05. Sakit

9 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

"Baik, anak-anak. Tugasnya kalian kerjakan sama teman sebangku, minggu depan dikumpulkan"

Akhirnya jam istirahat tiba. Seisi kelas langsung berhamburan keluar ketika guru telah keluar. Nara sibuk menoleh ke sana kemari. Dia sedang mencari teman sebangkunya. Terhitung dari hari Senin, ini hari ketiga Andra tidak masuk sekolah. Walaupun itu hal yang biasa, tapi pasti ada alasan tidak hadirnya lelaki itu.

"Ra, ke kantin, yuk" ajak Tari.

"Duluan aja, gue mau ke ruang guru"

Nara berdiri dari duduknya lalu pergi dari kelas. Jalannya terburu-buru menuju ruang guru. Dia melihat Puja, wali kelasnya, yang sedang berbincang dengan Pak Sarwo. Gadis itu pun menghampiri mereka. Membuat kedua guru itu berhenti berbincang dan menoleh padanya.

"Maaf saya mengganggu, Pak, Bu" ucap Nara dengan sopan.

Puja tersenyum. "Iya, gapapa. Ada apa, Nara?"

"Ah, itu, Andra udah gak masuk tiga hari. Saya boleh minta alamatnya? Saya mau kerja kelompok sama dia, Bu" jawab Nara.

Kedua guru itu dibuat terkejut karena ucapan Nara. Pasalnya tak ada satu murid pun yang menanyakan alamat Andra. Ditambah lagi Nara yang notabenenya masih murid baru ini sepertinya peduli dengan Andra. Pak Sarwo menatapnya dengan penuh arti.

"Saya boleh minta nomor HP kamu? Nanti saya kirim alamatnya" ucap Pak Sarwo yang diangguki gadis itu.

Nara pun bertukar nomor ponsel dengan guru BK itu. Dia menoleh pada Puja yang memegang pundaknya. Wali kelasnya itu memintanya untuk melihat kondisi Andra. Dia mengangguk sambil tersenyum.

●●●

Saat pulang sekolah tiba, Nara langsung keluar dari kelasnya. Dia sedikit berlari untuk keluar dari sekolah karena sepertinya ojek online yang dia pesan sudah menunggu. Gadis itu memakai helm yang diberikan pengemudi ojek online tersebut. Lalu dia naik ke motor dan menuju ke alamat yang telah diberikan Pak Sarwo.

Ternyata jarak sekolah ke rumah Andra cukup jauh. Pantas saja lelaki itu sering datang ke sekolah sesuka hatinya. Kira-kira membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke rumah lelaki itu. Setelah sampai di depan gerbang yang begitu tinggi, Nara membayar ongkos ojek tersebut.

Gadis itu menolehkan kepalanya ke sekitar. Dia menekan bel yang ada di dinding sebelah gerbang itu. Hingga beberapa kali dia menekan bel, tapi tak ada respons dari sang pemilik rumah. Dia kembali melihat sekitar. Matanya melihat gerbang yang ternyata tidak dikunci. Dengan takut-takut dia membuka gerbang itu sedikit untuk memberinya akses masuk. Tak lupa untuk menutupnya kembali.

Dilihatnya halaman rumah Andra yang begitu luas. Ternyata benar yang dikatakan Jovan, Andra adalah orang kaya. Rumahnya saja ada di kawasan perumahan elite. Tapi kenapa di rumah ini tak memperkerjakan seorang satpam? Bukankah berbahaya jika ada orang jahat yang masuk?

Nara berniat untuk mengetuk pintu, namun dia urungkan karena pintu rumah tersebut sedikit terbuka. Tangannya membuka pintu besar itu. Dilihatnya ruang tamu yang berantakan dengan banyak kaleng minuman yang berserakan. Pandangannya beralih pada seorang lelaki yang tergeletak di lantai dengan wajah pucat.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang