[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
●●●
Beberapa hari lagi adalah Hari Ulang Tahun SMA Angkasa yang ke-39 tahun. Seperti kegiatan pada setiap tahunnya, tahun ini pun sama. Tidak akan ada pembelajaran selama lima hari. Selama lima hari ke depan akan diisi dengan banyak lomba, bazar, dan kegiatan yang lainnya. Tentu HUT sekolah akan disambut antusias dari seluruh warga sekolah. Anggota OSIS juga sedang menyiapkan semua untuk acara ini.
Perwakilan kelas telah ditunjuk untuk beberapa lomba. Seperti lomba lari kaki tiga yang akan dilaksanakan hari ini. Nara terpilih untuk mewakili kelasnya bersama salah seorang teman lelakinya bernama Pandu.
Seisi kelas sedang sangat ramai membicarakan sesuatu pada Nara tentang keharusannya untuk memenangkan lomba ini. Hal itu justru membebani Nara. Dia takut jika dirinya tidak bisa memenangkan lomba ini dan menjadi sasaran untuk disalahkan teman-teman sekelasnya.
"Ra, udah siap?" tanya Tari, wakil ketua kelas, yang dibalas anggukan dari Nara.
"Bagus"
Tari terlihat mengangguk. Dia menoleh ke sekitar mencari rekan main Nara. "Pandu mana?"Mendengar pertanyaan Tari membuat Nara ikut menoleh ke sekitar. Hingga salah seorang teman sekelas mengatakan, "Gue gak liat dia dari tadi, kayanya gak masuk"
"Loh, gimana sih?" kesal Tari.
"Jovan!" teriaknya.
Lelaki yang diteriaki namanya itu datang, dia adalah seorang ketua kelas. Dia pun bertanya, "Kenapa?"
"Pandu gak masuk, siapa yang bakal gantiin dia? Kalo kita gak ada yang ikut, nanti kelas kita kena denda" tanya Tari dengan sedikit kesal.
"Lah, kenapa gak masuk? Kalo gitu gantiin aja dulu sama anak cewek" jawab Jovan yang tak ingin ambil pusing.
Sontak Jovan langsung mendapat pukulan dari Tari. "Lo lupa? Peraturan pemainnya harus cowok sama cewek, Jovan"
Jovan berdecak kesal. Dia menggaruk rambutnya yang tidak gatal sembari memperhatikan teman-teman sekelasnya. "Tapi anak-anak cowok udah pada ikut lomba lain, Tar. Mereka gak boleh ikut lomba lain lagi, itu juga peraturannya"
Tari memukul meja dengan kesal, begitu juga dengan Jovan yang turut merasa kesal. Sementara Nara yang menyimak perdebatan mereka pun ikut merasa cemas. Dia merasa gelisah hingga memilin jarinya.
"Gak, Jo. Gak semua. Masih ada satu yang belum ikut lomba sama sekali" ucap Tari ketika teringat seseorang.
Seakan tahu siapa yang dimaksud Tari, Jovan menoleh ke sudut ruangan. Nara pun mengikuti arah pandang Jovan. Matanya membulat ketika tahu maksud mereka. Ya, Andra adalah pilihan terakhir mereka. Hanya dia yang bisa menyelamatkan kelas ini.
Nara hanya pasrah ketika Jovan dan Tari menghampiri Andra. Dia memperhatikan mereka yang sepertinya takut untuk sekedar memanggil Andra.
"Andra" panggil Tari takut-takut.
Lelaki yang dipanggil namanya itu menegakkan badan. Kemudian menoleh pada Jovan dan Tari. Tatapannya seakan bertanya 'Kenapa?' pada mereka. Tari pun menyenggol lengan Jovan untuk bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Fiksi RemajaIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...