya pada Rizky.

"Gak, kalau mau gue bisa beli," tolaknya.

"Ambil aja, masa gue makan lo gak, sih." Yana tetap keukeh menyodorkan es kirimnya.

"Yaudah, deh gue ambil." Akhirnya dengan berat hati Rizky menerimanya.

Daripada terus dipaksa. Lagipula dia juga sedikit haus.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang