17. Renungan Malam

4 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

"Kamu hati-hati ya di sana"

Andra sudah mendengar kalimat itu setidaknya tujuh kali pagi ini. Dia hanya akan berangkat berkemah bukan menuju neraka, kenapa Indah sangat cerewet? Lebih baik dirinya segera berangkat agar tak mendengar kalimat yang sama lagi.

"Oh, iya. Tunggu, tunggu"

Lelaki yang baru saja membuka pintu pun menoleh. Dilihatnya Indah yang sedang mengambil sesuatu. Dia memperhatikan obat dan sapu tangan berwarna merah yang ada di tangan wanita itu. Wanita itu memberikan obat padanya.

"Ini bawa. Walau kamu kayanya udah gak perlu obat ini, tapi buat jaga-jaga aja" ucap Indah sembari menatap Andra sembari tersenyum.

Wanita itu mengikatkan sapu tangan merah itu pada tangan Andra, kemudian dia berkata, "Kemarin papa kamu nitipin itu ke aku. Katanya disuruh ngasih ke kamu, sama nyampaiin kalo papa kamu lagi meeting di Tokyo"

Andra menatap sapu tangan itu sekilas. Kemudian lelaki itu langsung berangkat menggunakan motornya. Dia langsung memarkirkan motornya sesampainya dia di sekolah.

Sekolahnya sudah sangat ramai. Dia pun berjalan menghampiri Jovan yang sedang bersama anggota yang lain. Pandangannya langsung tertuju pada Nara. Setelah itu dia menghitung anggotanya.

"Ketua kita udah dateng, udah sana kumpul lo" ucap Dika saat melihat Andra.

Tanpa banyak bicara, Andra pun berkumpul dengan ketua regu yang lain untuk mendengar arahan dari Ferdi dan pembina pramuka. Mereka diberi bendera regu. Masing-masing regu diberi satu bendera dan dua tongkat. Setelah itu Andra kembali pada regunya.

Setelah berbaris untuk mendengar pidato singkat dari kepala sekolah. Kemudian mereka semua naik ke truk untuk menuju tempat perkemahan. Ya, truk bukan bis. Satu truk diisi oleh satu kelas. Kurang lebih ada 14 truk untuk setiap kelas.

Selama perjalanan, mereka semua harus berdiri di dalam bak truk. Hal itu membuat keseimbangan mereka dilatih ketika medan yang dilewati sangat tak beraturan. Belum lagi cara sopirnya yang menyetir seperti pembalap.

Nara yang berdiri di tengah pun tak memiliki akses untuk berpegangan sehingga dirinya harus berusaha menyeimbangkan dirinya. Hingga saat sang sopir mengerem secara mendadak membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan. Beruntung Andra yang berada di belakangnya mampu menahan tubuhnya.

Cukup lama perjalanan menuju tempat tujuan dan kini akhirnya penderitaan para siswa berakhir dari truk itu. Setelah istirahat sepuluh menit, mereka kembali berbaris. Ferdi mengumpulkan ketua dan wakil regu untuk dibagikan tongkat, tali, pasak, dan tenda. Satu regu mendapat dua tenda yang muat untuk lima orang. Kemudian mereka diperintah untuk membangun tenda.

Tanpa banyak bicara, Andra langsung membagi tugas untuk anggotanya. Dia menyuruh empat gadis memegangi tongkat dan tenda. Sementara yang lain bertugas memasang tali dan pasak. Membangun tenda adalah hal yang mudah, tapi entah kenapa menjadi sangat sulit dengan anggota regunya.

"Tarik yang kenceng" ucap Andra dengan suara sedikit meninggi pada keempat gadis itu.

Keempat gadis yang memegang tongkat dan tenda itu pun menariknya sesuai perkataan Andra. Lelaki itu mengikat tali di ujung tongkat bersama dengan kain tenda. Dia membagi dua tali tersebut dan menyuruh Jovan dan Dika memasang pasak. Dia berjalan ke tenda yang lain, melakukan hal yang sama pada seorang gadis yang bertugas memasang pasak. Keningnya sedikit berkerut saat dirinya tak melihat benda yang diperlukan.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang