21. MWC

78 12 21
                                    

Happy reading
🌹

"Ma, Papa belum pulang?" tanya seorang gadis dengan baju tidur melekat di tubuh mungilnya.

"Belum, mungkin kerjaannya belum selesai," jawab sang ibu yang sedang menyiapkan makan malam.

Dengan tidak bersemangat gadis itu menarik kursi menatap makanan tak minat.

"Kangen papa," lirihnya.

Sudah tiga hari lamanya ia tidak bertemu papanya. Ia sangat merindukan papanya. Ketawa bareng, makan bareng, olahraga bareng, melakukan segala hal bersama.

"Malam anak, Papa. Kok sudah murung aja tuh muka."

Pria paruh baya datang memasuki ruang makan. Gadis yang tadinya murung langsung sumringah melihat orang yang ia rindukan ada dihadapannya.

"Papa!"

Dia berlari dan langsung memeluk papanya erat takut papanya hilang. Padahal papanya gak akan kemana-mana.

"Anak Papa cantik banget."

"Dari dulu Yana cantik tau," ucap Yana cemberut.

"Ya, ya, ya, anak Papa selalu cantik.

Setelah acara kangen-kangenan mereka pun makan malam bersama diiringi dengan canda tawa. Yana beruntung mempunyai keluarga lengkap dan harmonis.

Meskipun papanya sibuk kerja, keluarga selalu dinomor satukan. Hal yang ingin semua orang rasakan. Namun, sebagian orang tua tidak menyadari bahwa sesibuk apapun anak tetaplah nomor satu.

•••••

"Eh, ada Neng Lesni," ucap Bowo saat melihat Lesni yang sedang berjalan di koridor sekolah.

Dia tidak sendiri, melainkan ada Anes dan Yana. Mereka baru saja tiba di sekolah.

Koridor sekolah pun sudah dipenuhi siswa-siswi yang juga baru datang.

"Eh, ada Irfan," ucap Lesni. Dia sengaja mengabaikan Bowo dan hal itu membuat Bowo kesal.

"Kok Irfan, sih? Kan gue yang nyapa lo," ucap Bowo kesal.

"Ada suara gak ada orang. Jangan-jangan ... dedemit."

"Sialan lo, Lesni!"

Badan setinggi dan sebesar ini gak kelihatan. Bagaimana dengan yang lebih kecil darinya apakah tidak terlihat sama sekali? Ah, entahlah si Lesni.

Yana, Anes, Irfan, dan Fikra menertawakan Bowo. Masih pagi sudah ada lelucon yang membuat mereka ketawa dan mungkin momen inilah yang akan mereka rindukan nanti saat sudah tamat sekolah.

"Kasian pagi-pagi sudah dikacangin," ucap Fikra ngakak.

"Diam, lo!"

"Udah, udah, mending kita ke kelas," lerai Anes.

Daripada berdebat yang tak akan ada habisnya, mending ke kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

"Bowo, lo suka ya sama Lesni?" tanya Yana kepo.

Akhir-kahir ini dia sering melihat Bowo selalu membututi Lesni kemanapun Lesni pergi. Hal itu membuat Yana curiga.

"Kalau ngomong jangan ngawur." Lesni menyentil kening Yana.

"Gue ngomong bukan tanpa alasan, ya. Bowo jawab, dong!" Desak Yana.

"Kalau iya, kenapa?" Bowo menaik turunkan alisnya.

"Matamu! Gak usah ngada-ngada deh jadi orang," ucap Lesni. Dia menatap tajam Bowo. Apa-apaan Bowo ini.

Bukannya apa, Lesni hanya tidak mau memberi harapan pada Bowo. Sebab dia sudah memiliki dambatan hati sendiri, walaupun dia tahu cowok itu sudah punya kekasih.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang