_____________________________________
Dinifan (Diar Niko Fandi)
Saat ini dinifan sedang berkumpul di cafe milik Niko. Biasa, Niko ngajakin nongkrong.
Ceritanya bukan nongkrong sih sebenernya tapi dipaksa beli makanan yang ada disini. Dari tadi terus-terusan disuruh beli inilah itulah. Biar Diar dan Fandi keluar duit dan Niko untung."Duh kenyang banget gue" keluh Fandi.
Untuk ke sekian kalinya Niko kembali menyodorkan sebuah menu pada Fandi "tanggung, Lo belum nyoba dessert nya"
"Heh Lo udah ye ko. Udah berapa piring nih kita makan di cafe Lo" semprot Diar yang merasakan hal yang sama dengan Fandi.
"Sok-sokan Lo. Disodorin makanan berkali-kali tetep Lo terima tuh" sindir Niko.
"Beda lagi kalo gratisan" sahut Fandi.
"Yang gratisan aja, gercep Lo"
Diar memutar bola mata malas sambil menyandarkan dirinya ke kursi "lagian seharusnya gue istirahat dirumah sekarang. Gabut banget ngajakin gue nongkrong habis kerja"
"Gue lagi peluncuran menu baru. Gue mau Lo berdua tuh jadi mentor nya. Jadi gimana? Dari lima makanan yang kalian cobain tadi, mana yang enak dan mana yang kurang enak?" Jelas Niko.
"Duh gue nggak paham soal beginian ni" celetuk Fandi.
"Lo punya lidah kan?" Tanya Niko sebal.
Diar berfikir mengamati beberapa makanan yang telah ia coba. Hingga ia ingat pada sebuah makanan yang enak dan membekas dilidahnya "Yang paling enak menurut gue sih ini" tunjuk Diar pada makanan nomor 3.
"Terus mana lagi?" Tanya Niko antusias.
"Yang kedua ini, ketiga ini, keempat--ini, dan yang kelima ini" tunjuk Diar pada nomor 1, 2, 4, 5.
"Khusus empat sama yang lima kurang cocok dilidah gue" tambahnya.
"Alasannya?"
"Coklat yang terlalu lumer nggak cocok dilidah gue. Mau mual!!"
Niko mengangguk paham "berarti yang nomer empat sama lima paling cocok sama lidahnya cewek. Tadi Rani bilang yang dua ini enak"
"Karyawan Lo?" Tanya Fandi.
"Iya siapa lagi?"
"Gue liat-liat makin rame aja cafe Lo ya ko. Karyawan kantor gue istirahat nya disini Mulu lagi" ujar Diar menatap ke sekeliling cafe. Sedangkan Niko tersenyum bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] BANANTA
Teen Fiction"Subhanallah masyaallah ciptaanmu. Maafkan Anum ya Allah sudah bereaksi berlebihan. Bukan maksud Anum membandingkan parasnya dengan nabi Yusuf" batin Anum. Banan terus menatap wajah Anum yang memerah "jangan bilang Anum juga suka sama gue? Lancarkan...