31. Ibu Sayang Kamu

18 1 3
                                        

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

“Andra”

Samar-samar Andra mendengar suara lembut itu sedang memanggilnya. Kelopak matanya terbuka, kepalanya menoleh ke sekitar. Dia sedang berada di kamarnya. Dapat dilihatnya seorang wanita yang sedang memunggunginya untuk mengambilkan setelan baju di lemari.

“Ayo siap-siap. Papa udah nungguin”

Lelaki itu terdiam menatap wanita yang tersenyum dengan hangat padanya. Bukankah ini pagi yang indah? Pagi yang cerah diawali dengan senyum sang ibu. Tunggu, ibu? Kenapa bisa?

“Mama?”

Wanita itu masih tersenyum menatapnya dengan bingung. Hal ini membuatnya merasa sangat bingung. Apakah ini mimpi? Namun rasanya begitu nyata.
Kepalanya menoleh ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Tampak sang ayah dengan pakaian kasual yang seakan siap untuk pergi berlibur. Raut wajah sang ayah pun tampak begitu cerah dan penuh dengan senyuman. Berbeda dengan biasanya yang sangat serius dan tak pernah tersenyum.

“Kirain udah mandi. Ayo cepet, nanti macet kalo kesiangan” ucap sang ayah.

Pria itu tampak menghampiri wanitanya. Sementara Andra masih terdiam dan memperhatikan apa yang sedang dia saksikan. Jika ini mimpi, dia tak ingin bangun dari mimpi indah ini.

“Mama” ucapnya sembari memeluk erat wanita itu.

Kedua orang tuanya tampak bingung dengan tingkahnya. Andra dapat merasakan belaian lembut yang terasa familier. Benar, ini ibunya. Ibunya yang sangat dia sayangi. Entah kenapa bisa seperti ini, tapi dia sangat menikmati suasana harmonis ini.

Andra pun menuruti perkataan sang ibu yang menyuruhnya segera bersiap. Mereka bertiga berada di mobil menuju suatu tempat wisata. Suasananya begitu hangat dan mobil ini terasa ramai dengan canda tawa.

Tak lama kemudian mereka tiba di tempat tujuan. Seperti keluarga yang lain, Andra menikmati liburan ini bersama kedua orang tuanya. Dia berharap waktu tak berjalan. Dia ingin tetap tinggal di momen ini.

“Andra”

Kepalanya menoleh mendengar panggilan dari seorang gadis. Dia menatap gadis itu dengan bingung. Rasanya dia mengenal gadis ini. Tapi apa pedulinya? Lebih baik dia menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

“Kamu mau ninggalin aku?”

Suaranya kembali terdengar di telinganya ketika dia hendak meninggalkan gadis itu. Tatapan gadis itu tampak sendu hingga membuatnya merasa aneh. Dia merasa gadis itu sangat penting untuknya dan dia harus berjalan ke arahnya.

Tanpa sadar dia berjalan ke arah gadis itu meninggalkan kedua orang tuanya. Namun dia berhenti ketika mendengar suara rintihan dari sang ibu. Dilihatnya sang ibu yang terjatuh berlutut. Terlihat bercak darah di telapak tangan sang ibu.

“Mama!”

Tanpa basa-basi Andra menghampiri sang ibu dan menahan tubuhnya. Dia melihat wajah sang ibu yang tampak lemah. Di saat seperti ini sang ibu masih bisa memberikan senyuman padanya. Hal itu justru membuatnya takut. Senyum itu seperti sebuah salam perpisahan.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang