Yuta berhasil. Meski memakan waktu, pada akhirnya dia dan Eunha berhasil mengantarkan Gaeul dan teman-temannya sampai di pelabuhan.
Pria itu memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk dan menatap ke sekitar. Terlihat sepi seolah tak ada penghuninya sama sekali.
Ia menoleh ke belakang, dimana di kursi penumpang, tiga anak remaja tengah menundukkan kepala mereka dalam-dalam. Yuta tersenyum kecil melihatnya.
"Jangan merasa bersalah lagi," ucap Yuta tiba-tiba.
Bahkan Eunha pun ikut terkejut mendengarnya.
"Lino melakukannya, karena dia memang ingin dan dia harus. Jika tidak begitu, mungkin saat ini, kita semua tak akan selamat sampai disini." lugasnya dengan mata yang sedikit berkaca, Yuta kemudian mengusak surai Kyungjun yang duduk tepat di belakangnya.
Pemuda itu sempat tersentak sebelum akhirnya mendongak untuk membalas tatapan Yuta. Saat itu, Yuta tersenyum kecil. Senyumannya nampak tulus."Bertahanlah untuk menghadapi masa depan kalian—dengan begitu, pengorbanan Lino dan orang-orang sebelumnya, tidak akan jadi sia-sia!"
Kalimat panjang itu membuat keempat orang yang mendengarnya jadi mengalami sedikit deja vu.
Eunha dengan bayangannya tentang kematian Taeil, Taehun dengan sahabat terbaiknya, Gaeul dengan kakak laki-lakinya dan Kyungjun dengan perempuan yang dia sukai. Keempatnya mengalami masa-masa yang buruk tanpa mereka sadari.
Mereka kehilangan orang-orang yang mereka sayangi karena kekacauan ini. Tetapi mengingat seberapa besar jasa orang-orang itu pada mereka, keempatnya pun menyadari bahwa apa yang dikatakan Yuta memang benar.
"Ka-kami mengerti kak!" sahut Taehun dengan teguh. Dia mengusap air matanya menggunakan bagian dari lengan kemeja yang dia pakai. Pandangannya menyiratkan keyakinan meski dengan binar kesedihan."Kami akan berjuang untuk masa depan yang lebih baik—demi mereka yang sudah berkorban hanya agar kami bisa hidup hingga detik ini!" imbuhnya pasti.
Yuta jadi menolehkan kepalanya pada Taehun dan mengangguk semangat dengan senyuman penuh.
"Nah, anak pintar." pujinya membuat Eunha meloloskan tawa kecil.
Tak lama, Yuta pun menoleh pada Eunha."Eunha, kau bisa tunggu disinikan? Biar anak-anak ini aku yang antar sampai masuk ke pelabuhan. Kamu diam saja disini dan jaga mobil ini." Eunha mengangguk tanpa penolakan.
Dia membiarkan Yuta dan tiga orang di kursi belakang keluar dari mobil. Sebelum sempat menjauh, Gaeul kembali menoleh padanya dan melemparkan senyuman serta lambaian kecil.
"Dah, kak Eunha! Semoga kita bisa bertemu lagi,"
Taehun dan Kyungjun yang mendengarnya ikut melakukan hal yang sama,"Kak Eunha, jaga diri baik-baik ya!"
"Kak Eunha, semoga kita bisa bertemu lagi!"
Eunha tersenyum tipis dan balas melambai. Dia baru saja akan menutup kedua jendela saat Yuta pun ikut menambahkan,"Oh—Eunha, begini, jika aku tidak muncul dalam 20 menit, maka kau harus meninggalkan tempat ini!" pesannya lalu segera menggiring ketiga remaja tadi untuk memasuki pelabuhan.
Eunha menghembuskan nafas dalam. Dia menatap keempatnya dengan perasaan cemas.
Sembari menggigit sedikit bibir bawahnya, Eunha bergumam,"Semoga kalian juga baik-baik saja, ya,"
Yuta bersiaga dengan senapan di tangannya, dia berjalan di depan Kyungjun, Taehun dan Gaeul. Sementara ketiga remaja itu berpegangan tangan satu sama lain.
"Ini seperti sebuah adegan dalam film-film aksi ya?" celetuk Kyungjun, senyumannya mengembang tipis. Dia merasa senang karena sebentar lagi akan bertemu ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ne(x)t Level [✓]
Science Fiction"Langkahku yang selanjutnya, akan membawaku pada level yang berbeda." Kisah baru, pelakon lama dan misi yang baru. Semenjak berhasil keluar dari Seoul, Giselle sudah berhasil mengupas lebih banyak kisah tentang kehidupan dirinya yang sesungguhnya ju...