[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
●●●
Pagi ini sedikit mendung. Lihatlah wajah lesu lelaki yang tak tidur karena nyeri yang dirasakannya akibat luka di tubuhnya. Lelaki itu pergi ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama, dia keluar dengan seragamnya. Dia tak memasang perban lagi karena menurutnya itu merepotkan. Luka di lengannya terlihat sangat jelas. Dia pun mengambil hoodie dan memakainya agar tak terlihat. Setelah itu dia berangkat ke sekolah.
Andra melihat langit yang tampak mendung. Apa hari ini akan turun hujan? Semoga saja tidak. Dia memang menyukai hujan, tapi tidak untuk sekarang karena lukanya bisa menjadi sangat perih karena air hujan.
Lelaki itu langsung memarkir motornya di tempat biasa dia parkir. Dia tak datang terlambat hari ini. Dilihatnya dua lelaki dan dua gadis yang seperti sedang memeriksa setiap murid yang datang. Andra pun berjalan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Namun langkahnya terhenti ketika seorang lelaki dan perempuan yang di duganya sebagai anggota OSIS itu menghentikannya.
“Maaf, kak. Tolong jaketnya dilepas” tegur siswi itu dengan sopan.
Andra tak memedulikan hal itu. Dia kembali berjalan melewati mereka. Namun lelaki anggota OSIS itu kembali menghadangnya. Lelaki yang diketahui kelas 11 itu memegang lengannya yang terluka hingga membuat rahang Andra mengeras. Sorot mata Andra begitu dingin menatap lelaki itu.
“Tolong dilepas jaketnya” ucap lelaki OSIS itu.
Andra menepis tangan itu dengan kasar hingga siswi yang tadi menegurnya mendekat pada lelaki OSIS itu dan mengatakan untuk membiarkan yang satu ini agar tidak terjadi keributan. Namun tampaknya lelaki itu tetap berpegang teguh pada pendiriannya.
“Taati peraturannya” tegas lelaki OSIS itu.
Dari arah belakang, Jovan melihat teman sekelasnya yang tampak sedang bermasalah dengan anggota OSIS. Ya, memang, anggota OSIS itu menyebalkan. Dia juga tak suka dengan OSIS. Ketua kelas 12 IPA 2 itu pun menghampiri Andra dan merangkulnya. Dia menatap anggota OSIS itu bergantian.
“Ada apa, nih?” tanya Jovan tanpa canggung.
“Gapapa, kak” sahut siswi itu.
“Sekali lagi, tolong taati peraturannya” ucap lelaki itu.
Jovan menatap lelaki itu kemudian menoleh pada teman sekelasnya. Dapat dilihatnya raut wajah yang terlihat tak bersahabat.
Wah, nyari masalah nih bocah, batin Jovan.
Tak ingin memperburuk suasana, dia pun mencoba untuk bernegosiasi pada lelaki yang notabenenya adik kelas. Namun tetap saja bocah itu tak membiarkan mereka masuk. Jovan pun dibuat geram karenanya.
Andra melepaskan rangkulan ketua kelasnya. Sedari tadi tatapannya tak teralih pada lelaki taat aturan itu. Kakinya yang maju selangkah membuat siswi itu merasa waswas.
“Ada apa ini?” suara itu membuat Andra berhenti bergerak.
“Maaf, pak, kakak ini gak mau menaati peraturan” lapor lelaki itu sembari melirik Andra.
Itu Pak Sarwo. Pria itu menatap Andra kemudian berkata, “Ayo ikut bapak”
Jovan dapat melihat senyum kemenangan dari bocah ingusan itu. Dalam hatinya dia berkata, Gue tandain lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Ficção AdolescenteIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...