Langkah Mikail sempat tersendat ketika menghampiri Megan yang duduk di kursi di ujung lorong. Kepala wanita itu tertunduk, menatap telapak tangan yang berlumur darah."M-mikail?" Suara Megan terdengar serak dan begitu lemah. Bibirnya juga terlihat begitu pucat, dan wajahnya terlihat lebih tirus sejak terakhir bertemu wanita itu kemarin. Bahkan seharusnya wanita itulah yang dirawat di rumah sakit setelah percobaan bunuh diri konyol itu. Bukannya menunggu sepupu sialannya.
Mikail sendiri tidak tahu bagaimana persisnya Nicholas bisa masuk ke rumah sakit. Tetapi dari pengawalnya, sebuah informasi singkat bahwa sepupunya itu yang menyelamatkan nyawa mantan istrinya cukup mengejutkan mengejutkannya. Itulah sebabnya Megan sangat setia menunggu di depan rumah operasi selama enam jam lebih.
Wajah wanita itu dipenuhi derai air mata. Dengan penampilan yang berantakan. Perban yang melilit pergelangan tangan Megan terlihat mengintip di balik lengan panjang blazer yang wanita itu kenakan. Beberapa bercak darah juga masih menghiasi ujung pakaian wanita itu.
Hati Mikail serasa tersentil melihat betapa kacaunya Megan yang selalu tampil sempurna di depan kamera, karena pria lain. Akan pengaruh pria lain bagi wanita itu. Dan sungguh, ia benci emosi itu masih memengaruhinya.
Juga, satu pertanyaan yang mengganggu sejak Jelita menghubunginya beberapa saat yang lalu. Untuk apa Megan menemui Nicholas setelah kesepakatan pernikahan yang ia tawarkan pada wanita itu?
Apakah Megan menolaknya?
Ck, seharusnya ia tak perlu meragukan kelabilan wanita itu. Megan jelas lebih memilih melarikan diri daripada harus menghadapi pernikahan mereka. Hukuman itu terlalu berat bagi wanita selemah Megan.
Dan sialnya, memikirkan penolakan itu membuat amarah di dada Mikail merebak tak terkendali. Sekali lagi merasa dikecewakan oleh wanita itu.
"K-kau di sini?" Megan bangkit berdiri, menghadap ke arah datangnya Mikail.
Mikail menekan dalam-dalam emosinya, menampilkan ekspresi wajahnya sedatar mungkin. Tanpa emosi secuil pun.
"Nicholas. D-dia..."
"Aku tahu," penggal Mikail.
Mulut Megan seketika terkatup dapat. Tatapan tajam Mikail membekukan bibirnya. Membuat wanita itu tertunduk dalam-dalam oleh rasa takut.
"Jadi kau menolak kesepakatan yang kutawarkan?"
Wajah Megan seketika terangkat dengan cepat dan menggeleng keras. "Tidak."
Mikail terdiam. Kerutan tersamar di antara alisnya. Ia pun dibuat terkejut dengan penentangan akan pertanyaannya.
"Aku akan menikah denganmu."
Mikail masih terdiam, mengamati raut wajah Megan.
Kepucatana kembali merebak di wajah Megan melihat Mikail yang masih terdiam. "K-kau ... a-apa kau berubah pikiran?"
Mikail sengaja membuat Megan menunggu dengan gugup. Ketika kegugupan di wajah wanita itu sampai pada Puncak batasnya, Megan melangkah mendekat. Menyentuh lengannya dengan tangan wanita itu yang bergetar hebat dan air mata yang mulai pecah di kedua matanya yang sejernih madu. Masih jernih seperti yang ia ingat di benaknya. Sangat jelas dan.... aroma tubuh Megan yang tak pernah ia lupakan meski wanita itu mengenakan parfum yang berbeda.
"Kenapa kau berubah pikiran, Mikail? Apa aku melakukan kesalahan yang membuatmu berubah pikiran?" Air mata Megan terurai. Genggaman tangannya pada lengan Mikail menguat, bergerak-gerak seolah ingin menyadarkan Mikail.
Mikail tetap terdiam. Satu-satunya kesalahan yang dilakukan oleh Megan hanya lah berpaling darinya. Ia pernah berjanji bahwa Megan akan menyesali keputusannya. Dan sekarang, wanita itu benar-benar menyesali keputusan wanita itu sendiri. Kepuasan yang teramat besar memenuhi dadanya, tetapi... luka hati dan derita yang Megan dapatkan pun ikut meremas hatinya. Lebih besar dari yang Mikail inginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Still In Love
RomanceSetelah impiannya tercapai, nyatanya semua pencapaiannya tersebut tak bisa menyempurnakan kebahagiaan di hati Megan Ailee. Ketika ia bertemu dengan mantan suami, Mikail Matteo dan putra yang ia tinggalkan tujuh tahun lalu kembali muncul di hidupnya...