"Kau pikir kau akan tinggal di rumah ini hanya karena kau ingin, begitu?""Aku berhak atas rumah ini, Mikail. Ingat?" Salah satu alis Marcel terangkat, yang membuat Mikail tak berkutik.
"Kau tidak bisa. Tujuanmu tinggal di rumah ini sudah terlalu jelas, Marcel."
Marcel terbahak. Lebih keras sebelum kemudian tiba-tiba berhenti dan tatapan tajamnya berhenti pada Megan. "Jika kau tahu, maka kau tahu kau tak akan bisa mencegahku, Mikail."
"Kenapa? Apakah kalian merasa pernikahan kedua kalian terlalu rapuh sehingga takut dengan keberadaanku? Apa kalian takut aku menggoyahkan pernikahan kedua kalian yang tak lebih kuat dari pernikahan pertama kalian?"
Mikail menggeram sedangkan Megan beringsut mendekat pada pria itu. Dan reaksi tersebut tak lepas dari kedua mata Marcel.
Pria itu maju ke depan, semakin mendekat dan berhenti tepat di hadapan Megan. "Home sweet home," ucapnya lalu berjalan melewati keduanya. "Aku ingin kamarku kembali."
Mikail masih ingin menenangkan Megan yang tenggelam dalam keterkejutan wanita itu, ketika mendengar suara benda pecah dari arah dalam. Seketika Mikail teringat akan Alicia yang berada di ruang makan.
Mikail pun bergegas masuk ke dalam, setelah menyuruh pelayan untuk membawa Megan kembali ke kamar dan ia akan segera menyusul.
Saat sampai di pintu perhubungan antara ruang makan dan ruang tengah, Mikail melihat wajah Alicia yang memucat dengan pecahan kaca di lantai di sekitar kaki wanita itu. Sedangkan Marcel berdiri tak jauh dari posisi Alicia, menatap wanita itu dengan tatapan mengamati.
"Ada apa ini, Mikail?" Suara Marcel bercampur tawa kecil, menatap Alicia dan Mikail bergantian. "Siapa wanita yang tengah hamil ini? Apa dia istri keduamu? Atau istri pertama dan Megan istri kedua?"
"Hentikan omong kosongmu, Marcel," sergah Mikail dengan tajam. Menghampiri Alicia yang masih tercengang di tempat wanita itu, menariknya mundur dan mendudukkannya di salah satu kursi.
Mikail menghela napas, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sambil memberikan segelas air putih pada Alicia.
Alicia mengambil gelas tersebut dan meneguknya hingga habis.
"Maafkan aku, Alicia. Apakah baik-baik saja jika dia tahu?" tanya Mikail dengan lembut.
Kedua mata Alicia berkedip di antara wajah wanita itu yang sepucat mayat.
"Kau tahu kau tak bisa menyembunyikan hal ini darinya untuk selamanya, bukan?"
Alicia mengangguk dengan pelan. "Tapi aku tak butuh tanggung jawabnya, Mikail."
"Dia bukan pria yang bertanggung jawab, kau tak perlu khawatir."
Alicia mengangguk lagi, Mikail menepuk pelan pundaknya sedangkan Marcel yang mendengar perbincangan tersebut tak merasa perlu menelaah lebih dalam percakapan tersebut.
"Apa kau ingat siapa dia, Marcel?" tanya Mikail.
Marcel melirik ke wajah Alicia, dengan ketertarikan yang sangat tipis. "Tidak. Kenapa? Apa dia salah satu mantanku? Atau ... wanita yang menemani salah satu malamku?" Alis Marcel terangkat, terlihat enggan dengan pertanyaan tersebut. "Aku memiliki terlalu banyak teman kencan, jadi jangan salahkan aku jika aku tak mengingatnya."
"Dia sekretarisku."
"Ah, benarkah?" Marcel hanya manggut-manggut. "Dan kenapa aku harus mengingat wajah sekretarismu?"
"Mantan sekretarisku yang kau tiduri saat kau dalam keadaan mabuk," tambah Mikail kemudian dengan penuh penekanan. Sekaligus geram dengan cara Marcel memperlakukan wanita itu seperti barang tidak berguna. Termasuk dengan apa yang dilakukan saudaranya tersebut pada Megan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still In Love
Roman d'amourSetelah impiannya tercapai, nyatanya semua pencapaiannya tersebut tak bisa menyempurnakan kebahagiaan di hati Megan Ailee. Ketika ia bertemu dengan mantan suami, Mikail Matteo dan putra yang ia tinggalkan tujuh tahun lalu kembali muncul di hidupnya...