24. MWC

69 15 32
                                    

Happy reading
🌹

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, rombongan SMA Permata Bangsa sampai di Bali. Semua siswa bersorak gembira sesaat bis berhenti.

"Bali I'm coming!"

Karena hari mulai senja, mereka memutuskan istirahat terlebih dahulu dan melanjutkan kegiatan di esok hari.

Saat ini mereka berada di sebuah villa besar milik kepala sekolah. Villa itu mampu menampung semua siswa Permata Bangsa.

Villa yang memiliki halaman luas nan hijau dan terdiri dari tiga gedung yang masing-masing berlantai dua. Villa itu biasanya digunakan untuk acara-acara besar.

"Udara di sini segar banget," ujar Niati.

"Bakal betah gue berlama-lama di sini," timpal Neni.

"Baru kali ini aku lihat villa sebesar ini," sahut Anes.

"Keluarga gue punya villa, tapi gak seluas ini," kagum Lesni.

"Sudahlah mending kita cari kamar sebelum keduluan adik kelas." Yana menarik tangan teman-temannya.

Mereka berjalan ke gedung villa yang terletak di tengah. Villa itu yang akan mereka tempati juga murid perempuan di sekolahnya.

Ya, laki-laki dan perempuan dipisah. Takut terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.

Setiap kamar dihuni lima orang karena kamarnya cukup luas. Di dalamnya terdapat tiga kasur yang sangat luas. Terdapat satu kamar mandi dan walk in closet.

"Gila! Kamarnya luas banget," ucap Neni.

Satu persatu dari mereka masuk ke kamar mandi membersihkan diri.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WITA. Semua murid perempuan berkumpul di ruang makan yang cukup luas. Makanan sudah tersaji rapi di meja makan.

Makanan itu dimasak sendiri oleh mereka. Sebelum berangkat ke Bali, mereka sudah membuat jadwal piket memasak dan membersihkan villa ini.

"Eh, ini siapa yang masak? Enak banget," ujar Yana.

"Selfi anak kelas X," jawab Aan selaku panitia pelaksana tour.

Yana hanya mengangguk. Makanan ini cukup cocok di lidahnya.

Suasana makan malam ini cukup ricuh berebut makanan. Takut tidak kebagian, katanya.

"Ayamnya jangan diborong, dong, Serni. Kita-kita belum kebagian," protes Cindi.

"Tau nih, gak boleh serakah tau," timpal Esti.

"Aduh, kalian ribet bat dah. Kalau mau ya ambil aja. Lagian masih banyak gitu," ucap Serni gak mau kalah.

Teman-teman yang menyaksikan itu hanya memutar bola mata malas.

Tidak jauh berbeda dengan villa yang ditempati murid perempuan, villa yang ditempati murid laki-laki juga sangat ricuh. Mengalahkan pasar di tanah abang.

"Woi, itu punya gue jangan dihabisin!" Bowo mengambil wadah tempat bakwan.

Malam ini dia adalah salah satu yang piket memasak. Dan pas melihat bakwan tinggal tersisa beberapa potong saja dia merasa kesal.

Yang memasak belum makan malah masakan sudah hampir habis. Gimana ceritanya?

"Aelah, pelit banget lo, Wo," ucap Davar.

"He, asal lo tau, ya. Kita yang memasak di dapur belum pada kebagian."

"Oh, aja."

•••••

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang