Happy reading
🌹Saat sampai di depan sekolah, Anes dibuat kesal pasalnya gerbang sudah tertutup rapat. Salahkan motornya yang tiba-tiba mogok.
"Pak, buka, dong. Anes mau masuk," ujar Anes pada penjaga gerbang.
"Gak bisa. Kamu sudah telat lima menit."
"Yaelah, Pak. Lima menit doang, loh." Anes memelas agar dibukakan pintu gerbang.
"Mau satu menit kek mau satu detik kek. Telat tetap telat! Tunggu saja pengurus OSIS."
Penjaga gerbang satu ini mulutnya lemas sekali. Ingin rasanya Anes tendang ke Pluto.
Anes membelenggu kesal. Baru pertama kali dia datang terlambat ke sekolah. Andai dia jalan kaki pasti akan terhindar dari terlambat.
"Ah, motor sialan!" umpatnya tanpa sadar.
Wah, baru kali ini Anes mengumpat. Sepertinya sikap lembutnya menghilang untuk saat ini. Ingatkan Anes kalau dirinya baru saja mengumpat.
Dengan perasaan kesal, Anes duduk di atas motor menunggu pengurus OSIS membuka gerbang. Dia menoleh kebelakang ternyata bukan hanya dirinya yang terlambat, tapi ada beberapa siswa yang juga ikut terlambat.
Ya, setidaknya dia tidak sendiri jika dihukum nanti.
"Buka gerbangnya, Pak," intruksi Ainun--salah satu anggota OSIS.
Melihat pintu gerbang terbuka, semua siswa-siswi berbondong-bondong masuk ke halaman sekolah.
Anes memarkirkan motornya ke parkiran terlebih dahulu sebelum bergabung dengan teman-temannya yang terlambat.
"Bagi teman-teman yang terlambat, silahkan bersihkan semua lapangan yang ada di sekolah ini. Kalian cukup bagi tugas. Ada yang di lapangn futsal, basket, voli, badminton dll. Paham semua?"
"Paham!"
"Good! Silahkan kerjakan hukuman kalian. Jika ada yang ketahuan tidak menjalankan hukuman, siap-siap berhadapan langsung dengan ketua OSIS."
Setelah mengatakan itu, Ainun meninggalkan tempat itu.
Anes berjalan ke lapangan basket. Mengambil sapu yang sudah disiapkan. Untungnya pagi ini matahari tidak terlalu terik, jadi aman.
"Tumben telat," ujar seseorang di belakang Anes.
Anes menoleh dan ternyata Elsa--pacar Irfan--yang juga memegang sapu sepertinya. Mungkinkah dia terlambat? Tapi Anes tak melihatnya tadi.
"Motor mogok." Elsa hanya mengangguk.
Keduanya diam, menyapu lapangan yang dijatuhi dedaunan.
"Dengar-dengar, lo mantannya Irfan. Apa benar?"
Anes membulatkan matanya. Apaan ini? Sejak kapan dirinya pacaran dengan pria itu.
"Tidak. Aku gak pernah ada hubungan sama Irfan selain teman satu kelas," jelas Anes setelah menghilangkan keterkejutannya.
"Benarkah? Tapi kata siswa di sini kalian pernah pacaran. Pernah makan bareng di kantin juga."
Sepertinya gadis di depannya ini harus dilakban mulutnya. Sejak tadi mulutnya mengoceh tak jelas. Tidak tahukan Anes lagi gak mood.
"Gini. Aku kasih tau kamu, ya. Kamu kan belum lama ada di sini. Satu hal yang harus kamu tau, aku sama Irfan gak pernah pacaran. Dan masalah kita pernah bareng ke kantin itu karena Irfan traktir aku sebagai bentuk terima kasih sudah membantu dia mengerjakan tugas. Sampai di sini paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Whit Classmate
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA ••••• Apa jadinya jika cowok yang selama ini kamu cintai secara diam-diam mengambil barang berharga yang kamu miliki? Gadis manis yang memiliki paras cantik harus kehilangan mahkota dalam dirinya di m...