Butuh beberapa menit bagian Megan untuk benar-benar berhenti dari isalan tangisnya. Kembali tenang dalam pelukan Nicholas.
Usapan lembut Nicholas di kepala Megan pun berhenti. Pria itu menunduk ketika tubuh Megan bergerak menjauh mengurai pelukannya. Dan wajah mungil wanita itu bergerak terdongak, menatap wajahnya dengan emosi yang begitu dalam. Tangannya menyapa basah di bawah kedua katanya sembari berkata dengan suara lirih yang serak. "Kumohon jangan katakan apa pun kepada siapa pun tentang semua ini."
Nicholas tak mengatakan apa pun. Seorang Megan Ailee tak pernah mengatakan sebuah permohonan kepadanya. Keangkuhan wanita itu begitu sulit dan tak pernah mampu ia gapai. Membuat Nicholas merasakan satu langkah pencapaian dalam meraih hati Megan. Dengan hati yang tersenyum bangga, pria itu menganggukkan kepala sembari berkata dengan suara lembut yang penuh dengan ketulusan. "Aku akan menganggap semua ini tak pernah terjadi. Bagaimana?"
Megan sendiri dibuat terkejut dengan penawaran Nicholas yang jelas lebih melegakan dadanya. Tak pernah menyangka Nicholas akan pernah memiliki sisi perbuatan setulus ini kepadanya. Tatapan pria itu sungguh tulus, hingga ia sendiri dibuat kesulitan untuk menyangkalnya. Dan tak kalah tulusnya, Megan pun mmengangguk sambil berkata, "Terima kasih, Nicholas."
Kemudian kedua tangan Nicholas bergerak dari pundak dan menangkup sisi kanan dan kiri wajah Megan, menggunakan ujung jemarinya demi mengeringkan sisa-sisa basah di bawah kedua mata wanita itu. "Apa sekarang sudah merasa lebih baik?"
Megan mengangguk.
"Kau ingin mandi atau makan terlebih dahulu?"
Dan saat itu lah Megan tersentak pelan. Menyadari bahwa dirinya tengah telanjang di balik selimut yang melilit tubuhnya. Begitu pun dengan Nicholas yang juga tak kalah telanjangnya dengan hanya handuk yang melilit pinggangnya. Dan dirinya bahkan tersedu di dada bidang dan telanjang pria itu.
Wajah Megan seketika merah padam oleh rasa malu dan bergerak semakin jauh, mengurai lengan Nicholas yang masih setengah merangkul tubuh mungilnya. Kemudian pandangan wanita itu teralih dan kedua kaki nya bergerak ke pinggiran tempat tidur dan turun menyentuh lantai. Tetapi karena selimut yang melilit tubuhnya terlalu tebal, membuat gerakan wanita itu terselip dan hampir terhuyung jatuh ke depan.
Beruntung Nicholas menahan siku Megan dan mencegah wanita itu terjungkal ke depan. "Tunggu sebentar."
Megan terdiam, membiarkan Nicholas bergerak turun dari tempat tidur dan mendudukkan nya di sisi tempat tidur. Kemudian pria itu berjalan ke kamar mandi dan keluar dengan jubah handuk di tangan.
"Kenakan ini. Kau tak mungkin membawa selimut sebesar dan setebal itu ke dalam kamar mandi." Nicholas mengulurkan jubah mandi tersebut kepada Megan. Tapi karena Megan hanya terdiam menatap jubah mandi tersebut, tampak mempertimbangkan sesuatu. Nicholas pun berkata, "Aku akan berbalik dan memejamkan mataku jika kau keberatan dengan keberadaan ku."
Megan masih terdiam, menatap jubah handuk di tangan Nicholas dan berpindah ke wajah pria itu. Tampak menilai kesungguhan dalam kalimat Nicholas. Seorang Nicholas tak pernah melewatkan kesempatan untuk melucuti tubuhnya dengan tatapan pria itu yang begitu intens. Menikmati dirinya sebagai pemandangan yang sangat menarik dan begitu indah. Sehingga sulit untuk berpaling.
Nicholas yang melihat Megan hanya termenung dengan penawarannya pun berpikir bahwa apa yang diinginkan oleh Megan ternyata masih kurang. "Atau kau ingin aku keluar dari ruangan ini dan kembali setelah kau selesai membersihkan diri?"
Sekali lagi Megan dibuat terkejut dengan penawaran Nicholas. Kedua matanya menatap wajah Nicholas, hanya untuk menemukan ketulusan dan kesungguhan pria itu lebih nyata. Yang membuat hati Megan terenyuh, sehingga kehilangan kata-kata untuk menjawab. Hingga kemudian gerakan tangan Nicholas yang hendak meletakkan jubah mandi di pangkuannya lalu bergerak membalikkan tubuh membuat Megan tersentak pelan. Bangun dari lamunannya. Menahan pergelangan tangan Nicholas.
"Berbalik saja dan tetap di ruangan ini," jawab Megan kemudian setelah hening selama beberapa saat.
Nicholas terdiam, merasakan tangan mungil Megan yang mengelilingi pergelangan tangannya dan mengangguk pelan.
Megan melepaskan tangannya dari Nicholas, menatap punggung pria itu yang bergerak sedikit menjauh dan bertanya, "Cukup?"
"Ya," jawab Megan lirih. Setelah merasa jarak yang diberikan oleh Nicholas cukup. Mega pun mengenakan jubah handuk yang diberikan oleh Nicholas dari balik selimut. Setelah merasa tubuh telanjang nya tertutup dengan rapi, wanita itu pun mengeluarkan tubuhnya dari lilitan selimut tebal dan berdiri. "Sudah," katanya kemudian sembari berdiri dengan kedua kalinya.
Nicholas memutar tubuhnya menghadap Megan dan memberikan seulas senyum tipis yang begitu tulus. Lalu duduk di sofa dan berkata sambil mengambil ponsel di meja kaca yang ada di samping set sofa. "Mandi dan bersihkan dirimu. Aku akan memesan makanan untuk kita berdua sarapan."
Megan mengangguk. Kemudian berjalan ke arah pintu kamar mandi. Mengunci pintunya rapat-rapat, meski kali ini Megan yakin bahwa Nicholas tak akan menerobos masuk. Melewatkan kesempatan dalam kesempitan yang tengah melanda nya.
Saat Megan keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian, wanita itu masih dibuat tak yakin dengan semua perubahan sikap Nicholas kepadanya. Tetapi sama seperti dirinya yang tak pernah mampu menolak dan menyangkal obsesi Nicholas terhadapnya, kali ini pun Megan tak sanggup menolak ketulusan pria itu.
Dengan penuh kesopanan dan menghormati dirinya sebagai seorang wanita, Nicholas mempersilahkan dirinya duduk di seberang meja. Bahkan pria itu menarikkan kursi untuknya. Setiap perbuatan yang pria itu lakukan untuknya, dipastikan membuat dirinya merasa begitu nyaman. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah dilakukan oleh seorang Nicholas Matteo.
Sejak pria itu datang di hidupnya, dan dengan keterus terangan Nicholas akan perasaan yang dimiliki pria itu untuknya. Pria itu tak pernah satu kalipun membuat Megan merasa nyaman. Bahkan Nicholas cenderung lebih suka keberadaan pria itu mengusik Megan. Membuat Megan benar-benar terusik dengan keberadaan diri dan perasaan pria itu. Yang membuat Megan muak sekaligus menjadi terbiasa dengan obsesi Nicholas terhadap dirinya.
"Terima kasih," ucap Megan lirih, menatap roti gandum yang dipanggang hampir gosong dengan selain coklat di samping piring. Ya, seharusnya ia tak pernah terkejut dengan sedetail itu seorang Nicholas mengenal dirinya.
Jika sebelum nya seberapa banyak pun Nicholas mengenal dirinya lebih dalam membuat dirinya begitu risih dan semakin muak. Kali ini Megan merasa terenyuh dengan perbuatan kecil yang diberikan oleh Nicholas.
"Makanlah," pintah Nicholas melihat Megan yang hanya tertunduk menatap roti panggang di hadapannya dengan penuh emosional. Keningnya berkerut, tampak was-was dengan ketidaknyamanan Megan. "Kenapa? Kau sudah tidak suka dengan roti… "
Megan menggelengkan kepalanya sembari mengangkat wajah menatap Nicholas. "Aku masih menyukai nya. Aku hanya… hanya tak menyangka kau tahu persis apa yang kusukai." Megan memberi jeda sejenak dan melanjutkan. "Sedetail dan sedalam ini."
Sekali lagi Nicholas mencerna kalimat Megan, sebelum kemudian tersenyum dengan kedua mata yang berbinar. "Kau tahu tak ada yang tidak ku ketahui tentang dirimu, Megan."
Jawaban Nicholas pun berhasil menyentuh perasaan Megan. Membuat wanita itu lupa cara bernama meski hanya untuk beberapa detik saja. Dengan canggung, Megan pun kembali menundukkan wajahnya yang merah padam dan mulai mendapatkan suapan pertama. Berlanjut di suapan selanjutnya hingga isi piring wanita itu habis.
Beberapa menit kemudian, keduanya berjalan keluar bersama dari kamar hotel. Setelah pakaian ganti untuk Megan dan Nicholas diantarkan ke kamar. Keduanya masih terdiam dalam keheningan sepanjang menunggu lift di ujung lorong, hingga lift membawa mereka turun ke lobi. Lalu keduanya melangkah keluar dari lift, menyeberangi lobi yang luas dan berhenti sejenak untuk mengurus pembayaran.
Megan masih menunggu Nicholas menyelesaikan pembayaran ketika tanpa sengaja tatapan wanita itu menangkap sosok yang tiba-tiba muncul dan berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Membuat Megan tersentak dengan Mikail yang juga membalas tatapannya. Dengan seorang wanita cantik yang bergelayut manja di lengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still In Love
RomanceSetelah impiannya tercapai, nyatanya semua pencapaiannya tersebut tak bisa menyempurnakan kebahagiaan di hati Megan Ailee. Ketika ia bertemu dengan mantan suami, Mikail Matteo dan putra yang ia tinggalkan tujuh tahun lalu kembali muncul di hidupnya...