18. MWC

66 11 18
                                    

Happy reading
🌹

Hari demi hari berlalu. Dua minggu sudah Anes meratapi kesedihannya kala sang ibu pergi jauh darinya. Hari-harinya tak seindah saat bersama ibunya. Dunianya seakan hilang.

Tiap malam dia menangis meminta pada Tuhan agar memulangkan ibunya kembali ke sisinya. Dia tak butuh uang, yang dia butuhkan adalah sosok ibu disampingnya.

Memeluknya, memberi dukungan, menyiapkan sarapan sebelum dia ke sekolah. Namun, semua itu hanya angan semata. Ibunya tak akan kembali lagi ke pelukannya.

Tuhan terlalu singkat membuatnya bahagia bersama ibunya. Tuhan tidak adil. Tuhan ....

"Huft, aku capek," keluh Anes.

Tidak melakukan apapun, tapi sungguh dia begitu capek. Capek dengan pikirannya. Batinnya tertekan.

Daripada berlarut-larut dalam kesedihan, Anes berlalu masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya, bersiap ke sekolah.

Di dalam kamar mandi, Anes meneliti penampilannya. Rok abu-abu di atas lutut, baju yang tak dia masukkan di ban rok, serta rambut yang dia biarkan tergerai.

Penampilannya kali ini berbanding terbalik dengan penampilan sebelumnya. Bukan tanpa alasan dia melakukan ini. Dia butuh perubahan.

Perubahan dalam dirinya.

Setelah siap, Anes keluar kamar melangkah keluar rumah. Pagi ini dia memutuskan berjalan kaki ke sekolah. Sudah lama rasanya dia tidak berjalan kaki.

Hari masih terlalu pagi, tapi kendaraan sudah memadati jalanan. Anes berjalan di trotoar, satu tangannya memegang ujung tas coklatnya yang dia sampirkan di bahu kiri.

Mulutnya tak henti menyunyah permen karet menghilangkan bosan.

Sepuluh menit berjalan kaki, Anes menginjakkan kakinya di kawasan SMAN Permata Bangsa. Siswa-siswi sudah banyak berdatangan memenuhi beberapa tempat.

Saat melewati koridor, semua mata tertuju padanya. Semua tercengang melihat penampilan Anes.

"Itu benaran Kak Anes?"

"Itu Anes atau bukan, ya?"

"Anes tambah cantik berpenampilan seperti itu."

"Waw, bad girl."

"Si anak kembanganggan Permata Bangsa berubah bad girl, ygy!"

Akibat penampilan yang layaknya bad girl, banyak bisik-bisik yang masuk di indra pendengarannya. Namun, Anes tidak ambil pusing. Dia tetap melangkah memasuki kelasnya.

Tinggal beberapa langkah lagi kakinya memasuki kelas, langkahnya terhenti. Dia berpapasan dengan Irfan.

Irfan menatap intens cewek dihadapannya ini. Berkali-kali mengedipkan matanya berharap dia salah lihat.

"Anes?" tanya Irfan memastikan.

"Hmmm." Anes menggeser sedikit tubuh Irfan yang menghalangi jalannya.

Sedangkan Irfan diam mematung. Mencerna ucapan Anes.

"Wait-wait! Lo siapa masuk di kelas ini? Murid baru?" tanya Rika heboh.

"Muka lo mirip Anes. Lo kembaran Anes, ya?" tanya Serni.

"Apaan, sih kalian. Ini aku Anes."

"What!"

Satu kelas kompak berteriak histeris atas ucapan Anes. Mereka gak salah dengarkan?

Tolong katakan pada mereka kalau ini hanya mimpi.

Married Whit ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang