VII - t u j u h

93 18 15
                                    

Happy reading!

Terdengar bunyi nyaring dari salah satu lorong yang terhubung dengan ruangan.

Giselle berpikir, sudah kuduga akan begini.

Gadis itu menghela nafas panjang dan balik menatap tabung lalu terkejut saat makhluk kerdil dalam tabung itu kini membuka matanya yang besar. Lalu menatap tajam pada mereka semua.

Saat satu makhluk membuka mata, yang lain pun ikut melakukannya. Seolah mereka terhubung melalui pemikiran batin. Telepati.

Mereka memiliki pupil seperti zombie, persis-hanya saja, seluruh permukaan putih bola matanya berubah menjadi merah. Atau biru? Tidak kelihatan karena warna cairan yang ada dalam tabung.

Dalam sekejap, para makhluk itu mengamuk. Membenturkan diri pada permukaan tabung kaca tebal hingga membuat bunyi yang semakin nyaring. Mengundang perhatian lebih banyak, sehingga suara-suara ribut dari lorong-lorong terdengar sangat jelas oleh ke tujuh orang disana.

"Mereka berusaha untuk keluar!" seru Xiaojun."Mundur. Mereka sepertinya tidak mau bersikap ramah pada para pendatang!"

Semuanya mundur, sesuai instruksi Xiaojun.

"Setelah ini apa yang harus kita lakukan?"

"Ayo kita pergi dari sini!"

"Kemana??" tanya Giselle frustasi.

"Ke lorong itu? Bukankah kita hanya akan dicegat oleh para zombie??!"

"Dari pada disini? Kelihatannya makhluk kerdil ini lebih berbahaya dari pada zombie!" balas Hendery tegas.

Sesuatu dalam tabung itu mengamuk lebih keras, agaknya marah di panggil makhluk kerdil.

Bahkan terlihat mulai ada pecahan pada tabung-tabung kaca itu. Ini membuat kekhawatiran mereka semua semakin menjadi-jadi.

"Ck! Ayo pergi sekarang!"

Hendery mendahului mereka semua ke arah lorong gelap yang menjadi sumber gaduh sejak tadi. Tak ada pilihan lain, teman-temannya segera menyusul.

Tak hanya zombie, tapi makhluk kerdil-kerdil itu juga sepertinya berbahaya.











Giselle POV

Aku menoleh ke belakang dengan hati yang resah. Pemandangan makhluk kerdil yang menggeram marah dengan mata merah masih membayang dalam ingatanku.

Ini mengerikan. Lebih mengerikan dari saat pertama aku memulai perjalanan untuk menyelamatkan diri ditengah-tengah pesta pora para zombie.

Lalu kembali menoleh ke depan, mendapati kak Winwin dan Sungchan yang mulai mengeluarkan senter mereka. Sebagai sumber penerangan.

"Disini sempit." keluh Sunoo.

Kak Elkie berdecak,"Jangan banyak mengeluh. Kita tidak sedang berlibur, kita sedang menjalankan misi penting."

"Aish-iya aku tau!"

"Jangan ribut!" lerai kak Hendery cepat. Lelaki itu mengambil senter dari Sungchan dan menyorot ke depan.

Ada sebuah pintu. Dari balik pintu itu, sepertinya ada lampu penerang yang bergoyang dan terus-menerus bergerak sehingga cahaya yang dihasilkan tidak tetap.

Ah, entahlah. Pokoknya gitu deh. Aku sendiri sedikit trauma dengan pintu-pintu seperti ini.

Kak Hendery mendekat, lalu menempelkan kedua tangan serta telinganya pada permukaan. pintu. Wajahnya begitu serius, membuatku merasa tegang.

GRRRRGGHH!

Geraman terdengar, sangat berisik dan tiba-tiba aku merinding. Aku menoleh kebelakang. Posisiku berada paling belakang-paling akhir. Kalau tidak lihat-lihat kesana, nanti tahu-tahu ada makhluk yang muncul dan menerkamku dari belakang.

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang