[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
●●●
Pagi ini begitu cerah, tapi Andra terlihat lesu. Dia tak tidur dua malam karena emosinya yang kembali tak stabil. Untung saja ada Indah. Wanita itu menginap di rumahnya karena baru saja diusir dari rumahnya entah karena apa. Walau pun begitu, wanita itu tak mungkin akan menumpang di rumah pasiennya terlalu lama. Dia harus segera mencari tempat tinggal.
Indah melihat Andra keluar dari kamar dengan seragam sekolah yang telah melekat ditubuhnya. Wanita itu melihat jam yang ada di dinding. Ini sudah lewat jam masuk anak sekolah. Ditatapnya Andra yang berjalan dengan santai. Senyumnya pun mengembang sebagai sapaan selamat pagi.
"Kamu mau sekolah?" tanya Indah yang hanya dibalas gumaman oleh Andra.
"Makan dulu, yuk" ajaknya.
"Gak laper" jawab Andra tak acuh.
Untuk sejenak Indah hanya diam dan memperhatikan lelaki itu. Sepertinya lelaki itu sedang berada di suasana hati yang buruk. Baiklah, lebih baik tidak perlu memaksanya. Indah menoleh saat lelaki itu terlihat bingung. Dia mengambil air mineral yang ada di meja, lalu memberikannya pada Andra.
"Minum dulu" ucap Indah sembari menyodorkan segelas air mineral.
Andra tak menolak. Dia menerimanya, lalu meminum air yang ada di dalam gelas.
"Aku anter, ya?" tawarnya karena merasa khawatir melihat Andra yang sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja.
"Gak usah" jawab Andra singkat.
Wanita itu menghela nafasnya. Dia harus mencari alasan agar lelaki itu mau diantar ke sekolah. Bahaya bagi lelaki itu jika mengendarai motor sekarang.
"Aku mau keluar juga, jadi sekalian aja"
Andra tampak menghela nafasnya. Dia melirik wanita yang menatapnya dengan penuh harap. Tangannya mengambil kunci mobil, kemudian melemparnya pada Indah. Wanita itu buru-buru menangkapnya. Dapat Andra lihat senyum yang mengembang dari wanita itu. Mereka pun berjalan menuju mobil.
Suasana begitu hening selama perjalanan. Tak ada suara dari kedua manusia itu bahkan suara musik sama sekali tak ada. Indah melirik lelaki yang duduk bersandar sembari memperhatikan ke luar jendela. Sepertinya Andra sedang berkelana di pikirannya lagi. Terkadang Indah merasa penasaran dengan apa saja yang sebenarnya dipikirkan lelaki itu, tapi dia tak cukup berani untuk menanyakan hal itu.
Mereka pun sampai di depan sekolah. Gerbang sekolah tampak sudah tertutup. Indah menoleh pada Andra yang hendak keluar dari mobil. Dia menahan tangan lelaki itu dan menyuruhnya kembali duduk dengan nyaman. Wanita itu meminta satpam untuk membukakan gerbang karena dirinya ingin masuk. Ternyata mudah sekali, satpam itu membukakan gerbang untuknya. Mobil yang dikendarainya pun memasuki area sekolah. Barulah Andra turun setelah itu.
Andra berjalan dengan santai. Dia bisa mendengar upacara baru saja selesai dilaksanakan. Terbukti saat dia melihat para murid berhamburan masuk ke kelas. Lelaki itu berjalan menuju kelasnya. Dia langsung menuju bangkunya begitu memasuki kelas.
"Kapan sih kejadiannya? Kok bisa tangan lo kaya gini?"
Suara Tari membuat Andra menghentikan langkahnya. Pasti wakil ketua kelas itu sedang berbicara dengan Nara. Dia pun menoleh pada mereka. Dilihatnya Nara yang mengalungkan kain yang berfungsi untuk menopang tangan kirinya. Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya. Dia kembali berjalan dan duduk di bangkunya.
"Pagi, brother" sapa Jovan yang kemudian duduk di sebelah Andra. Dilihatnya Andra yang melirik Nara.
"Katanya pundaknya Nara cedera" ucap Jovan sembari menatap kedua gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Fiksi RemajaIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...