XII - d u a b e l a s

64 17 2
                                    

"Menghindar semuanya!!" mendengar seruan Ten, semua temannya menghindar. Berusaha untuk tidak terkena tembakan membabi-buta yang tiba-tiba saja datang dari makhluk kanibal aneh itu.

Tak ada yang bisa memanggilnya zombie. Makhluk itu bisa tersenyum, menampakkan raut wajah yang mengerikan dan bisa menggunakan senjata dimana tak ada satu zombie pun yang bisa melakukan hal itu sebelumnya.

Ruiqi bekerjasama dengan Nicholas untuk membantu menjaga Xing Qiao yang meringis dan merintih. Lukanya terlihat jelas. Pakaian serba hitam yang dia gunakan nampak ternodai oleh merahnya darah yang tersamarkan.

"Kita harus hentikan pendarahannya dulu, kak!" cetus Nicholas yang langsung diangguki oleh Ruiqi.

Dor!

Tembok besi yang ada dibelakang mereka berdesing keras saat sebuah peluru menyasar kesana. Nicholas dan Ruiqi kompak menoleh ke sumber suara lalu beralih pada makhluk kanibal yang kini menatap mereka dengan senyuman mengerikan.

"Nicholas, lindungi aku dan kak Qiao, aku akan berusaha untuk mengeluarkan pelurunya dulu baru akan memakaikan perban!" ujar Ruiqi dengan panik, menurunkan tas dari punggungnya kemudian mengacak-acak isi tas tersebut.

Dia mencari kotak p3k besar yang dirinya bawa. Setelah benda itu ia temukan, Ruiqi mengambil gunting bedah, pinset, alkohol, kapas, kasa juga benang dan jarum.

Gadis itu memasang sarung tangan karet tipis di kedua tangannya dan berusaha untuk membaringkan tubuh Xing Qiao sementara Nicholas mulai sibuk dengan pekerjaannya untuk melindungi kedua gadis itu.

Ruiqi mengambil nafas dalam dan mulai melepas seragam luar Xing Qiao hingga hanya tersisa kaus lengan panjang berbahan tipis yang nampak pas di tubuhnya, kemudian memulai operasi dadakan untuk mengeluarkan peluru dari perut Xing Qiao.

"Kak...bertahanlah," ucap Ruiqi pelan sambil sesekali mengusap keringat di pelipis Xing Qiao.

Xing Qiao hanya bisa diam, ia menahan semua rasa sakitnya dan berusaha sekeras mungkin untuk tidak menutup matanya. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Hendery.

Lelaki itu, bagaimana kondisinya saat ini? Apa dia baik-baik saja? Xing Qiao ingin tahu. Dia takut, setelah ini dia tidak akan bisa mengetahui keadaan Hendery lagi.

"Ruiqi..." panggilnya lirih, sementara Ruiqi masih sibuk. Tangannya mulai kotor karena darah Xing Qiao dan dia sedang berusaha fokus menarik peluru yang ada di dalam perut Xing Qiao.

"Ruiqi..."

"...Apa...kak?"

Ruiqi menarik nafas dalam, sejenak ia berhenti dan menahan lengannya, tapi kemudian ia mulai menarik pinset tadi hingga berhasil mengeluarkan peluru itu dari sana.

"Sakit..."

Ruiqi yang semula terfokus untuk menutup luka Xing Qiao menatap wajah perempuan itu."Aku minta maaf—aku tidak membawa anestesi, ini mungkin akan terasa lebih sakit." katanya sembari memasukkan benang polydioxanone pada jarum untuk menjahit luka Xing Qiao agar tertutup kembali.

Xing Qiao mengerjapkan matanya perlahan.

"Apa aku akan hidup untuk beberapa waktu ke depan?"

Gerakan tangan Ruiqi terhenti. Gadis itu menatap Xing Qiao dan tersenyum tipis.

"Jangan bicara sembarangan kak—kau baik-baik saja," balasnya dengan sedikit parau dan memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Ruiqi kemudian membantu Xing Qiao untuk bangkit, dan menyandarkan tubuhnya pada tembok."Kak, aku akan membantu Nicholas dan yang lain, kakak tunggu disini saja ya," tukasnya sembari membereskan barang-barang tadi secara asal ke dalam kotaknya.

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang