15. Dinner

4 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

Tak semua orang yang memiliki kekayaan mampu mengatur jalan hidupnya. Bagaimana pun itu semua di luar kendalinya. Ya, mungkin itu yang terjadi pada Arman. Pria dengan watak yang keras itu sebenarnya telah lama melunak. Namun kini hatinya membeku hingga tak mengenal rasa iba. Itu semua karena dirinya sudah hancur ketika separuh jiwanya pergi.

Pria itu tumbuh tanpa mengenal rasa sayang. Ayahnya terlalu sibuk hingga tak ada waktu untuk pulang, sama seperti dirinya sekarang. Sedangkan ibunya adalah seorang wanita yang keras. Masa kecilnya tak seindah yang orang bayangkan walau dia memiliki banyak uang. Hingga dirinya remaja pun semuanya seakan semakin memburuk baginya. Untuk seseorang yang tak suka diatur, dia sangat penurut.

Suatu saat pria itu bertemu seorang gadis yang mengenalkannya pada kehangatan. Dia tak pernah lupa bagaimana cara gadis itu tersenyum hingga semua memburam saat dirinya melihat senyum itu. Sosok itu terlalu baik untuk seorang manusia. Dia bisa melihat hati yang begitu bersih dan murni pada gadis itu. Pria itu pun menginginkannya. Dengan mudah dia mendapatkan gadis itu.

Mereka dianugerahi seorang putra yang begitu tampan dan nakal. Pria itu selalu ingin segera pulang dengan cepat hanya untuk bertemu kedua penyemangatnya. Rumahnya selalu terasa hangat ketika tawa dan kasih sayang bertemu. Perasaan bahagia itu tak pernah sedetik pun dia lupakan.

Hingga wanita yang sangat dicintainya berada di ujung kematian, dia tetap menemaninya. Wanita itu meminta permintaan terakhirnya, yaitu menjaga dan menyayangi putranya. Saat itu putranya telah menginjak remaja dan emosinya begitu labil. Wanita itu pun akhirnya menutup mata dengan senyum di wajahnya. Pria itu dan putranya benar-benar kehilangan sesuatu yang penting dalam hidupnya. Ibarat sebuah rumah, mereka telah roboh karena satu pilar utama yang hilang.

Kini pria itu berusaha melanjutkan hidupnya tanpa kasih sayang yang dikenalnya. Untuk bertahan hidup, pria itu menyingkirkan semua tentang wanita itu hingga tak ada satu pun foto tersisa. Tentu saja hal itu membuat putranya merasa sangat marah. Namun dia sungguh tak peduli tentang itu. Dia hanya ingin menjalani hidupnya.

“Pak Arman”

Suara itu membuyarkan lamunannya. Pria itu menoleh pada sekretarisnya. Dilihatnya pria yang sangat setia padanya.
“Ada apa?”

“Kayanya bapak kurang sehat, apa bapak mau pulang cepat? Kebetulan hari ini hanya ada acara ulang tahun restoran relasi, selebihnya tidak ada kegiatan lagi” tawar Zaki yang begitu pengertian.

“Iya, tolong kirimkan saja ucapan selamat ke restoran itu. Saya mau pulang” jawab Arman sembari memijat pangkal hidungnya sejenak.

“Baik, pak”

“Kamu juga boleh pulang”

Arman berdiri dari duduknya. Dia memakai jasnya yang tersampir di kursinya. Kemudian pergi meninggalkan kantornya. Hari ini dia merasa sangat lelah padahal belum menginjak siang hari. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Lebih baik dirinya pulang dan melihat kabar putranya. Dari kabar yang didengarnya dari Indah, putranya sudah semakin membaik.

Selama perjalanan, dia masih memikirkan banyak hal. Salah satunya gadis yang menjadi teman putranya. Dia bertanya-tanya apakah mungkin gadis itu yang membuat kondisi putranya membaik. Haruskah dia bertemu gadis itu lagi? Makan malam untuk mengenal gadis itu mungkin. Sepertinya bukan ide yang buruk.

“Gue gak mau, Indah”

“Lima menit aja, gak, tiga menit. Cerita apa yang lagi kamu rasain”

Kaki Arman berhenti melangkah ketika mendengar perdebatan putranya dengan sang psikiater. Dia menguping dari balik pintu untuk mengetahui apa yang sedang mereka perdebatkan. Setelah itu dia membuka pintu. Terlihatlah kedua orang yang berhenti berdebat dan menatapnya.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang