---- Tragedi
Angin sepoy hari itu seolah menerbangkan rambut Mira yang pucat pasi, mengambil tasnya di kelas lalu pulang lebih awal dengan ekspresi datar. Hari itu para guru mengadakan rapat intern
Gadis 16 tahun itu memegang erat lengannya yang masih terasa sakit karna perlakuan Erik 4 hari yang lalu.
Memar masih terlihat di beberapa bagian tubuhnya.Dan sikapnya mulai berubah akhir akhir ini. Dia bahkan tidak mau menatap Erik lagi, pria kurang ajar yang berani menghinanya bahkan dihari pertama dia pindah sekolah. Mira benar benar menghindarinya
Dan itu membuatku semakin dekat dengannya
Entah kenapa sikap Mira yang acuh membuat hati Erik seolah memanas.
Siang itu pelajaran di sekolah memang usai lebih awal, beberapa siswapun sudah berlalu dengan mobil mewahnya, sementara Mira masih terdiam menatap langit mendung dan hujan yang turun perlahan sejak pagi tadi. Nafasnya berhembus berat." Bagaimana ini? Aku harus pulang, aku masih harus ketoko, bos dan ibu bisa marah besar jika aku terlambat." celetuknya mengeluh. Mengusap kulit lengan putihnya yang terasa dingin.
Mira melangkah pelan hendak menerobos hujan, Sebelum...
" Eh." Hampir saja ia dikagetkan dengan sosok yang tiba tiba memayunginya dari samping.
" Pulang bersama paman saja." Senyumnya membuat Mira merona.
Ya, dia tak lain adalah pria berkaca mata yang diidolakan Mira sejak beberapa hari yang lalu" Stevan Alvaro."Mira memegang dadanya yang kembali berdetak lebih kencang.
" Tapi, apa tidak merepotkan?" Tanyanya tersipu. Entah kenapa aura putra sang Prince Blue Safir ini terasa begitu menghangatkan hati Mira.
" Tidak, ada yang ingin paman bicarakan juga, mari." Dia bahkan mengulurkan tangannya. Membuat jantung Mira semakin berdegup cepatSumpah demi apa, senyum maut Stevan bahkan mampu mengalahkan aura Erik dimata Mira.
Apa mereka ini manusia?
Ahh pikiran konyol apa yang timbul dibenak mira, gadis itupun segera menyambut uluran tangannya dan mengikuti langkah Stevan menuju Mobil ferrari merah miliknya.
Sungguh, baru pertama itu Mira menaiki mobil mewah bersama seorang pria tampan yang elegant. Tatapannya tak berhenti tertuju pada Stevan yang tampak begitu tenang mengemudi disampingnya." Paman mau minta maaf atas nama Erik ya.. " Ucapnya memecah suasana.
"EH?" Gadis itu bingung harus menjawab apa, lebih tepatnya gugup.
Mengapa aku merasa seperti ini disisi om om ini?
Terlihat senyum tersungging dibibir merah Stevan
" Paman masih berusia 17 tahun saat dia lahir, jadi mungkin salah paman juga yang tidak bisa mengurusnya dengan baik hingga sikapnya menjadi arogan." Sambungnya membuat bola mata Mira membundar kaget mendengarnya.
" Hah... 17 tahun?" Mira mengerjab
" Iya 17 tahun, dia putra paman dari pacar pertama dulu. Dan ibunya meninggal saat melahirkannya, Erick lahir lebih cepat dari seharusnya. Itu sebuah kesalahan. Dan paman tau apa yang sudah dia lakukan padamu." Lirik Stevan membuat wajah Mira merona merah.
" Mira yang harusnya meminta maaf... mira yang salah, maafkan mira paman." Senyum Mira getir. Mendengar itu, Stevan menghentikan laju mobilnya sejenak, ditatapnya gadis itu lekat.
Perlahan, tangan kekarnya menggapai kepala Mira dan mengusapnya pelan
" Kamu gadis yang baik." Ujarnya. Dan...
"Jreng" 4 kata itu sukses membuat Mira lagi lagi merona.
Bahkan sampai tiba didepan rumahpun dadanya masih berdetak tak karuan
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Elegant ( REVISI )
Action( Warning!! 18+ ) " Awalnya, aku mengagumi dirinya. Pelan pelan rasa kagumku berubah menjadi kebencian. Pertengkaran, keegoisannya, sikap manis yang kadang hilang timbul, mungkin itu daya pikat yang ia miliki, suami rahasiaku adalah - Pria nomer 1 d...