14. MWC

58 12 22
                                    

Happy reading
🌹

"Yes, berhasil."

Dua gadis di balik pohon bertos ria. Rencana yang mereka susun berjalan lancar.

"Rasain, makanya jangan sok-sokan tawuran di sekolah gue," ucap salah satunya.

Suara sirene polisi bukan berasal dari pihak polisi, tapi dari dua gadis itu. Mereka sengaja memutar sirene dari aplikasi Youtube biar para berandal itu pergi.

Enak saja membuat rusuh sekolahnya. Emang mereka kira sekolah tempat tawuran apa.

"Ekhem." Deheman seseorang membuat kedua gadis itu membeku.

'Mampus,' batin keduanya.

Dengan perlahan kedua gadis itu membalikkan badan. Dan benar saja kelima cowok sudah berjejer di belakang mereka.

"Gimana, nih?" bisik salah satu cewek itu.

"Gak tau," balas temannya.

Bisik-bisik itu tak lepas dari tatap kelima cowok dihadapan keduanya. Tatapan penuh intimidasi dilayangkan untuk keduanya.

"Ngapain lo berdua?" tanya Irfan.

Ya, kelima cowok itu adalah Irfan, Rizky, Bowo, Fikra, dan Dafar.

"Kalau lo berdua ketahuan sama geng itu, mati lo berdua," oceh Bowo.

Berani sekali dua gadis ini. Tidak tahukan bahaya yang akan melanda keduanya jika ketahuan. Gadis nakal.

"Yang penting kan gak ketahuan," jawab salah satunya nyolot.

"Kalau dikasih tau jangan nyolot," Rizky menyentil dahi cewek itu.

"Ih, sakit tau," kesalnya.

"Makanya jangan bandel. Kalau lo kenapa-napa gimana, hah?"

"Gue kan gak papa, Rizky. Lebay, deh." Cewek itu melipat kedua tangannya di depan dada.

Sedangkan cewek satunya menatap heran interaksi kedua manusia berbeda jenis itu.

"Anak ini." Karena kesal Rizky menarik cewek itu pergi dari sana. Kini sisa satu cewek di sana.

"Yana! Kamu jangan tinggalin aku!" terik Anes. Dia mengambil ancang-ancang untuk lari menyusul Yana. Namun, gagal karena Irfan lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.

Dua gadis itu adalah Anes dan Yana. Dengan berani mereka membuat rencana ini saat semua siswa-siswi mencari tempat aman.

Sebenarnya ini rencana Yana, Anes hanya menemaninya saja, tapi lihat sekarang? Dia malah ditinggal sendirian. Dasar Yana.

"Ngapain lo ikut-ikutan kaya gini?" tanya Irfan.

Tatapan tajamnya membuat Anes menunduk takut. Baru kali ini dia melihat Irfan semarah itu. Apalagi tatapan tajam yang membuat Anes was-was.

"A--aku gak ikutan, kok. A--aku hanya nemanin Yana," jawabnya gugup.

"Sama saja!"

"Bahaya, Nes. Apalagi kalian cewek," ucap Bowo.

"Guru tau kalian lakuin ini?" tanya Fikra.

Anes menggeleng. "Gak."

Keempat cowok itu berdecak kesal.

"Kalian duluan aja ke lapangan. Anes biar gue yang urus," ujar Irfan tanpa mengalihkan pandangannya dari Anes.

Bowo, Fikra dan Dafar mengangguk, lalu pergi meninggalkan dua insan itu.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang