XX - d u a p u l u h

46 12 1
                                    

Tuhan memberikan anugerahnya untuk semua orang. Yuta tahu hal itu. Salah satunya sudah ia nikmati, dimana sekarang ia bisa sampai ke sebuah tempat aman, bahkan bertemu kembali dengan orang tua dan orang-orang yang pernah menjadi bagian keluarganya.

"Apa itu...mereka?" gumam Yuta ketika mendapati seorang pria, tengah mendorong sebuah kursi roda yang dinaiki oleh seorang wanita. Kerutan di wajah mereka nampak nyata. Bukan karena penuaan. Mungkin bekas guratan-guratan yang tercipta selama perubahan fisik mereka terjadi.

Joonmyeon menepuk bahunya, pria itu pun tidak akan tahu seandainya Yixing tidak memberitahu."Itu Soojung dan Kaiho. Mereka pulih berkat tekad dan dukungan dari banyak orang. Dan tentunya, karena Aeri, putri mereka."

Yuta menoleh pada Yixing dengan mata berkaca.

"Bisa kalian beri tahu aku, kemana Aeri sekarang??"

"Itu, Aeri—"

"Shotaro!!!" Karina muncul dari belakang Kaiho dan Soojung, tersenyum lebar dan mendahului mereka untuk bertemu kembali dengan teman lamanya.

Keduanya berpelukan sebentar. Saling memberi tepukan di punggung."Senang melihatmu lagi, Karina."

"Aku juga!" sahut Karina dengan anggukan kuat.

"Ki-kita.... selamat?" semua orang menatap ke arah pintu heli, Eunha turun sambil menatap sekitarnya. Ia menggenggam erat tangan Dahyun lalu menangis. Dahyun pun ikut menangis, memeluk Eunha."Kita berhasil, Eunha! Kita berhasil!"

Byungchan mengusap air matanya. Dia sebenarnya masih tidak percaya. Netranya kini menatap punggung kokoh Yuta yang mulai terlihat rapuh. Kepalanya tertunduk, Byungchan sempat kembali teringat pada niatnya dahulu.

Seandainya Byungchan tidak mengikuti Yuta, mungkin hari-hari seperti ini tidak akan pernah ada lagi dalam hidupnya.

"Masa lalu sudah kita lewati," Doyoung berujar seraya merangkul bahu lelaki itu."Apapun yang ada di kepalamu sekarang sudah lewat. Kau tidak boleh terikat terus dengan masa lalu itu. Saatnya jalani hari yang baru dan lebih baik."

Kata-kata itu seperti sebuah mantra ajaib. Membuat Byungchan merasa tenang dan mulai menarik sudut bibirnya untuk melengkung ke atas. "Ahahaha, iya kak. Aku mengerti."

Mereka kembali menatap ke sekitar. Semuanya masih tidak menyangka akan mendapati hiruk-pikuk kota yang normal lagi. Dimana tidak terdengar geraman, dan hanya terdengar bunyi mesin kendaraan di setiap penjuru tempat.

Yuta tersenyum, menyadari jika semuanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Laki-laki itu bisa menghirup udara segar lagi, tanpa perlu khawatir tentang bagaimana hidupnya setelah ini.

Mati pun Yuta rela, karena harapan terbesarnya sejak ia terpisah dengan keluarganya, kini menjadi kenyataan seperti cerita dongeng Cinderella.

"Apa ini...Yuta kita...yang dulu, suka...memasang wajah serius...kalau sedang senang..?"

Kaiho dan Soojung sudah sampai di depan Yuta. Pria yang akan selalu menjadi ayahnya, dan wanita yang akan selalu menjadi ibunya. Yuta menghembuskan nafas lega karena melihat mereka baik-baik saja di tempat ini. Yuta tersenyum dan menggaruk kepalanya.

"Aku rasa, iya. Aku tidak akan pernah berubah, ibu."

Yuta menekuk lutut, meraih lengan ibunya kemudian mengangkatnya hingga sampai menyentuh permukaan kulit wajah yang sayangnya terasa sangat kasar karena tertutupi debu."Aku rindu, ibu dan ayah."

Tiba-tiba, tangisnya jatuh dengan deras. Yuta tidak mau menahan isakannya. Biar untuk hari ini, dia kembali menjadi bocah 10 tahun yang cengeng.

Kaiho tersenyum lembut sembari menurunkan lengannya, ikut mengusak surai putranya dengan sayang."Yuta-Yuta, masih saja tidak banyak berubah. Haha."

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang