DI ruangan kecemasan , Yara dan Nurhan mendapatkan rawatan lanjut . Alhamdulillah kecederaan mereka tidaklah terlalu teruk . Tapi memerlukan beberapa jahitan sahaja .
Yara mengetap bibir melihat dahi Nurhan yang dijahit oleh doktor saat ini . Kesian pula kerana luka di dahi Nurhan memerlukan jahitan keseluruhan . Yara ? Dalam 14 jahitan macam tu . Nurhan punya luka sampai 18 jahitan .
" Sakit lagi ke tangan tu ? " dia melihat tangan Yara yang dibalut kemas . Dia menggeleng kecil dengan senyuman .
" Tak sangat . Terseliuh sikit je " doktor menghabiskan jahitan yang terakhir . Dia menanggalkan sarung tangannya dan menampal jahitan itu dengan satu kain kasa .
" Lepas 5 hari boleh buka jahitan ni . Awak pun sama , Cik Yara . Tangan tu jangan terlalu guna sangat kalau boleh rehatlah ye ? Lebam semua tu boleh tuam dengan ais . Kalau ada rasa mual atau apa-apa boleh datang hospital balik . Tak ada apa awak berdua boleh pulanglah "
" Terima kasih doktor " Yara dan Nurhan beredar keluar dari bilik rawatan . Keluar sahaja dia sudah terlihat Afwan di situ menunggu mereka . Lelaki itu pamer riak risau melihat wajah itu sedikit lebam sana sini .
" Bang ? Kau okay tak ? Macam mana boleh accident ? Yara ? "
" Okay . Ada pemandu mabuk rempuh kitaorang . Unfortunately , he's died . Alhamdulillah kitaorang okay " Yara pamer wajah terkejut . Patutlah bawa kereta macam apa je tadi . Mabuk rupanya .
" Alhamdulillah baguslah . Jomlah balik . Umi risaukan korang tau " terus mereka berdua berjalan untuk ke parkir kereta .
Sampai sahaja di rumah , Hajah Saadiah terus sahaja mendapatkan Nurhan dan Yara . Dia teliti wajah Yara dengan riak risau .
" Ya Allah Yara , Han ? Okay tak ni ? Berderau darah umi bila kamu call kata kamu accident "
" Kitaorang okay je umi . Umi jangan risau okay ? "
" Han suruh umi tak payah risau ? Ingat accident jatuh basikal ke senang je cakap umi tak perlu nak risau ? " Hajah Saadiah memarahi lelaki itu . Nurhan tersengih dan mengambil keputusan untuk berdiam sahaja bila Haji Adham membuat isyarat diam .
" Awak ni Diah . Janganlah marah budak-budak ni . Benda nak jadi kan ? Nurhan Yara pergi makan dulu . Umi ada buat bubur untuk kamu berdua . Lepastu naik atas dan berehat ye ? "
" Baik walid " terus Nurhan dan Yara bergerak menuju ke dapur . Hajah Saadiah memeluk tubuh memandang Nurhan dan Yara itu berlalu pergi . Wajah tidak puas hati dipamerkan pada Haji Adham sebelum dia juga melangkah untuk ke dapur .
" Umi dosa tau jeling walid " sengaja Afwan menyibuk . Uminya itu merajuk mengada-ngada sahaja .
" Kamu diamlah Afwan ! " Afwan menahan tawa bersama Haji Adham .
──•~❉᯽❉~•──
Nurhan yang berguling-guling tidak boleh lena itu segera mengeluh berat . Dia tak boleh tidur sikit pun meskipun jam sudah menginjak pukul 2 pagi . Telefon diambil di atas meja lampu sisi katilnya .
Yara juga begitu . Dia yang sekadar mengenakan singlet berwarna putih di tubuhnya itu juga tidak dapat melelapkan mata . Kaki melangkah ke arah meja cermin dan membelek wajahnya yang teruk lebam sana sini .
" Ini kalau ibu still hidup lagi , mahu dia kata hantaran kahwin kurang " fokus Yara pada wajahnya terhenti saat telefonnya menjerit minta diangkat . Si pemanggil yang sudah dia unblock itu diangkat panggilannya .
" Apa ? "
" Woah... apa eh ? Ustaz tak ajar ke dulu bagi salam sebelum nak mulakan mukadimah ? "
" Tak ! Ustaz saya ajar bagi salam sebelum masuk rumah " Yara mula loyar buruk . Nurhan sudah pamer wajah toya . Kalaulah Yara itu ada dihadapannya sekarang , memang dia rasa nak cekik gadis itu .
YOU ARE READING
HEMLOCK ✅
Mystery / Thriller𝟬3 | 𝗛𝗘𝗠𝗟𝗢𝗖𝗞 ɴᴜʀʜᴀɴ ᴡᴀᴀɪʟ | ʏᴀʀᴀ ʜᴀɴɪɴᴀ " If my love for you is a crime , I want to be the most wanted criminal " Ditugaskan menjadi detektif dalam satu kes jenayah sangat biasa bagi Yara Hanina . Tapi kes pada kali ini berbeza . Boleh dika...