18. Kemesraan Nicholas

4.2K 373 33
                                    

Setelah berpose dengan beberapa produk brand ternama, berganti pakaian dengan jumlah yang tak terhitung, pada akhirnya sesi pemotretan dan pengambilan gambar tersebut selesai ketika hari menjelang malam.

"Kau baik-baik saja?" Nicholas berjalan di samping Megan sembari mengulurkan botol mineral dingin yang sudah dibuka tutupnya.

Megan menghela napas pendek, menatap botol tersebut dan menerimanya. Sekarang, ia tak akan sungkan-sungkan untuk menerima segala jenis perhatian Nicholas. Menyenangkan pria itu dengan cara yang sama seperti Nicholas berusaha memenangkan hatinya.

Megan mengangguk sambil memaksa satu senyuman untuk pria itu.

Nicholas ikut tersenyum. "Baguslah. Hasil fotonya tidak pernah mengecewakan seperti biasanya."

Megan mengangguk lagi. "Kau sangat menikmatinya, kan?"

Nicholas terkekeh pelan. Tentu saja, pekerjaannya tak pernah terasa lebih baik dan menyenangkan dari yang pernah ia lakukan. Dan semua itu karena Megan Ailee, yang disempurnakan dengan hubungan mereka yang semakin membaik.

"Apa malam ini kau memiliki acara?" tanya Nicholas sembari mengambil botol di tangan Megan. Kemudian tatapannya menangkap basah yang menjejak di ujung bibir Megan. Membuat tangan pria itu terulur dan menyeka dengan ujung jemarinya.

Megan dibuat membeku dengan sikap tersebut. Matanya berkedip, bersirobok dengan tatapan intens Nicholas. Yang meski mengejutkannya, tetap tak akan Megan tolak.

"Kita perlu bicara tentang kesepakatan kita, bukan?"

Megan teringat akan makan malam mereka yang tak berakhir dengan baik dan tak ada pembicaraan apa pun.

"Melihatmu yang tidak menolak tawaran ataupun semua perhatian yang kuberikan padaku, aku berasumsi bahwa kau masih menerima kesepakatan yang kutawarkan padamu, kan?"

Megan tak langsung mengangguk. Nicholas mengambil kedua tangannya dan menggenggamnya. Kemudian pria itu berkata, "Semalam aku telah merusak kepercayaanmu, dan aku sungguh minta maaf akan kelicikanku, Megan. Aku akui aku sangat menginginkanmu tetapi itu semua tak membenarkan apa yang kulakukan padamu tadi malam."

Megan tak bisa berpaling dari pandangan Nicholas yang menguncinya. Ia membiarkan pria itu mengunci pandangannya. Sejenak peringatan Mikail berputar di benaknya, tetapi dengan segera ia tepis. Hanya Nicholas satu-satunya harapan yang ia miliki.

"Apa pun tujuanmu membiarkanku masuk satu langkah ke hidupmu, termasuk jika itu untuk memanfaatkan diriku. Aku tak peduli, Megan. Selama kau membiarkanku berada di sisimu."

Megan masih bergeming. Sama seperti seberapa besar obsesi Nicholas terhadap dirinya, tetap tak membenarkan kelicikan yang pria itu lakukan. Maka sebesar apa pun keinginannya untuk menyelinap di antara kehidupan anaknya, itu tak membenarkan sikapnya untuk memanfaatkan ketulusan Nicholas dan bersikap egois terhadap pria itu. "A-aku... biarkan aku memikirkan kembali hal ini, Nicholas."

Sejenak wajah Nicholas membeku, tetapi keraguan di wajah Megan membuatnya merasa lega. Megan adalah wanita yang baik dan lemah lembut. Rapuh dan membutuhkan limpahan perhatian. Tentu saja menawarkan dirinya sebagai batu pijakan demi apa pun keinginan Megan, tetap saja mampu menggoyahkan perasaan wanita itu.

Megan datang padanya karena sebuah keputus asaan, yang wanita itu tak sanggup hadapi seorang diri.

Nicholas tersenyum dan mengangguk, dengan ekspresi yang lembut, pria itu berkata, "Ya. Aku akan memberiku waktu untuk memikirkannya kembali. Mungkin... apakah satu hari cukup?"

Kedua mata Megan melebar.

"Besok adalah hari ulang tahun Kiano. Aku... sudah memiliki beberapa rencana untuk mempertemukanmu dengannya."

Megan tak bisa menahan kesiap pelan karena keterkejutannya. "A-apa?"

Nicholas mengangguk, menambah tekanan dalam genggaman tangannya. "Tapi jika aku terlalu mendesakmu, aku akan memberikan sedikit waktu... "

Megan menggeleng. Tak peduli dengan nalurinya, dan membiarkan keegoisannya mengambil alih. "Jangan batalkan apa pun itu rencanamu, Nicholas."

Nicholas terdiam. Kemudian mengangguk dan berkata, "Baiklah."

"Apa kau sungguh akan mempertemukanku dengannya?"

Nicholas mengangguk dengan mantap. Dan ia malah dibuat terkejut ketika Megan menghambur ke arahnya dengan kedua lengan yang mengalung di leher Nicholas. "Terima kasih, Nicholas," bisik wanita itu dengan penuh keharuan.

Nicholas tersenyum, membalas pelukan Megan dan mengelus punggung wanita itu dengan lembut. Ini adalah pertama kalinya Megan memeluknya, selain ketika mereka berada di depan kamera.

Di sisi lain, kedua mata yang mengamati interaksi tersebut dibuat terbakar oleh amarah. Wajahnya mengeras dan merah padam. Dengan kedua tangan yang mengepal kuat di samping tubuh, sekuat amarah yang berapi-api di kedua matanya.

Bibirnya yang menipis dengan tajam, mendesiskan sumpah serapahnya. "Jadi rupanya kau tak meyerah dan memilih jalan yang lebih sulit, ya?"

"Papa!" Suara polos yang memanggil dari arah belakang membangunkan Mikail dari perhatiannya pada Megan dan Nicholas yang berjalan bergandengan menuju pintu keluar. Dan dari balik kaca pintu ganda yang tinggi, Mikail bisa melihat dengan jelas senyum yang saling dilemparkan oleh keduanya. Dadanya dibuat semakin geram akan kemesraan mantan istri dan sepupu sialannya itu.

"Papa?" Sekali lagi Kiano memanggil Mikail, yang belum memberikan perhatian padanya secara sepenuhnya.

Mikail mengerjap, merasakan tarikan di ujung lengannya dan menunduk. Melihat kedua mata bulat putranya. Seketika kemarahan di wajahnya hilang tanpa jejak. Digantikan senyum lembut kebapakan dan membungkuk dengan kedua tangan terulur. Membawa Kiano naik ke dalam gendongannya.

"Hai, jagoan. Maaf, papa sedang memikirkan sesuatu."

"Mikail." Suara Alicia menyela. Setelah sempat mengikuti arah pandangan Mikail yang membuatnya berkerut kening. Bertanya-tanya tentang apa yang membuat Mikail begitu tertarik hingga sempat mengabaikan panggilan Kiano. Tetapi Alicia tidak bisa menebak karena hanya menemukan seorang wanita yang sedang bermesraan dengan... Nicholas? Ck, sepertinya Mikail hanya khawatir affair yang dimiliki Nicholas akan merusak citra perusahaan.

"Hai, Alicia. Kau menjemputnya lagi?"

Alicia mengangguk dengan senyum lebarnya. Sepenuhnya mengalihkan perhatian pada Mikail.

"Aku sudah mengatakan padamu untuk istirahat di rumah saja. Kau tahu kandunganmu semakin hari semakin besar, kan?"

Masih dengan senyum yang bertabur di seluruh permukaan wajahnya, Alicia menjawab, "Aku sudah cukup banyak memiliki waktu untuk beristirahat, Mikail. Sesekali aku memang butuh bergerak. Kau ingat apa yang dikatakan oleh dokter, kan?"

Mikail mengangguk singkat. Memberikan seulas senyum untuk wanita itu. "Hanya saja jangan buat dirimu lelah dan membahayakan anak dalam kandunganmu. Kau tahu kau tak memiliki tanggung jawab untuk memastikan Kiano baik-baik saja. Itu tanggung jawabku."

Sepintas emosi melintasi wajah Alicia, tetapi segera lenyap. Alicia menguasai dirinya dengan sangat baik. Dengan telapak tangan mengelus perutnya yang besar, wanita itu tersenyum lebar dan berkata, "Aku baik-baik saja, Mikail. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kami berdua."

Mikail mengangguk singkat, kemudian memutar wajah dan kembali memberikan perhatian penuhnya pada Kiano. Dengan kehangatan dan senyum yang memekati seluruh permukaan wajahnya dalam sekejap. "Jadi, apa hari ini jagoan papa bersikap baik dan manis?" tanyanya dengan penuh ketertarikan sambil berjalan menuju pintu keluar. Dan mobil Nicholas sudah menghilang dari pandangannya.

Kiano pun mengangguk dengan penuh antusias. Dan tak menunggu satu detik pun untuk menghujani sang papa dengan celotehannya tentang aktivitas hari ini dengan detail. Yang sesekali disahuti oleh Mikail dengan rasa penasaran yang tak kalah antusiasnya dengan Kiano. Tawa renyah menyelimuti sepanjang perjalanan mereka bertiga

Still In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang