XXV - d u a p u l u h l i m a

57 13 0
                                    

Duka menyelimuti semua orang, terutama Kaiho dan Soojung. Padahal mereka baru saja merasa senang melihat putri mereka bertumbuh. Namun sekarang, mereka harus kehilangan lagi.

"Belum ada yang berbicara pada Bibi dan Paman??" tanya Sungchan ketika melihat kakak-kakak angkat Giselle berdiri di pintu tanpa ada niat untuk masuk.

"Kami rasa...mereka butuh waktu," ujar Shotaro yang malah mewakili tiga laki-laki yang lebih tua.

"Oh, kapan kau datang?" tanya Sungchan lalu menjabat tangan Shotaro. Keduanya saling melempar tangan untuk melakukan sebuah tos."Kemarin, bareng sama kak Yuta."

"Bukan itu maksudku, kak Shotaro. Kapan kau kembali dari misi kalian? Kudengar, kalian dikirim ke sebuah kota yang diserang zombie. Apa sudah beres?" tanya Sungchan sekali lagi.

Semua orang memang tidak mengetahuinya, tapi Sungchan sangat akrab dengan Shotaro.

"Sudah, kami—"

Shotaro belum selesai berbicara, tapi Sungchan segera berbalik."Kalau gitu, Winter juga sudah datang kan? Aku duluan ya!" secepat kilat pemuda itu pergi.

"Tidak ada yang terluka kan? Tidak ada korban?" tanya Kun beruntun setelah diam dan memandang pintu kamar kedua orang tuanya.

Shotaro menggelengkan kepala."Kami sampai tepat waktu. Para warga juga sudah inisiatif untuk bersembunyi sejak awal, jadi kami tinggal membereskan para zombie yang muncul."

"Bagus," gumam Kun lalu melangkah pergi dari sana."Aku akan mengurus pekerjaanku. Kabari aku kalau Ayah dan Ibu mau keluar."

Yuta dan Winwin tetap mengangguk meski mereka tidak tahu kapan waktu itu akan datang.

"Kita disini saja?" tanya Winwin. Yuta hanya mengangguk."Kita tunggu sampai Ayah dan Ibu mau keluar."

"Okay."

Shotaro kemudian menimpali."Memangnya tidak akan bosan?" dan dua laki-laki tadi menggelengkan kepala masing-masing.

"Ya udah, aku duluan ya. Aku juga mau dengar ceritanya." Shotaro pun ikut pergi, menuju ke ruangan lain dimana mungkin Sungchan pun berada di sana karena akan ada Winter juga.

Setelah berjalan cukup jauh dan sedikit berputar, akhirnya Shotaro sampai ke tempat tujuannya. Dan benar dugaannya. Sungchan ada disana.

Tapi yang nampak asing itu adalah, bagaimana wajahnya bisa sedatar itu ketika memperhatikan Winter yang sibuk bermain game dengan Jisung dan Ryujin.

"Shotaro, ayo sini!" seru Karina membuat Shotaro lantas melangkah mendekat.

"Kau nggak lelah? Baru juga kemarin tiba, tapi tadi pagi ikut lagi dengan kami." celetuk Renjun.

Shotaro tersenyum dengan kedua matanya yang membentuk segaris lengkungan yang lucu. Kepalanya menggeleng pelan."Tidak. Ryujin dan Jisung juga tidak."

Jeno menoleh pada mereka yang berebut video game dengan Winter lalu tersenyum kikuk."Jangan heran sama mereka. Energinya seperti nggak pernah habis."

"Ada yang kurang ya? Kemana Jeongin, Ningning, dan Haruto?" ucap Karina.

"Mereka bilang mau pergi untuk berdoa."

"Sama laki-laki yang satu itu ya? Euh—siapa namanya?" Mark mengingat-ingat laki-laki yang sering bersama Ningning selain Chenle.

"Sunoo." sahut Sungchan sambil mengambil potongan kue di piring yang ada di meja di tengah-tengah ruangan.

"Ngomong-ngomong, kau belum cerita apa-apa." akhirnya, Karina menagih cerita perjalanannya pada Sungchan.

Mereka memang baru sampai. Bahkan belum benar-benar memperhatikan berita yang berseliweran.

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang