XI - s e b e l a s

66 18 2
                                    

"500 kilometer menuju ke tempat pendaratan."

Ucapan sang pilot menyadarkan mereka yang menjadi penumpang sebuah helikopter yang mengudara menuju ke tempat terakhir sinyal ponsel Shotaro menyala. Mereka melacaknya.

Jisung menatap keluar jendela helikopter itu, memperhatikan keadaan dibawah sana yang—ya, masih sama. Tidak ada perubahan apa-apa. Zombie-zombie bertebaran di semua tempat. Ada yang terjebak di dalam ruangan, ada juga yang berjatuhan dari lantai apartemen dan mati begitu menyentuh permukaan beton yang keras.

Pemuda itu merinding sekilas.

"Apa tidak ada yang bisa kita lakukan lagi, Dokter?" tiba-tiba Ryujin melontarkan pertanyaan. Tak hanya Yixing, Jisung pun ikut menoleh, memperhatikan.

"Apa maksudmu?" tanya Yixing bingung.

Ryujin mengusap tengkuknya. Dia adalah seorang anak yatim-piatu, tidak terbiasa berbicara dengan orang dewasa,"Maksudku, untuk membantu mereka, para zombie dibawah sana. Mereka...masih bisa selamat bukan? Hal itu berlaku untuk Nyonya Jung Soojung dan Tuan Uchinaga Kaiho."

"Iya ya," timpal Jisung."Mereka mungkin masih memiliki kesempatan untuk hidup—mereka tidak perlu dibunuh, Korea Selatan tidak perlu dibumihanguskan." tambahnya, merasa setuju dengan perkataan Ryujin sebelumnya.

Sementara Yixing terdiam mendengarnya. Apa yang dikatakan oleh anak-anak benar adanya. Mungkin, para zombie itu masih bisa mereka selamatkan seperti pada kasus Kaiho atau Soojung. Namun, secara pribadi Yixing sendiri tidak merasa yakin.

Kaiho dan Soojung bisa dibilang sebagai kasus spesial. Kaiho dianggap mati suri selama lebih dari dua puluh tahun setelah menerima virus yang Soojung kembangkan, juga penawar virus yang terpaksa mereka berikan sebab perkembangan Kaiho tidak sesuai dengan harapan.

Lalu Soojung, dia sudah meminum cairan berisi virus yang sama sebanyak dua kali, dan dia pun meminum penawarnya sebanyak dua kali pula. Kondisinya cukup stabil, begitu menurut Hendery meski Soojung tidak memiliki kesadarannya saat itu.

Tetapi berkat darah Kaiho yang ditransfusikan pada Soojung, wanita itu kini mulai kembali seperti Kaiho. Bahkan, mereka lebih tenang dibanding dengan manusia normal kebanyakan. Terlihat tidak akan mengancam, bahkan tak pernah merasa terancam.

"Tapi...aku tidak yakin, anak-anak." akhirnya Yixing bersuara. Dia mengeluarkan pendapatnya yang cenderung meragukan hal tersebut.

"Kaiho dan Soojung berbeda, karena kalau kalian lihat kasus teman kalian, Na Jaemin itu, dia sampai sekarang belum pulih. Dia bahkan tidak bisa dibilang hidup atau mati. Ketika detak jantungnya bersuara namun nafasnya tidak pernah terdengar kembali. Kita tidak bisa asal menyimpulkan anak-anak." tutur Yixing lembut.

Ryujin dan Jisung kompak menghela nafas berat. Keduanya kembali melarikan pandangan masing-masing ke luar jendela, memandangi awan yang berarak di sekitar mereka.

Yixing pun menarik nafas dalam, ia merasakan empati yang juga dirasakan oleh kedua remaja itu. Tetapi, mau bagaimana pun, yang ia katakan tadi juga tidak salah. Ya—harus bagaimana lagi? Jisung dan Ryujin, sama-sama masih tahap menuju pendewasaan. Mereka belum benar-benar paham.

"Tapi jika memang bisa, aku harap, kita mampu menyelamatkan lebih banyak orang lagi." ucap Yixing, sebelum menutup pembicaraan dan membiarkan keheningan kembali melanda mereka.




























































Ting!

Bel dalam lift itu berdenting, meyakinkan para manusia yang ada didalamnya bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Pintu lift pun terbuka lebar sehingga Giselle, Winwin, Xiaojun dan Sungchan keluar dari sana.

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang