27. Back to School

4 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

Pukul 05.30. Alarm di ponsel Andra berbunyi walau dia hanya tidur tiga jam semalam. Lelaki itu pun merapikan tempat tidurnya. Setelah itu dia ke kamar mandi untuk mandi. Tak butuh waktu lama baginya untuk berada di kamar mandi. Dia telah siap dengan seragam yang melekat di tubuhnya. Kali ini dia lebih rapi dari biasanya. Dia memasukkan buku sesuai jadwal ke dalam tas.

Setelah sepasang sepatu hitam terpasang di kakinya, dia berjalan keluar kamar sembari menggendong tasnya. Kakinya melangkah menuju dapur. Ternyata Indah dan Arman sedang sarapan di sana. Mereka terperangah melihat Andra yang tampil berbeda.

“Kamu mau sekolah?” pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Indah walau sudah jelas Andra memakai seragam sekolahnya.

Lelaki itu mengangguk. Dia duduk dan menaruh tasnya di kursi sebelahnya. Arman bahkan tak bisa berkata-kata melihat putranya. Entahlah, mungkin orang-orang mengira Andra sedang kerasukan setan rajin. Bahkan lelaki itu ikut sarapan bersama.

“Tumben rapi” gumam Arman sembari memakan rotinya.

“Kan disuruh ayang, om” sahut Indah sembari terkekeh.

“Bener juga kamu” jawab Arman yang juga terkekeh.

Andra menggelengkan kepalanya. Dia memilih diam dan cepat-cepat menghabiskan sarapannya agar bisa menjemput pacarnya. Setelah selesai, dia langsung berlari menuju motornya lalu melaju ke rumah Nara.
Sesampainya di rumah Nara, dia memarkir motornya dengan benar. Melepas helm, kemudian berjalan mendekati rumah sederhana itu. Tangannya mengetuk pintu rumah itu. Muncullah wanita yang merupakan calon mertuanya. Dia mencoba untuk bisa seramah mungkin di depan orang tua pacarnya.

“Loh, Andra. Ada apa?” tanya Tina yang sedikit pangling dengan penampilan Andra.

“Saya mau ajak Nara berangkat bareng, tante” jawab Andra apa adanya.

“Oh, gitu. Sebentar ya tante panggilin. Kamu masuk dulu”

Andra pun masuk ke rumah itu. Dia duduk di sofa ruang tamu. Sembari menunggu, dia memperhatikan foto-foto yang terpajang di rumah ini. Tak lama kemudian Nara datang bersama Guntur. Lelaki itu langsung berdiri ketika melihat ayah Nara. Dia mencoba tersenyum, tapi justru merasa canggung karena wajah Guntur yang tampak galak.

“Udah sembuh kamu?” tanya Guntur tiba-tiba.

“Ya?” tanya Andra bingung.

“Kata Nara kamu sakit di rumah sakit” ucap Guntur memperjelas.

Andra menoleh pada Nara yang tersenyum. Dia pun menganggukkan kepalanya. “Udah, om”

“Ya udah, sana berangkat”

Nara dan Andra pun menyalami kedua orang tua itu sebelum berangkat. Saat berjalan menuju motor, Andra memperhatikan Nara yang memakai jaketnya sembari membawa helm. Dia pun mengulum senyumnya. Entah kenapa dia suka saat Nara memakai jaketnya.

Mereka melaju menuju sekolah kebanggaan. Begitu memasuki sekolah, semua murid memperhatikan mereka. Andra memarkir motornya dengan benar. Dia memegangi tangan Nara saat gadis itu turun. Dilepasnya helm hitam itu dari kepalanya. Tak lupa juga melepaskan helm milik Nara. Kemudian mereka berjalan menuju kelas.

Setiap langkah mereka tak ada satu pun murid yang tak menatap. Semua mata tertuju pada tangan Andra yang menggenggam tangan Nara. Berbeda dengan Andra, Nara merasa ingin menghilang dari bumi saat ini. Saat memasuki kelas, Jovan dan Tari langsung menghampiri mereka.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang