10. Uncle Nicky

4.2K 468 13
                                    

Megan terkejut ketika sekretaris Mikail membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Dan untuk kedua kalinya, ia terkejuta melihat Mikail bukanlah satu-satunya penghuni di dalam ruangan tersebut. Nicholas, pria menjengkelkan itu ternyata juga ada di sana. Dengan senyum semringah yang terlihat berlebihan menyambutnya.

Nicholas bangkit berdiri, menghampiri Megan dengan kedua tangan yang membentang terbuka. "Well, umur panjang, Megan. Kami sedang membicarakanmu."

Kening Megan berkerut mencerna kalimat Nicholas, yang membuatnya membiarkan Nicholas memeluk dan mendaratkan kecupan singkat di pipi kanan dan kirinya. Dan saat itulah Megan tersadar dan tubuhnya hendak memberikan respon penolakan. Akan tetapi ... Entah kenapa kali ini Megan mempertimbangkan untuk menerima sikap pria itu. Tapi dengan tegas tidak akan membalas sambutan terlalu intim -untuknya jika dilihat dari hubungannya dan Nicholas- yang diberikan sepupu mantan suaminya tersebut.

Kemudian perhatian Megan kembali teralih, menatap Nicholas dan Mikail bergantian. "Pembicaraan macam apa yang sedang kalian bicarakan tentangku?" tanyanya dengan tatapan menuduh, terutama kepada Nicholas.

Nicholas menyunggingkan senyum tipisnya dan mulutnya sudah terbuka hendak menjawab dengan pembicaraan yang sesungguhnya. Akan tetapi, tentu saja Mikail lebih waras dari dirinya dan menyela jawabannya.

"Kami sedan membahas tema untuk pemotretan kedua." Pandangan Mikail seketika berhenti. Mengamati penampilan Megan dan tersadar bahwa pasti sekretarisnya tengah melakukan kecerobohan lainnya.

Megan hanya mengenakan jubah handuk dan dibalik jubah tersebut, Megan pasti mengenakan pakaian renang. Salah satu bikini yang memiliki brand dengan mallbya dan saat ini tengah menjadi perbincangan mereka. Dengan pembicaraan pribadi, dan Mikail tak ingin Megan mengetahui hal tersebut.

"Dan itu yang sedang ingin kutanyakan padamu. Kenapa pemotretan ini ditunda?" Megan maju satu langkah melewati Nicholas dan mendekat ke meja besar Mikail.

"Bukan ditunda, tapi ... dibatalkan," koreksi Nicholas. Dengan suara yang dibuat selirih mungkin sehingga ia pun memiliki alasan untuk sedikit membungkukkan badan dan berbisik di samping telinga Megan.

Megan membelalak dan menatap ke arah Nicholas. Diselimuti ketidak percayaan. "Kenapa?"

"Karena ..."

"Karena tema ini tidak sesuai dengan pencintraan mall kami," sela Mikail sebelum Nicholas mengeluarkan kata kedua.

Kedua mata Megan membelalak semakin lebar, nyaris melongo. "Tidak bisakah kau membuat alasan yang lebih masuk akal, Mikail?"

Dengusan yang terselip di antara kalimat Megan membuat Mikail tersinggung. Dengan segera, raut pria itu berubah mengeras dan tatapannya menajam tepat ke kedua mata Megan. "Bukankah itu semua juga tergantung pada keinginan saya, Nona Ailee?"

Seketika Megan mengerjap dengan cepat akan keformalan dan keseriusan yang seketika merubah cara pandang wanita itu terjadap Mikail. Sang CEO mall M-King.

Nicholas pun juga terkejut dengan perubahan suara Mikail, wajahnya berputar ke samping. Dan Mikaik melanjutkan, "Maafkan keteledoran yang membuat Anda membuang waktu demi persiapan ini. Kami akan ..."

"Kau akan mendapatkan ganti rugi yang sangat mahal, Mikail," potong Nicholas sembari memangkas jarak di antara tubuhnya dan tubuh Megan. Tak sampai di situ, Nicholas bahkan mengalungkan lengan di pinggang Megan.

"Bukan masalah. Ini kesalahan dari pihak kami."

Wajah Megan semakin mengeras, oleh kelancangan Nicholas yang tak ditolaknya, juga ekspresi di wajah Mikail. Wanita itu pun mrnrlan ludah dan menguatkan hatinya sebelum memungkasi pembicaraan keduanyan. "Ya, Anda memang perlu membkcarakan hal ini pada tim kreatif Anda dan pada manager saya."

"Maafkan kelalaian kami, Nona ..."

Megan berbalik, tak butuh mendengar lebih sekaligus mengurai pelukan tangan Nicholas. Kemudian dengan setiap langkah yang menciptakan genangan di kedua kelopak matanya, wanita itu mencapai ke arah pintu dan menghilang dari pandangan kedua pria tersebut.

Di depan pintu, Megan memejamkan kedua matanya demi kembali menenangkan hatinya yang bergejolak sekaligus mengurai kaca di kedua kelopak kaganya.

Setelah lebih dari satu menit dan Megan berhasil menenangkan kembali situasi hatinya. Dan wanita itu membalikkan tubuh hendak berjalan pergi, Megan baru saja keluar dari ruangan Mikail. Berganti melihat Kiano yang baru saja keluar dari pintu lift di ujung lorong. Langkahnya seketika membeku, menatap putra mungilnya tersebut melangkah mendekat. Dalam perjalanannya menuju ke arahnya, Kiano menyadari keberadaannya dan seketika senyum yang sejak tadi menghiasi wajah mungil tersebut berubah menjadi beku. Langkahnya juga terhenti.

Megan dan Kiano saling pandang dalam keheningan, jarak yang membentang di antara keduanya begitu luas. Akan tetapi, keheningan membuat Megan merasa canggung dan gugup terhadap putranya tersebut. Teringat akan nasehat Jelita tentang bersikap emosional di hadapan anak laki-laki itu.

Megan menarik napasnya secara perlahan, sebelum kemudian melanjutkan langkahnya mendekati sang putra. Berhenti tepat di samping Kiano.

"Hai, jagoan." Megan menampilkan senyuman sempurna meski jantungnya berdegup dengan kencang.

Kedua mata bulat dan biru bocah mungil itu membelalak dengan lucu, yang membuat Megan merasa begitu gemas dan membungkukkan tubuhnya, kemudian mengulurkan tangan ke arah rambut di kepala yang sudah disisir rapi.

Mengacaknya dengan gerakan yang lembut.

Kiano mengerjapkan kedua matanya. Masih tak percaya akan usapan lembut Megan di kepala. Yang membuat anak kecil tersebut merasa begitu terkasihi. Haus akan belaian sosok seorang wanita di hidupnya. Sejak terlahir ke dunia ini. Fakta tersebut kembali menyabet hati Megan dengan penyesalan yang begitu dalam.

"Ah, tante ingin minta maaf untuk pertemuan terakhir kita yang tidak berakhir dengan baik. Tante memiliki sedikit gangguan kesehatan sehingga tidak bisa kembali. Apa Jagoan ini akan memaafkan?"

Kiano menganggukan kepalanya dengan mantap. "Tentu saja, Tante Cantik."

Megan bernapas dengan lega akan keceriaan yang seketika menyelimuti wajah Kiano. "Dan sebagai permintaan maaf tante, apa sekarang kau ingin ikut tante? Ada sesuatu yang ingin tante berikan padamu."

Senyum di wajah itu seketika membeku, digantikan berengut di bibir. "Kiano harus minta ijin pada papa."

Megan pun terdiam, tak bisa menyumpahi sekaligus menyalahkan Mikail. Tentu saja ia tak bisa membawa Kiano pergi begitu saja dari hadapan Mikail, atau pun memintakan ijin pada Mikail. Mikail akan membuat seribu alasan demi melarang Kiano pergi bersamanya.

Megan masih memikirkan solusi untuk membawa Kiano bersamanya, ketika tiba-tiba suara familiar yang membuatnya jengah menyela di antara mereka.

"Well, well, well. Siapakah ini?" Nicholas muncul dari arah belakang Megan. Dengan senyum lebar yang dipasang mengembang di wajah. "Bukankah ini jagoan om?"

Kedua mata Kiano membelalak dengan kebahagiaan yang segera menyebar di wajah mungilnya. Ketika Nicholas merentangkan kedua tangan dan sedikit membungkukkan tubuhnya, bocah kecil itu segera menghambur ke pelukan sang paman. "Om Nicky?"

Nicholas menangkap tubuh mungil Kiano dan langsung melayangkan tubuh itu dengan gerakan yang ringan layaknya pesawat. Hingga membuat Kiano tergelak oleh tawa. Dan keakraban tersebut pun membuat Megan membelalak tercengang. Menatap dengan bengong pemandangan di hadapannya ini. Bagaimana mungkin Nicholas bisa seakrab itu dengan putranya?

Still In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang