IV - e m p a t

99 20 6
                                    

Aku berbalik ke belakang saat mendengar gemuruh. Benar-benar berisik dan aku juga bisa mendengar suara tembakan.

"Sesuatu... terjadi?" gumamku.

"Ayo percepat langkah kita, aku merasa semakin lama semakin dingin disini. Kita tidak boleh terjebak diruangan ini." tukas kak Hendery.

Kami mengangguk patuh, aku langsung meraih lengan Elkie karena merasa gugup.

"Eh," gadis itu menatapku,"Kau tak apa Giselle?"

"Uhm, iya aku tak apa. Aku cuma mendadak merasa gugup haha. Mungkin karena suhu disini."

"Ngomong-ngomong, apa kau tak merasa berat membawa ransel sebesar itu?" tanyanya sambil menunjuk ranselku. Aku menggelengkan kepala."Tidak, ini—" mataku reflek membelalak lebar.

"Disini ada pelurunya Yangyang!!! Dan Sunoo—"

"Apaan sih?! Aku ada disini!" sahut Sunoo dengan ketus. Tapi tetap saja, aku membawa peluru Yangyang.

Aku menggaruk kepalaku frustasi. Ini sih bagaimana dia bisa menjalankan misi kalau aku yang menyimpan peluru untuk senapannya? Dia sungguh ceroboh—begitu pula denganku.

"Ya sudahlah, yang bawa senapan kan bukan hanya kak Yangyang? Nanti kalau perlu, dia bisa mengambil senapan milik yang lain."

"Jalan mana yang harus kita ambil sekarang?"

Aku ikut berhenti melangkah saat orang-orang di depanku berhenti. Kak Hendery, Sungchan dan kak Xiaojun terdiam mendapati tiga jalan didepan mereka.

"Bagaimana ini?" tanya Sunoo.

"Berpencar lagi?" sambung kak Winwin, tapi kak Hendery dan kak Xiaojun—selaku yang memutuskan—hanya diam dalam kebingungan.

"Apa harus berpencar lagi?"

Kak Hendery berbalik lalu menghitung jumlah kami."Ada tujuh orang, kalau berpencar, satu kelompok akan berjumlah tiga orang. Sisanya dua orang, dua orang. Mau berpencar?" tanyanya meminta kepastian.

Aku memandang Elkie, gadis itu berpikir untuk menjawabnya.

Lalu aku beralih pada Sunoo."Bagaimana menurutmu?"

Sunoo berbalik dan menatapku. Ia mengendikkan bahu.

"Kemana pun kita pergi, pasti akan berujung pada suatu tempat kan? Sebaiknya, kita pilih satu jalan dan tidak lagi berpencar. Resikonya lebih tinggi kalau berpecah lagi." ujar Sunoo, dengan mata terpejam dan wajah sok bijak.

Tapi kedua sudut bibirku terangkat dan aku mengangguk setuju dengan usulnya.

"Kurasa itu lebih baik," dan kupikir, Elkie juga setuju denganku. Senyumannya mengembang entah mengapa.

"Kalau begitu, mau kemana? Lurus saja, ke kanan atau ke kiri?" kali ini kak Winwin yang bertanya. Ia menunjuk pada ketiga arah itu secara bergantian.

"Menurut instingku, kita pilih kiri." cetus kak Xiaojun.

"Aku justru ingin ke kanan." balas Elkie.

Kak Xiaojun memandang Elkie dengan tatapan, 'yang benar saja?' dan mendekati kami."Kenapa kau pikir kanan itu arah yang tepat?"

"Loh? Sekarang kan bukan memutuskan arah yang tepat atau tidak, aku hanya mengutarakan pendapatku. Lagipula, biasanya juga kanan itu arah yang benar."

Kak Hendery menghela nafas panjang.

"Bagaimana kalian bisa memutuskan satu arah jika semua ingin pergi ke arah yang berbeda begini?" celetuk Sungchan, pemuda itu menggelengkan kepalanya."Kita patuh pada kak Hendery saja, bagaimana kak?"

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang