XXVII - d u a p u l u h t u j u h

69 15 1
                                    

Giselle dan Yangyang menatap sosok di depan mereka dengan kepala miring. Keduanya sesekali saling pandang, lalu kembali menatap objek semula.

Zombie-zombie di depan mereka benar-benar terlihat seperti hanya zombie biasa yang sering mereka lihat sebelumnya. Giselle jadi tak yakin jika keajaiban itu ada. Gadis itu terdiam dan terus memperhatikan dengan seksama.

"Aku rasa, layak dicoba." celetuknya. Giselle memgendik kecil, kemudian mendekati leher zombie itu dan menggigitnya dengan kencang.

Zombie itu tidak menunjukkan reaksi apapun. Tapi Giselle langsung melepaskan gigitannya, menjulurkan lidah dengan wajah yang buruk.

Keningnya berkerut dalam."Rasanya seperti makan daging mentah yang busuk."

Yangyang kembali memiringkan kepalanya dan menatap Giselle. Detik selanjutnya, mereka sama-sama memperhatikan zombie yang Giselle gigit tadi.

Satu menit, tidak terjadi apapun. Begitu pula satu menit selanjutnya, satu menit selanjutnya, dan selanjutnya lagi. Sampai hampir satu jam pun, tidak ada yang terjadi. Giselle langsung beranggapan jika ini gagal.

"Mungkin bukan karena gigitan?" tukas Yangyang, dia pun ikut berpikir. Tapi Giselle menggeleng pelan."Lalu apa? Kau kan begini gara-gara aku yang menggigitmu."

"Mungkin, ada perbedaan. Coba pikirkan Giselle."

Giselle menoleh dengan wajah kesal."Apa sih? Pikirkan saja sendiri." Yangyang malah tersenyum.

Yangyang kembali berpikir.

"Tapi itu, saat aku menjadi manusia. Aku begini karena aku adalah sesuatu yang tercipta dari bagian dirimu. Hmm," Yangyang mengangguk-angguk kecil.

Tak lama, pemuda itu menjentikkan jarinya tepat di depan wajah."Giselle, apa yang dilakukan oleh ayahmu untuk membuat ibumu seperti dirinya?"

"Emm—sebentar...kalau tidak salah, ayah membiarkan orang-orang mengambil sampel darahnya untuk diberikan pada ibu." Giselle menuturkan. Satu detik kemudian, gadis itu ikut menjentikkan jari.

"Yangyang aku tau!" pekik Giselle, menghadap Yangyang yang juga menatapnya. Keduanya tersenyum lebar.

"Kau harus—"

"—aku harus memasukkan darahku ke dalam tubuh mereka!"

Yangyang menarik bahu Giselle lalu mengguncangnya beberapa kali, pemuda itu terlihat sangat senang."Bagus!! Kau memang pintar!"

Ia langsung menarik Giselle ke dalam pelukannya, Giselle membalas dengan melingkarkan lengan di pinggang Yangyang erat. Mereka sangat bahagia.

"Apa ini artinya kita akan memiliki kesempatan untuk pulang?"

Giselle melepas pelukannya dan menatap Yangyang dengan lembut, gadis itu menyentuh pipi Yangyang lalu mengusapnya perlahan."Tentu, kita pasti bisa pulang. Ada banyak hal yang harus kita lakukan."

"Maka dari itu, sebaiknya kita bekerja sekarang." Giselle mengalihkan pandangannya pada semua zombie yang ada di depan mereka.

Senyumannya mengembang dengan lebar saat menatap Xiaojun dan Ruiqi yang berdiri berdekatan.

Kedua pasangan itu saling melepas pelukan masing-masing, kemudian menggantinya dengan genggaman tangan. Mereka berjalan bersama, melewati para zombie untuk pergi ke ruangan yang mungkin, memiliki apa yang mereka butuhkan.












































Nakawa menderita secara perlahan-lahan. Keberadaan putranya yang masih belum diketahui membuatnya menjadi gila, membuat istrinya semakin hari semakin memburuk kondisinya. Ini menyiksa.

ne(x)t Level [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang