11. Bolos

2 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

Bisnis memang sesuatu yang sedikit rumit. Akal licik terkadang dibutuhkan dalam bidang ini. Mencari peluang sebesar mungkin adalah tujuan dari para pelaku bisnis. Mereka harus pandai-pandai mengelola bisnisnya agar tak merugi atau jatuh. Jika tidak, konsekuensi terburuknya adalah bangkrut dan terlilit hutang.

Seperti yang dilakukan Arman sekarang. Pria yang hampir berusia 50 tahun itu berada di tengah rapat perusahaan. DMW Corp merupakan perusahaan turun temurun dari keluarganya yang kini dalam kuasanya.

Ini bukanlah perusahaan kecil. Perusahaan ini begitu besar dengan banyak kerja sama hingga ke luar negeri. Banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan besar ini agar mendapat banyak keuntungan. Karena itulah pebisnis ramai menunjukkan keramahan dan bersikap baik pada Arman.

Jujur saja Arman merasa bosan dan lelah melakukan kegiatan yang monoton setiap harinya. Hari-harinya hanya diisi dengan bekerja, rapat, pertemuan, dan begitu seterusnya. Sungguh dia sudah muak dengan itu semua. Pria itu ingin berhenti dan istirahat di rumahnya dengan tenang. Tanpa memikirkan berkas-berkas dan panggilan mendesak yang membuatnya jengah.

"Rapat hari ini selesai. Siapkan semua dengan benar. Saya tidak mau tau ada kegagalan dalam proyek ini"

Kalimat itu begitu menuntut dengan suara yang dingin dan penuh penegasan. Arman mengakhiri rapat dan langsung pergi dari ruangan itu. Pria itu berjalan diikuti dengan sekretarisnya yang setia. Setiap karyawan yang berpapasan dengannya pasti menyapanya. Namun pria itu tak membalas atau sekedar tersenyum.

"Zaki, kosongkan jadwal saya hari ini. Saya mau istirahat, kamu boleh pulang" titah Arman pada sekretarisnya.

"Baik, pak" jawab sekretaris yang dipanggil Zaki itu.

Zaki membukakan pintu mobil untuk atasannya. Kemudian menutupnya setelah Arman masuk. Arman mengatakan pada sopirnya untuk melajukan mobilnya ke sekolah putranya. Pria itu menyandarkan punggungnya karena merasa sangat lelah. Matanya terpejam untuk menetralkan pikirannya yang saling beradu.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di sekolah. Pria itu turun dari mobilnya dan langsung mendapat banyak perhatian dari para murid karena saat ini jam istirahat sedang berlangsung. Dia berjalan tak acuh hingga membuat para murid berbisik dan menerka apakah dia ayah dari Si Troublemaker Ganteng. Tak sedikit murid perempuan yang juga menyukai ayah dari murid incaran BK itu karena ketampanan dan tampak seperti Andra versi dewasa.

Arman melihat putranya yang sedang berjalan dengan gadis yang waktu itu. Langkahnya berhenti sejenak melihat gadis yang tertawa di dekat putranya sembari menceritakan sesuatu. Dia kembali melangkah mendekat pada putranya. Berhenti tepat di depan mereka hingga membuat putranya diam dan menatapnya. Sementara gadis itu menatap ayah dan anak itu bergantian.

"Uhm.. Gue pergi dulu, ya" ucap Nara pada Andra.

Dia tak ingin mengganggu karena sepertinya ada yang ingin dibicarakan oleh pria itu pada Andra. Namun Andra menggenggam tangan gadis itu agar tak pergi ke mana pun. Hal itu membuatnya ditatap oleh si pemilik tangan. Ayahnya melirik perbuatannya lalu tersenyum miring. Dia menatap putranya yang yang sangat mirip dengannya.

"Ada yang mau papa omongin" ucap Arman membuka pembicaraan.

"Katakan" jawab Andra tak acuh.

"Kamu yakin mau papa bilang di depan dia?" tanya Arman yang membuat Nara merasa tidak enak berada di antara ayah dan anak ini.

Genggaman Andra mengerat mengetahui papanya memiliki maksud tersembunyi. Apa yang akan direncanakan pria itu? Apa ini sesuatu yang tak seharusnya diketahui orang luar? Namun meski begitu, Andra tak melepas tangan gadis itu atau menyuruh gadis itu pergi.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang