DADA Yara naik dan turun menyedut topeng gas oksigen yang dipasang di mulut dan hidungnya . Matanya masih terkatup rapat .
Jam di dinding dikerling . Sudah pukul 8. 17 pagi dan Yara masih tidak mahu bangun dari tidurnya . Gadis itu sudah diberikan ubat dan antibiotik . Alhamdulillah nasib sahajalah sempat dirawat . Kalau tidak entah bagaimana keadaan Yara terkena racun hemlock tersebut .
Nurhan merenung wajah itu yang lebam sana sini . Bahagian perut Yara juga ada cederanya . Entah apa jadi pada gadis itu semalam dia pun tak tahu . Dari malam tadi sehinggalah kini gadis itu tidak bangun-bangun lagi dari lenanya .
" Yara Hanina... bangunlah . Rindu ni... "
Nurhan yang tadi agak santai duduknya terus bergerak dekat pada Yara saat tangan gadis itu sedikit bergerak . Dahi gadis itu berkerut sebelum mata terbuka perlahan . Nurhan sudah tersenyum melihat buah hatinya itu .
" Yara ? Alhamdulillah awak dah sedar..." gadis itu cuba bangun dari perbaringannya . Nurhan serba sedikit membantu . Yara mula meringis sakit saat perutnya terasa pedih .
" Sakit ? " dia mengangguk kecil . Yara membuka topeng gas itu namun ditegah Nurhan . Gadis itu berdecit marah dan melawan lelaki itu .
" Tak selesa la . Saya okay "
" Nanti pakai balik " Nurhan sekadar membiarkan Yara sahaja . Gadis itu tidak mengangguk mahupun menggeleng .
Dahinya berkerut sambil memegang perutnya yang masih pedih . Tiba-tiba dia teringatkan sesuatu setelah melihat masa di jam di dinding .
" Err... Nurhan . Saya nak tukar baju apa semua tapi... "
" I have prepared for you , fiance . Semua yang awak nak semua dalam ni " satu beg kertas diberikan pada gadis itu . Yara terus melihat isinya dan matanya terus membulat melihat semua pakaian yang dia mahu serta ' dalam-dalamnya ' sekali serta tuala wanita . Wajahnya sudah membahang malu .
" Awak masuk rumah lepastu awak sendiri yang ambilkan ke ? " dia dan Nurhan saling bertukar kunci pendua rumah . Lelaki itu sering datang memberi Dory makan setiap kali dia kerja dan tidak akan balik rumah . Nurhan tertawa bila wajah Yara sudah merah padam .
" Eh ! Ya Allah tak sayang . Saya minta Kaysa ambilkan . Jangan risau " dia menahan tawa . Lucu melihat wajah itu merah dan malu . Yara menghembuskan nafas lega ." Awak papah saya masuk toilet boleh ? "
" Sampai pintu ke sampai dalam toilet sekali ? "
" Nurhan Waail bin Naim... " dengan suara mendatar dia berkata . Pandangan tajam diberikan buat lelaki itu yang tertawa kuat . Kalau tak mengusik bukan Nurhan la .
" Okey okey Inspektor jangan nak menyinga kat sini . Jom " Nurhan memegang lengan itu . Selebihnya Yara cuba berjalan sendiri meskipun perutnya terasa sakit senak .──•~❉᯽❉~•──
" Irfan ? Kau biar betul ? " Yara memandang Tuan Jad tidak berpuas hati . Eish orang tua ni... Ingat orang ada masa nak reka cerita ke ?
" Betullah . Buat apa saya nak tipu ? Tuan , saya ni hampir mati tau "
" Kau yang cari mati , Yara Hanina " Akim mencelah . Yara yang duduk bersandar di kepala katil itu memandang semua rakan sepasukannya yang ada di sini .
Kata-kata Akim itu diendahkannya . Ye , dia yang pergi cari mati . Tidak pernah gerak sorang , pergi gerak sorang . Memang kenalah jawabnya .
" Dia datang bawa pisau kat saya dan nak bunuh saya . Saya kejar dia sampailah blok hantu , Kaysa tahu tempatnya . Kitaorang bergelut and saya kalah . Campak saya masuk dalam lift rosak tu and simbah hemlock . Kalau semalam tak lupa nak bawa pistol keluar , kes ni dah ditutup " masing-masing diam dan memandang Tuan Jad . Lelaki itu yang akan membuat segala keputusan .
YOU ARE READING
HEMLOCK ✅
Mystery / Thriller𝟬3 | 𝗛𝗘𝗠𝗟𝗢𝗖𝗞 ɴᴜʀʜᴀɴ ᴡᴀᴀɪʟ | ʏᴀʀᴀ ʜᴀɴɪɴᴀ " If my love for you is a crime , I want to be the most wanted criminal " Ditugaskan menjadi detektif dalam satu kes jenayah sangat biasa bagi Yara Hanina . Tapi kes pada kali ini berbeza . Boleh dika...