"Sekarang, aku nggak bisa melihat mereka dimana pun."
Hendery bangkit untuk mendekati Nicholas yang ia suruh untuk terus mengawasi layar monitor cctv dan memastikan keadaan semua teman mereka.
Tetapi sekarang, tak ada satu pun dari mereka yang berada di ruangan yang masih ada dibawah pengawasan kamera cctv. Belum lagi beberapa layar hanya menampilkan puluhan titik-titik hitam putih bak jutaan semut yang sedang berkeliaran.
"Semoga saja mereka nggak berada dalam masalah. Yang bisa kita lakukan cuma berdoa sekarang." ucap Hendery, memandang layar monitor dengan perasaan cemas.
Lalu pria itu menoleh ke arah Xing Qiao. Hendery menghembuskan nafas berat. Ia tatap mencoba untuk tersenyum."Kamu juga. Cepat membaik ya, Qiao."
Nicholas hanya meliriknya. Ia kembali menatap lurus ke arah layar monitor. Meyakini jika di antara layar-layar tanpa gambar itu, pasti ada satu atau dua tempat yang diisi oleh teman-temannya.
"Kuharap, kalian cepat kembali."
"Aku benar-benar tidak bisa menunggu lagi,"
"Kak Yangyang, kalau mau menyusul, mending aku saja!" Sunoo menahan Yangyang yang akan melompat turun.
Beberapa detik lalu, lift sempat menyala sebentar. Benda itu naik setinggi 10 kaki. Tidak banyak perubahan memang, tapi kini sangat sulit bagi zombie untuk menggapai mereka.
Dan sulit juga untuk naik jika sudah turun.
"Kalian bisa dengan mudah menarikku nanti." timpal Sunoo, berusaha meyakinkan.
Lagipula, dia tidak akan dalam bahaya jika hanya menghadapi zombie. Tapi, masalahnya, disana zombie tidak sebodoh yang terlihat. Mereka bukan cuma makhluk kanibal yang hanya memikirkan makan.
Bahkan mungkin kalau dilatih, mereka juga bisa dibentuk menjadi sepasukan zombie menakutkan.
"Teman-teman, tenang. Ini baru sepuluh menit sejak mereka pergi, mungkin—aku, meninggalkan ransel itu di tempat yang cukup jauh makanya mereka lama," Winwin sendiri ragu dengan perkataannya.
"Kak Winwin benar. Lagipula mengingat adanya zombie, kita tidak bisa berharap apa-apa." Sungchan menambahkan tapi dia juga menaburkan sedikit bumbu pesimisme dan negatif thinking yang jelas.
"Kau tidak mau pergi—hei, kak Sungchan, bisa nggak kau mengatakan hal yang lebih positif?? Perkataanmu benar-benar nggak berguna!" ketus Sunoo.
Sungchan menggaruk kepalanya. Ia menatap Winwin dan Sunoo bergantian. Pandangan mereka terlihat menahan kekesalan padanya.
"Apa sih? Aku cuma bersikap realistis seperti biasa." jawab pemuda itu apa adanya.
Sunoo lantas berdesis."Kuharap kak Winter tau sepengecut apa dirimu kak, jadi dia tidak akan menyukaimu lagi!"
"Apa?" Sungchan membelalakkan matanya lebar-lebar."Jangan suka bicara sembarangan! Dia menyukaiku apa adanya tau!"
"Hei, kenapa malah bertengkar?? Lihat Yangyang tuh." Winwin bermaksud melerai mereka. Tapi akhirnya, dia juga disembur oleh kemarahan keduanya.
Yangyang dibiarkan pergi begitu saja.
"KENAPA NGGAK KAU LARANG KAK??!"
"TAU!! KAU PAHAM TOPIK NGGAK SIH!?" Sunoo lalu menoleh dan segera memanggil Yangyang, bahkan hendak ikut turun."KAK YANGYANG!!"
"HEY! JANGAN TURUN!" teriak Yangyang yang seketika melarangnya.
"Kau harus tetap disana, jaga amanat Giselle. Dan kalau kami tidak kembali lagi, tepati janjimu padanya! Aku akan menyusulnya dan sebisa mungkin kembali dengan vaksin itu!" tegas Yangyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ne(x)t Level [✓]
Научная фантастика"Langkahku yang selanjutnya, akan membawaku pada level yang berbeda." Kisah baru, pelakon lama dan misi yang baru. Semenjak berhasil keluar dari Seoul, Giselle sudah berhasil mengupas lebih banyak kisah tentang kehidupan dirinya yang sesungguhnya ju...